MAKASSAR, PIJARNEWS.COM– Kini Skadron Udara 5 Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin memiliki dua alutsista Pesawat CN 235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA).
Akan tetapi, ada perbedaan CN 235-220 MPA yang dimiliki Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin sejak tahun 2012 dengan CN 235-220 MPA yang baru diserah terimakan dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia (RI) melalui PT Dirgantara Indonesia (PT DI) selaku pembuat pesawat tersebut. CN 235-220 MPA tersebut memiliki kecanggihan yang jauh daripada sebelumnya.
PT Dirgantara bahkan membuat CN 235-220 MPA yang baru bisa digunakan merekam atau memfoto wilayah maritim saat malam. Tidak hanya itu melalui infrared yang dipasang dipesawat tersebut bisa mengambil gambar dengan sangat baik, meski dalam keadaan kabut atau malam.
Komandan Skadron Udara 5, Lanud Sultan Hasanuddin, Letkol Pnb Ilman Ambarita menjelaskan, salah satu sistem unggulan pada pesawat CN 235-220 MPA tersebut yakni, pesawat akan bisa mendeteksi signal, radar kapal dan juga memiliki kamera yang bisa merekam video dan foto.
” Kalau video kita terbatasi oleh cahaya, saat kabut otomatis kita tidak bisa melihat, sama dengan video. makanya kita pakai infrared. Infrared bisa menembus awan, menembus gelapnya malam, ” jelas Letkol Pnb Ilman Ambarita, Jumat (4/5).
Selain itu, CN 235-220 MPA yang teregistrasi di Skadron Udara 5 dengan nomor AI-2318 TNI AU dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi ( mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam singapore airshow 2008 ). CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II , Penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver dan CAE’s AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.
Selain itu, lanjut pria Alumni AAU 1999 ini, untuk CN 235-220 MPA yang lama memiliki fungsi yang sama dengan CN 235-220 MPA yang baru. Hanya saja dalam waktu dekat Pesawat CN yang lama mengalami penurunan kemampuan. Sehingga akan ditarik ke PT DI untuk dilakukan penggantian sistem yang lebih baru san cangih seperti Pesawat CN yang baru datang.
Senior Vice President (SVP) untuk Coorporate Planning dan Program Management PT DI, Iwan Krisnanto mengatakan, Pesawat CN 235-220 MPA tersebut dibuat dengan melewati berbagai uji coba yang ketat. Pasalnya pesawat tersebut dirancang untuk misi tertentu.
Untuk ketinggian, CN 235-220 MPA sebenarnya tidak dirancang untuk ketinggian yamg terlalu tinggi, akan tetapi dengam beberapa alat canggih yang dimiliki pesawat tersebut, CN bisa sampai ketinggian 12.000-18.000 feet. Sedangkan paling rendah bisa 1.000-2.000 feet.
“Sedangkan untuk CN yang lama akan tarik. Kemudian kami akan ganti bagian-bagian yang sudh mengalami penurunan, kami akan tingkatkan kemampuannya dengan teknologi terkini, ” tegas pria berkacamata ini.
Pada serah terima tersebut, Iwan Krisnanto menghaturkan terima kasih kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan TNI, khususnya TNI AU atas kepercayaan yang selama ini telah diberikan kepada PT DI. Dimana PT DI selalu berupaya dan melakukan perubahan yang berkelanjutan agar dapat menjaga kepercayaan tersebut dengan terus memperbaiki Quality, Cost and Delivery (QCD) dari produk dan jasa yang dihasilkan.
PT DI selalu siap memenuhi pesanan berikutnya dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia maupun TNI, dalam rangka mewujudkan kemandirian alutsista TNI. Keberadaan PT DI akan sangat berarti jika setiap produk serta jasa yang dihasilkannya dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh instansi dan lembaga negara di Indonesia, termasuk tentu saja oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan TNI yang selama ini telah menjadi customer terbesar PTDI.
“Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras. Semoga setiap pengabdian kita kepada bangsa dan Negara selalu mendapat limpahan rakhmat dan karuniaNya. Amin,”tutupnya.(mks)