PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Masih hangat di ingatan kita tentang adanya temuan rastra (dulu disebut raskin) busuk di masyarakat, kini keluhan datang dari sejumlah ketua RW yang mengeluhkan belum diterimanya dana transpor pada program antar langsung ke pintu rumah warga yang dikenal sebagai dana ojek rastra.
Ketua RW 1 Tonrangeng, Kelurahan Lumpue Kecamatan Bacukiki, Sappe mengungkapkan, pada bulan Januari dan Februari, dana ojek rastra diberikan bersamaan pada saat rastra di antarkan kerumah warga. Namun untuk Maret-April, dana ojek rastra itu sudah 2 minggu ini belum ada.
“Padahal rastra sudah habis kami bagikan ke rumah warga dan teman-teman ketua RW mengeluhkan ini karena telah mengutang kepada tukang ojek untuk mengantarkan rastra itu. Biayanya itu Rp2500 per sak” jelasnya kepada PIJAR, Minggu 4/6.
Sappe menambahkan, Ketua RW yang sudah mengantarkan rastra langsung kerumah warga, biasanya mengambil uang ojek tersebut di kantor kelurahan masing-masing.
Pihak kelurahan yang didatangi Sappe membocorkan, pembayaran ojek rastra bulan 1-2 saja masih banyak kelurahan yang belum memasukkan data RW yang diberi dana ojek. Itu juga menghambat pencairan bulan 3-4.
Ketua RW lainnya yang menolak namanya ditulis, bahkan mengkritik kebijakan antar raskin sampai pintu. Menurutnya kebijakan itu lebih banyak merepotkan RW. Padahal selama ini tidak pernah ada keluhan ataupun permintaan dari warga penerima raskin agar beras itu diantar langsung. “Itu hanya menghabiskan anggaran yang sejatinya tidak perlu. Bahkan para ketua RW berkelakar, ‘bagaimana kalau raskinnya sekalian dimasak jadi nasi lalu diantar?” ungkapnya.
Senada, Sappe menyebut jika mayoritas ketua RW bersepakat program antar langsung sampai pintu tidak diperlukan, hal tersebut bisa diusulkan segera. (mul/ris)