SOPPENG, PIJARNEWS.COM – Jika bisa dipermudah, kenapa mesti dipersulit. Tampaknya, pesan bijak tersebut perlu dilakukan untuk mempercepat pemeriksaan Swab Pasien Covid-19, khususnya di Sulawesi Selatan. Betapa tidak, dulu pemeriksaan Swab hanya bisa dilakukan di Laboratorium Kemenkes di Jakarta. Itu pun hasilnya baru bisa diketahui selama berhari-hari. Namun kabarnya, di Kota Makassar juga sudah punya. Selain itu, Kabupaten Soppeng juga telah memiliki alat Polymerase Chain Reaction (PCR) asal Jerman. Alat tersebut kini disimpan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Soppeng.
Alat PCR berfungsi untuk mendeteksi keberadaan material genetic dari sel, bakteri atau virus. Salah satunya mendiagnosis penyakit Covid-19.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Soppeng, Sarianto mengatakan, baru-baru ini, Ketua Tim Satgas Covid-19 IDI Sulselbar, dr Azis SpU dan Dr dr Hisbullah, Sp.An-KIC-KAKV berkunjung ke Labkesda Soppeng.
Usai melakukan kunjungan tersebut, kata Sarianto, dr Hisbullah yang merupakan relawan Covid-19 Makassar menuliskan hasil kunjungannya. Berikut kami turunkan tulisan dr Hisbullah yang dikirim Kadiskominfo Soppeng ke PIJARNEWS.
Mengunjungi PCR Milik Kabupaten Soppeng
Terobati sudah rasa penasaranku tentang keberadaan mesin PCR di Kabupaten Soppeng. Akhirnya bisa mengunjungi Labkesda di Kota Kelelawar ini. Semula saya tidak percaya. Mengira ini hoaks, mengingat di tengah pandemi Covid-19 ini amat sangat sulit memiliki mesin diagnostik Covid ini apalagi kita tahu izinnya rumit.
Lembaga seperti Unhas pun mulanya tidak gampang untuk mendapat izin menjadi salah satu tempat pemeriksan spesimen Covid ini. Mungkin Kabupaten Soppeng ini satu-satunya kabupaten yang punya PCR.
Pertanyaan pertama yang kami ajukan adalah berapa lama hasil bisa keluar. Dijawab oleh teman sejawat pengelola, “Bisa tiga jam dok.” Hah … tiga jam ??? … ahhhh masak … betul ki tiga dokter ??? Iya betul 3 jam …. mari saya tunjukkan prosesnya …. sambil kami menuju ruang sebelah …. ini dok … di sini disentriguge lalu di sini diekstraksi …. prosesnya 1 sampai 2 jam kemudian hasil diolah di mesin PCR dan komputer tadi 1 jam jadi sekali lagi total 3 jam.
Tiba-tiba ingatanku kembali ke Makassar, kok bisa yah spesimen yang kami kirim hasilnya bisa berhari-hari bahkan ada yang lebih 10 hari ??. Sedangkan di Soppeng ini bilang kami bisa 3 jam, mana yg betul yah ???
Yang ingin saya jelaskan di status ini adalah;
1. Seandainya saya koordinator di hotel tempat para ODP/ PDP ringan ini ditampung maka saya pinjam alat PCR-nya Pemkab Soppeng ini atau spesimennya saya kirim ke sana. Misal seluruh ODP saya ambil swebnya pagi hari, berarti sebentar sore seluruh penghuni hotel yang ODP sudah ada statusnya. Mungkin saja seluruhnya bisa langsung check out pulang hari itu juga tidak perlu tinggal berhari-hari di sana. Begitu pula yang positif OTG bisa segera diatur tempat karantinanya yang tidak mesti di hotel atau tidak perlu ke rumah sakit. Menginapkan para ODP ini di hotel berbintang 4 tanpa pemeriksaan PCR yang cepat, kesannya menghambur hamburkan anggaran. Padahal banyak sekali masyarakat terdampak covid yang perlu dibantu. Bagaimana kalau ada lagi ODP berikutnya ??? Kalau saya tidak perlu diinapkan kirim swebnya tunggu hasil beberapa jam ada hasil seterusnya mereka bisa pulang, mengapa mesti disiapkan hotel ???
