Sementara selama masa pandemi, tantangan hadir karena banyak sekolah yang tutup sehingga distribusi TTD tidak berjalan maksimal. “Tidak setiap hari siswi datang ke sekolah. Akhirnya kami meminta kepada guru UKS untuk memanggil siswanya ke sekolah agar TTD bisa kami bagikan,” jelasnya.
Sayangnya, tidak semua siswi hadir. Maka Arfinah dan petugas nakes lainnya menitipkan TTD kepada guru UKS dengan harapan agar pihak sekolah membantu mendistribusikannya.
“Jadi memang agak sulit mengeceknya apakah TTD ini telah sampai ke siswi yang bersangkutan atau belum. Kami tidak punya data nomor telepon siswi,” tambah Arfinah.
Arfinah menilai anemia timbul akibat kekurangan darah di kalangan siswi. Selain itu, karena penggunaan handphone yang berlebihan, siswi juga suka begadang sehingga sulit fokus ke pelajaran.
Dalam distribusi yang dilaksanakan per triwulan, petugas memberikan tablet tambah darah ini satu strip per orang yang diminum dengan dosis satu kali sepekan selama satu tahun.
Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, H Mohammad Husni Thamrin, SKM, M.Kes mengatakan implementasi program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri merupakan komitmen Presiden Joko Widodo sesuai slogan yang pernah didengungkannya bahwa “Gizi adalah Investasi Bangsa”.
“Jangan sampai ada lagi malnutrisi/kekurangan gizi di negara berpendapatan menengah seperti sekarang ini,” tutur Husni, mengutip pernyataan presiden dalam webinar Pentingnya Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri selama Masa Pandemi Covid-19 yang digelar beberapa waktu lalu.