PAREPARE, PIJARNEWS.COM— Beragam kisah inspiratif seseorang untuk berbuat baik dalam menjalankan kehidupan beragama. Salah satunya, kisah Haji Husni Husain dan istrinya Hj Suarni Arsyad yang akrab disapa Haji Ecce.
Masjid dengan fasilitas mewah yang dibangun pada Agustus 2016 ini terletak di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Sudah dua ramadan, masjid ini digunakan warga salat tarawih berjamaah dan lebaran Idul Fitri Tahun 2017 lalu.
Selain interior masjid yang cukup menarik dengan lantai dan dinding dilapisi keramik, juga langit-langitnya terbuat dari sunda plafon. Selain itu, hiasan kaligrafi, lampu hias, karpet tebal dan mesin pendingin yang banyak membuat masjid ini nyaman ditempati salat berjamaah.
Tak hanya itu, pantauan Pijar, masjid ini juga dilengkapi gedung dua lantai sebagai ruangan khusus bagi pegawai syara’. Ruangan tersebut diperuntukkan buat Imam Masjid, Pembantu Imam, pengelola kebersihan masjid dan kamar buat Haji Husni dan keluarganya. Ruangan tersebut berada di samping kiri masjid.
“Kami juga menyiapkan dua kamar bagi saudara kita dari Jemaah Tabligh yang hendak menginap. Jadi tidak menginap di dalam masjid, tapi kami siapkan kamar,” terang Husni yang dibenarkan Haji Darwis, Ketua Pembangunan Masjid Raudhatul An Nur.
Menurut Husni, masjid Raudatul An Nur ini menjadi tempat salat dan kegaiatan keagamaan bagi kaum muslimin yang berada di sekitar Jalan Atletik dan Perumahan Griya Mirza Mawardah (GMM). Bukan hanya itu, warga dari luar Kecamatan Ujung juga kerap datang berjamaah di masjid ini.
Bagaimana kisah pembangunan masjid ini? Menurut Husni, awalnya ia memiliki uang senilai Rp15 Juta. Dari uang tersebut, istrinya Hajjah Suarni Arsyad yang akrab disapa Haji Ecce kemudian membeli sepetak tanah di Jalan Atletik yang kini menjadi tempat didirikan masjid.
Bertahun-tahun, Haji Husni bersama istrinya menjalani aktivitas usaha penjualan produk alat rumah tangga dan produk makanan dan minuman asal Malaysia. Pasang surut dalam aktivitas wirausaha pun kerap melanda, hingga suatu ketika merencanakan menjual lokasi tanah di Jalan Atletik. “Berkali-kali tanah ini kami mau jual, tapi tidak laku-laku. Hingga akhirnya, istri saya berinisiatif membangun masjid,” ujar Husni.
Husni sempat menolak niat mulia istrinya untuk membangun masjid tersebut. Betapa tidak, Husni mengaku tak memiliki dana yang cukup untuk membangun masjid. Namun istrinya tetap nekat. “Saya sempat bilang dari mana dapat uang? Ternyata, istri saya selama ini diam-diam menabung di bank. Nah, nanti setelah saya lihat buku rekening tersebut, baru saya percaya sehingga berupaya mewujudkan cita-cita istri,” tandas Husni.
Husni kemudian membawa istrinya ke salah satu masjid di Kota Parepare yang dibangun oleh seseorang tanpa swadaya masyarakat. “Saya bersama istri mencari informasi mengenai cara membangun masjid kepada orang yang telah sukses membangun masjid di Parepare,” ujar Husni.
Ayah empat anak ini kemudian mendatangi Kantor Departemen Agama Parepare. Di kantor ini, Husni mendapat penjelasan dan persyaratan untuk mendirikan tempat ibadah seperti masjid. “Ternyata persyaratan yang disampaikan petugas cukup banyak. Termasuk harus mengumpulkan KTP dan tandatangan warga sekitar. Sehingga saya sempat berpikir untuk melanjutkan rencana bangun masjid ini,” tutur Husni.
Tapi karena tekad sudah bulat, lanjut Husni, ternyata Allah Subhana Wataala memudahkan jalan pengurusan berkas dan administrasi pembangunan masjid ini. “Saya menemui Pak Kiyai dan mengemukakan niat istri saya untuk membangun masjid. Pak kiyai langsung merespons dan mengenalkan dengan petugas yang khusus mengurus administrasi pembangunan masjid. Atas bantuan banyak pihak, segala administrasi yang dipersyaratkan saya penuhi,” ungkap Husni.