2. Saat kami berada di salah satu ruangan isolasi yang diperuntukkan pasien PDP, saya bilang ke Direktur RSUD Latemmamala Soppeng, “Ruang isolasi PDP ini tidak perlu terlalu banyak dok. Kita kan punya PCR sendiri, jadi pasien PDP ini segera kita periksa swebnya beberapa jam kemudian kan hasilnya sudah ada. Yang positif ke isolasi sedang yang negatif pindah ke ruang perawatan biasa. Kita tidak perlu ber-APD (Alat Pelindung Diri, red) ria pada orang yang tidak jelas dan menghabiskan anggaran untuk beli APD. Tidak seperti kami di Makassar, umumnya PDP kami rawat berhari-hari bahkan banyak diantaranya sampai meninggal, sudah di kubur baru keluar hasil. Kasian orang sudah dikubur dengan prosedur Covid keluarganya tidak bisa lihat mayatnya, padahal belakangan baru keluar hasil sweb negatif.
3. Soppeng bisa merdeka dari Covid lebih cepat dari daerah-daerah lainnya. Se-Kabupaten Soppeng bisa jumatan lagi, anak-anak sudah bisa sekolah seperti biasa. Kapan itu … yah tergantung. Kalau Pemkab mau menerapkan teknik yang cepat memanfaatkan PCR yang dimiliki, kemungkinan masyarakat Soppeng sudah bisa lebaran, meskipun daerah sekitarnya belum bisa.
Teknik apa itu ??? Pemeriksaan PCR massal dengan sistem “pool test covid-19” seperti yg diperkenalkan oleh ahli dari ITB yang namanya Hafidz Ary Nurhadi lalu diterapkan di Sumatera Barat berkat modifikasi dari dokter Andani dari Universitas Andalas.
Sederhananya teknik itu begini: kita tidak perlu memeriksa semua lendir tenggorok semua penduduk. Cukup memeriksa beberapa saja. Penduduk di suatu kawasan di buat beberapa kelompok berdasarkan resiko keterpaparan dan komorbid. Misalkan satu kelompok itu terdiri dari 100 orang. Maka setiap spesimen lendir dibuat dua tabung. Satu tabung untuk control, satunya lagi diaduk dijadikan satu pada tabung yang lebih besar. Yang diperiksa duluan adalah tabung besar hasil campuran lendir dari kelompok 1 tadi. Bila hasilnya negatif, berarti tidak ada yang positif dari 100 orang tadi. Selanjutnya sisa tabung kontrol yang 100 tadi tidak usah diperiksa karena pasti semuanya juga negatif. Bagaimana kalau hasilnya positif ?? Tabung yang 100 tadi bisa dibuat subkelompok lagi misalnya masing-masing lima orang. Maka dipilihlah subkelompok tadi untuk diperiksa. Misalnya ditemukan positif di salah satu subkelompok maka di subkelompok saja dicari yang mana yang positif. Bila sudah ditemukan maka 9 tabung subkelompok lainnya tidak perlu diperiksa.
Jika ini teknik diterapkan bisa menjangkau banyak sekali masyarakat dengan area yang luas degan spesimen sweb yg jauh lebih sedikit dan tentunya irit biaya. Lebih jelasnya bisa dikonfirmasi pada 5 kabupaten di Sumatera Barat yang sudah menerapkan teknik ini.
Singkatnya adalah Soppeng tidak mesti ikut-ikutan PSBB jika bisa segera mengidentifikasi yang positif lalu mengkarantinanya dan membuktikan bahwa daerah mereka bersih dari Covid-19. Jika ini terwujud, maka se-Kabupaten Soppeng bisa beraktivitas seperti biasa, namun syaratnya adalah mereka hanya bisa beraktivitas di wilayahnya sendiri tidak boleh keluar dan tidak boleh ada yang masuk.
Akhirnya, saya ucapkan salut dan selamat buat Pak Bupati (Andi Kaswadi Razak) dan masyarakat Soppeng, semoga alat PCR ini bisa dimanfaatkan dengan baik. (*)
Editor : Alfiansyah Anwar