PINRANG, PIJARNEWS.COM — Petani di Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini cukup kreatif. Namanya Anas Tika. Sebelumnya Pria berusia 50 tahun itu mengolah air bangkai tikus sebagai pupuk organik di areal sawahnya. Kini, dia juga menyulap bangkai tikus menjadi biogas untuk kebutuhan rumah tangga. Sehingga dia tak kesulitan jika terjadi kelangkaan elipiji. Itu diungkapkan Anas Tika saat ditemui Pijarnews.com di areal persawahannya di Cempa, Kamis (24/6/ 2021).
Bangkai binatang pengerat itu ditampung di bak penampungan. Biogas yang dihasilkan kemudian disalurkan melalui pipa plastik ke kompor gas.
“Proses pembuatan biogas dari bangkai tikus ini sudah enam bulan saya geluti,” katanya.
Bangkai tikus itu dari hasil perangkap raksasa di area sawah milik Anas, tikus yang terperangkap itu kemudian dicelupkan ke kolam air. Bangkainya kemudian ditampung di bak penampungan.
Mikro organisme kemudian mengurai bangkai-bangkai binatang pengerat yang ada di dalam bak penampungan itu. Itulah yang menghasilkan biogas.
Untuk memanfaatkan biogas itu, Anas Tika kemudian memasang pipa plastik ke tangki penampungan, hingga ke kompor gas yang ada di atas rumah sawahnya.
Bio gas dari bangkai tikus itu diklaim lebih efektif, dibanding dengan bio gas yang diperoleh dari limbah ternak lain.
Sebab, bio gas dari bangkai tikus, hanya sekali diisi, saat musim tanam saja, dimana saat tikus menyerang padi dan biogasnya dapat digunakan selama berbulan bulan.
Anas Tika mengatakan, api yang dihasilkan dari biogas bangkai tikus tidak kalah dengan nyala api dari gas elpiji ukuran 3 kilogram.
“Sejak memanfaatkan biogas dari bangkai tikus, hasil masakannya tidak berbau. Juga tidak mengandung efek negatif bagi kesehatan,” katanya.
Petani kelahiran 1971 itu bersentuhan dengan hama pertanian sejak 1992 silam. Dia sempat mengolah bangkai tikus menjadi pupuk organik yang dapat digunakan di lahan pertanian, untuk menyuburkan unsur hara tanah.
Berkat keuletannya meneliti tikus, pria yang dijuluki professor tikus tersebut diganjar berbagai penghargaan tingkat nasional, hingga diundang ke istana negara. Termasuk menjadi pembicara di berbagai instansi yang tersebar di berbagai provinsi di indonesia.
Penulis : Alfiansyah Anwar