Oleh: Mudyawati Kamaruddin
(Dosen Akademi Kebidanan Tahirah Al Baeti Bulukumba, Peneliti Mikrobioma di HUMRC, Unhas dan Peneliti Natural Products di ICCBS, Karachi University Pakistan)
PENYAKIT infeksi Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpex yang biasanya disingkat menjadi TORCH merupakan penyakit infeksi kongenital atau penyakit infeksi karena bawaan dari lahir.
Apabila seorang ibu hamil terinfeksi oleh salah satu penyebab TORCH, bisa dipastikan janin yang dikandungnya akan terinfeksi melalui plasenta, akibatnya janin mengalami perkembangan yang lambat.
Bahkan dalam kasus infeksi yang lebih berat dapat terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan.
Pada tulisan ini, materi akan dibagi dua pembahasan yaitu pencegahan penyakit infeksi TORCH bagi ibu. Ibu hamil atau kehamilan merupakan gerbang awal untuk menentukan sehat dan sakitnya janin yang dikandung. Melalui pencegahan penyakit infeksi pada ibu hamil diharapkan janin dapat lahir normal dan sehat.
Pembahasan kedua adalah penanggulangan atau pengobatan penyakit infeksi apabila terinfeksi baik pada ibu maupun pada si bayi yang telah lahir.
Untuk itu penulis akan menjelaskan bagaimana trik pencegahan penyakit infeksi TORCH bagi ibu dan cara menanggulanginya apabila sudah terinfeksi secara alami.
*Pencegahan penyakit infeksi TORCH Melalui Natural Products
“Pencegahan lebih baik daripada mengobati”, inilah pepatah yang memotivasi untuk melakukan pencegahan penyakit baik secara sederhana maupun secara yang kompleks.
Pencegahan masuknya agen yang menyebabkan infeksi seperti bakteri, parasit, virus, atau jamur dapat dilakukan secara natural products. Natural products diartikan sebagai produk-produk alami baik yang dihasilkan oleh tubuh manusia, maupun oleh alam (di luar tubuh manusia).
Di sini penulis akan menjelaskan pencegahan penyakit infeksi dengan menerapkan pola hidup yang sehat.
Sebenarnya resep pola hidup sehat sangat sederhana, murah dan terjangkau bagi semua manusia dari level manapun, hanya saja “ketidakmauan” dan sifat “gengsi” terkadang menghambat motivasi untuk melaksanakan resep ini.
Salah satu cara memulai pola hidup sehat adalah berolahraga yang rutin. Olahraga atau olahtubuh dapat dilakukan dimanapun, baik saat memulai aktivitas pagi hingga petang asalkan dalam pengolahan tubuh dilakukan dengan ikhlas dan enjoy.
Pengolahan tubuh dapat meningkatkan kekebalan tubuh seseorang dengan cara mengaktifkan komponen sistem kekebalan tubuh (imun).
Menurut Yuliarto H dalam Sukendra DM (2015) bahwa cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah dengan melakukan latihan fisik/olahraga serta istirahat dan tidur yang cukup. Latihan fisik ringan sekalipun mampu mengaktifkan kerja sel darah putih yang merupakan komponen utama kekebalan tubuh pada sirkulasi darah (Sukendra DM, 2015).
Latihan fisik yang dilakukan akan direspons oleh tubuh melalui sistem imun menyerupai gejala yang sama seperti kondisi terinfeksi, sepsis, atau trauma (Northoff dkk, 1998) yaitu ada peningkatan jumlah leukosit dalam sirkulasi darah (utamanya limfosit dan neutrofil).
Oleh karena itu, dengan latihan fisik yang cukup dan berulang pada tubuh akan menyebabkan proses adaptasi yang dapat meningkatkan kemampuan fungsional komponen sistem imun. Aktivitas olahraga yang cukup atau tidak berlebihan dapat dihubungkan dengan kejadian penurunan infeksi penyakit melalui peningkatan sistem imun. Berbeda dengan latihan fisik yang berlebihan (intensitas berat), latihan fisik ini tidak dapat ditoleransi oleh tubuh sehingga akan menyebabkan jejas dan menganggu keadaan homeostasis pada sistem tubuh.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Spence (2007) yang membandingkan kejadian infeksi saluran pernapasan pada atlet profesional yang sedang mengikuti kompetisi dengan orang yang kurang aktif dan olahraga rekreasi. Pada penelitian ini setiap sampel diambil hapusan nasopharyng dan pharyng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus kejadian infeksi lebih sering terjadi pada atlet profesional dan kelompok yang tidak aktif dibanding pada atlet rekreasi (Spence, 2007). Latihan berat dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan hormon epinephrine dan cortisol di plasma yang dikenal sebagai efek immunomodulator yang dapat menekan produksi sel lomfosit (sel T) tipe 1 di sirkulasi sehingga peran sistem imun seluler tipe 1 dalam melawan infeksi mikroba menjadi berkurang.
