PAREPARE,PIJARNEWS.COM—Hari Raya Idul Adha yang identik dengan Idul kurban esensinya harus dimaknai sebagai tempat menebar kebaikan. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Parepare Dr Muhammad Nasir saat menjadi khatib salat Idul Adha di Masjid Al Latief, Jalan Kelapa Gading Parepare, Selasa 20/07/20.
Menurutnya, kurban mengandung makna penyembelihan atau mendekat. Menyembelih hewan kurban adalah melanjutkan ajaran agam seperti yang dijalankan Nabi Muhammad mengikuti jejak nabi Ibrahim.
Kurban adalah wujud kepasrahan secara ikhlas manusia kepada Allah.Sejatinya berkurban kepada Allah SWT bukan hanya mengurbankan sesuatu yang kita miliki tetapi lebih dari itu yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT sekaligus memuat kebajikan kepada sesama.
Menurutnya, keikhlasan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar untuk mengurbankan anaknya kemudian diganti dengan hewan patut menjadi contoh bagaimana keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah.Makanya jangan merasa berat berkurban apalagi umat Islam hanya hewan yang dikurbankan.
“Nabi Ibrahim rela mengurbankan anaknya, kemudian diganti menjadi hewan.Apalah artinya dengan hewan kurban.Meski di era pandemi ini terasa berat.Tetapi jangan pernah memandang berat untuk berkurban sebagai panggilan jiwa yang pasrah,” katanya.
Dosen UM Parepare ini mengatakan, keikhlasan berkurban melambangkan ketakwaan, jangan merasa bertakwa kalau masih berat berkurban.
“Berkurban dengan ikhlas, kelas kita akan naik menjadi predikat Al Muttakkun adalah orang yang bertaqwa.Orang-orang bertaqwa yang dimulaikan Allah sebagai insan yang mulia,” katanya.
Esensi penting dari kurban menebar kebaikan yang bermakna keikhlasan.
“Mari berkurban untuk kebaikan hidup,satu sama lain kita harus bangun jiwa peduli, berbagi amal saleh, jangan egois, kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan sesama anak bangsa, wujudkan kebanggaan gemar menolong dan saling membantu,”katanya.