Nah, pembangunan masjid ini pun dimulai dengan terlebih dulu mengelola dan meratakan lahan karena sebagian berada di perbukitan. Berdasarkan desain masjid yang telah dibuat arsitek, Husni bersama istrinya kemudian mengucurkan dana kepada kontraktor yang membangun masjid Raudhatul An Nur.
“Atas kuasa Allah Subhana Wataala, dana tabungan istri saya yang selama ini disiapkan cukup untuk membangun masjid. Bahkan Allah memberikan rezeki yang tak disangka-sangka sehingga pembangunan masjid bisa rampung. Dari awal hingga tahap penyelesaian pembangunan masjid ini menelan dana Rp1,8 miliar,” beber Husni.
Selain rezeki berupa kesehatan, sambung Husni, Allah SWT tak henti-hentinya memberi rezeki berupa materi. “Syukur Alhamdulillah, Allah memberi rezeki. Selain merampungkan pembangunan masjid, juga bisa merintis pembangunan toko yang berada di samping Toko Syahrani lama. Saat ini, toko tersebut sudah tahap penyelesaian juga,” ujar Husni.
Kesuksesan Husni dan istrinya membangun masjid, ternyata tidak semulus menjalankan usaha di bidang travel umrah. Saat itu, ia menjadi salah satu agen Abu Tours di Parepare yang menghimpun ratusan jemaah. “Cobaan datang, karena pengelola Abu Tours mengalami masalah. Akhirnya, saya memberangkatkan seluruh jemaah dalam dua tahap dengan menggandeng salah satu travel,” ujar Husni.
Kini, Husni tak kapok mengurus jemaah untuk berangkat ke tanah suci Makkah untuk berumrah dan berhaji. “Saat ini, saya sedang merancang bekerja sama dengan salah satu travel untuk memberangkatkan sendiri jemaah ke tanah suci Makkah,” kata Husni.
Ketua Pembangunan Masjid Raudhatul An Nur, Haji Darwis mengakui kegigihan Haji Husni dan istrinya saat membangun masjid dan memberangkatkan jamaah umrah. “Tak banyak pengusaha yang bisa seperti ini yang membangun masjid dari dana pribadi. Selain itu, saat jamaah umrohnya Abu Tours gagal berangkat, Haji Husni bertanggungjawab dan berhasil memberangkatkan ratusan jamaah yang direkrutnya,” ujar pensiunan Polri asal Enrekang yang sejak diangkat menjadi polisi hingga pensiun selalu bertugas di satuan intel Polres Parepare.
Salah seorang warga, Rohana yang akrab disapa Mama Kiki (35) mengatakan, sebelum masjid Raudatul An Nur ini didirikan, warga Jalan Atletik harus berjalan kaki dan menanjak bila hendak ke salah satu masjid yang berada di perbukitan. “Kami sangat bersyukur dengan adanya masjid yang dibangun Pak Haji Husni bersama istrinya Haji Ecce di Jalan Atletik, sehingga kami tidak jauh-jauh lagi melaksanakan salat lima waktu secara berjamaah dan salat tarawih pada bulan ramadan. Saat ramadan seperti ini ramai saat hendak berbuka puasa, karena jemaah disiapkan menu berbuka dan disantap diteras masjid,” ungkap Mama Kiki yang diaminkan saudaranya, Mama Nova.
Hal serupa juga diungkapkan jamaah lainnya Haji Agus. “Dulu saya harus pakai motor menuju ke masjid karena lokasinya agak jauh, namun setelah Masjid Raudathul An Nur selesai dibangun, kami sisa jalan kaki,” tutur Haji Agus.
Informasi yang diperoleh Pijar, Masjid Raudhatul An Nur ini memiliki lima pegawai syara, tiga imam yakni satu Imam Utama, Awaluddin dan dua imam pembantu yakni Kahfi dan Ical. Ketiganya kini masih menjadi mahasiswa di IAIN Parepare. Sedangkan dua orang pegawai syara lainnya mengurus perlengkapan masjid dan membersihkan masjid. (*)
Penulis : Hamdan dan Alfiansyah Anwar
Editor : Dian Muhtadiah Hamna