Di samping itu, terjadi peningkatan produksi Interleukin 6 (IL-6) yang berperan dalam menekan kerja Tumor Nuclear Factor- alpha (TNF-α), hal ini menguntungkan karena peran sel T tipe 2 dalam menekan kerja sistem imun untuk mengatasi kerusakan jaringan dan inflamasi juga akan tertekan sehingga latihan fisik berat dapat menghambat berkembangya penyakit kelainan kronis (Hayati, 2014).
Bagi kaum Muslim, kerutinan mengerjakan salat 5 kali dalam sehari juga merupakan salah satu latihan fisik rutin yang dapat mengaktifkan kekebalan tubuh. Perlu diketahui sistem imun tubuh manusia bekerja seperti polisi, saat host (manusianya) diam, sistem imun tinggal di posnya di jaringan limpa. Dalam hitungan menit jika seseorang memulai beraktivitas fisik, dan beberapa jam sesudahnya, perangkat kekebalan tubuh akan berpatroli dalam tubuh.
Gerakan salat yang memberikan nilai kesehatan bagi tubuh kaum Muslimin Sehingga rata-rata orang yang melakukan rutinitas salat 5 waktu dalam sehari yang dilakukan dengan tuma’nina (tenang dalam gerakan salat sebagai syarat untuk kekhusyukan) dijamin akan jarang terkena penyakit infeksi bahkan penyakit yang berat sekalipun.
Gerakan takbiratul ihram, gerakan yang posturnya mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Kegunaan gerakan ini adalah melancarkan aliran darah, getah bening atau limfe dan kekuatan otot lengan. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen (O2) menjadi lancar, lalu kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah, sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian khususnya pada tubuh bagian atas.
Rukuk dalam salat adalah gerakan di mana tulang belakang (punggung) menunduk lurus, posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Manfaat dari gerakan ini untuk menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan syaraf pusat. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah akan maksimal pada tubuh bagian tengah.
Tangan yang bertumpu pada lutut akan merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Rukuk juga merupakan latihan untuk mencegah gangguan prostat. I’tidal merupakan gerakan bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi daun telinga. Manfaat gerakan I’tidal ini baik bagi pencernaan, di mana organ-organ pencernaan di dalam perut akan mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.
Sujud merupakan gerakan menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki dan dahi pada lantai (sajadah). Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya O2 dapat mengalir maksimal ke otak sehingga memacu kerja sel-sel otak, dengan gerakan tuma’ninah dan kontinyu maka darah mencukupi kapasitasnya di otak dan akan memicu kecerdasan seseorang.
Manfaat lain sujud dapat menghindarkan gangguan wasir, sujud maupun rukuk bagi wanita adalah untuk kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan duduk dalam salat terbagi dua yaitu duduk tahiyyat awal (iftirosy) dan tahiyyat akhir (tawarruk), letak perbedaannya adalah pada posisi telapak kaki. Manfaat saat iftirosy badan bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus ischiadius, posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha.
Sedangkan duduk tawarruk sangat baik untuk kesehatan pria karena tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostat) dan saluran vas deferens. Jika duduk tawarruk dilakukan dengan benar, gerakan ini akan mencegah impotensi (Rizaldi E, 2013).
Pola hidup sehat yang kedua adalah istirahat dan tidur yang cukup. Dalam Alquran Surah An-Naba’ ayat 9 yang menyatakan “dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tanda kebesaran Allah SWT pada manusia adalah tidur untuk mengistirahatkan tubuh atau untuk melepaskan lelah, untuk itu tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup.
Tidur adalah suatu proses pulih asal, yaitu memperbaiki kembali organ-organ tubuh. Organ-organ tubuh yang mengalami kelelahan, ketika tidur akan mengalami proses pemulihan. Selain itu, aktivitas tubuh baik fisik maupun metabolisme dalam tubuh akan bekerja lambat saat tidur, hal ini memberikan kesempatan kepada sel-sel penyembuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, proses pembentukan sistem imun untuk kekebalan tubuh, proses pembuangan zat-zat beracun (detoksifikasi) dan lain-lain yang semuanya telah diatur oleh otak manusia (Hakim A., 2013).
Akan tetapi, tidak semua tidur baik buat kesehatan. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah landasan bagaimana seseorang dapat hidup sehat. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana cara tidur yang berkualitas dan sehat. Cara tidur Rasulullah SAW adalah dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir pada Allah SWT hingga mata terasa berat. Beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar dan kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien, yaitu makanan berada dalam posisi yang untuk lambung sehingga dapat mengendap sesuai dengan aturannya.
Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke liver, kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat terurai di lambung (Maghfirah, 2015, Prasadja 2009).
Menurut psikiater Thomas Wehr diawali tahun 1990-an setelah melakukan penelitian tentang pola tidur pada para relawan dan hasilnya bahwa durasi tidur yang pas adalah mereka yang tidur selama 4 jam, kemudian bangun selama 1 atau 2 jam selanjutnya tidur lagi selama 4 jam.
Hasil penelitian ini telah berhasil mematahkan anggapan umum masyarakat yang mewajibkan tidur selama 8 jam full untuk mendapatkan apa yang mereka sebut dengan tidur yang baik (Pramita Y., 2013). Durasi tidur ini mungkin ada hubungan dengan tipe tidur NonRapid Eye Movement (NREM), yaitu tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang yang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur, biasanya terjadi pada tidur malam yang dapat memulihkan kembali fisiologis, dan Rapid Eye Movement (REM) merupakan fase tidur yang mengarahkan darah untuk mengalir ke otak dan gelombang otak.
Biasanya pada jenis tidur ini mata seseorang bergerak kekanan dan kekiri dengan cepat saat tubuh memulihkan fungsi-fungsi tertentu dari otak dan juga memperbaiki mental (Syamsinar, 2016).
Selama proses tidur terjadi peningkatan sistem imun dan protein tertentu seperti hormon melatonin (hormone tidur) yang merupakan hormon peptide golongan indolamin yang disintesis pada kelenjar pineal. Melatonin diketahui sebagai agen antioksidan, antimitotik, antiestrogenik, prodiferensiasi dan anti metastatik, modulasi sistem imun, pengatur ritme tidur dan ritme sikardian serta maturasi system reproduksi. Produksi dan sekresi melatonin distimulasi oleh suasana gelap (malam hari) (Sandra, 2011).
Selain itu, pembunuh kanker tumor necrosis factor (TNF) juga dipompa melalui darah saat tidur sehingga dengan meningkatknya TNF ini, tubuh akan siap menghancurkan serangan infeksi yang masuk dalam tubuh. Pola hidup sehat yang terakhir adalah life style (cara hidup).
Cara hidup sehat yang dimaksud adalah hidup bersih dan makan sehat. Pada tulisan ini, penulis akan fokus pada pola makan sehat yang merupakan makanan bervariasi dan sehat, apa yang kita makan merupakan bahan bakar tubuh kita, dan tanpa bahan bakar yang tepat, sistem imun tidak akan bekerja dengan baik. Makanan sehat yang dimaksud adalah makanan yang bergizi.
Zat gizi berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sebagai sumber tenaga dan energi. Energi diperlukan untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi jaringan tubuh serta proses mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil dan gerakan otot untuk aktivitas.
Fungsi yang kedua adalah sebagai zat pembangun, zat pembangun dapat ditemukan dalam protein. Fungsi yang ketiga adalah sebagai zat pengatur. Zat gizi yang termasuk dalam zat pengatur adalah air, vitamin dan mineral yang hanya diperlukan dalam jumlah sedikit, walaupun demikian zat pengatur ini sangat dibutuhkan dalam kelancaran proses metabolisme.
Menurut Dr. Jason Goldsmith, seorang peneliti efek diet terhadap mikrobioma dan kesehatan kekebalan tubuh di University of Pennsylvania’s institute for immunology, bahwa kebanyakan orang saat ini kekurangan vitamin dan mineral tertentu, secara khusus vitamin B, vitamin C, seng dan vitamin D yang sangat penting untuk fungsi kekebalan tubuh yang tepat (Sartika REA, 2018).
Untuk membangun sistem imun di zaman sekarang yang banyak ditempa dengan berbagai faktor yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dari seseorang, untuk hal ini perlu upaya atau trik lain, back to natural adalah salah satu trik. Kini ada banyak ditemukan bahan berkhasiat alami dan obat yang mampu memicu peningkatan daya tahan tubuh (imunomodulator) (Kamaruddin M, 2016). (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna