MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulawesi Selatan (Sulsel) merespon kenaikan harga tiket pesawat dengan menggelar ngopi di bawah pohon. Kegiatan tersebut digelar di Halaman Gedung Mulo di Makassar, Kamis (11/8/2022).
Sekretaris Disbudpar Sulsel, Devo Khaddafi, mengatakan kegiatan itu atas inisiasi Disbudpar bersama dengan Serikat Media Siber (SMSI) Sulsel.
“Jadi kegiatan ini lahir dari warung kopi dengan teman-teman SMSI dan sekarang itu terjadi dengan ditemani kopi pula. Kegiatan ini hanya direncanakan dua hari dan langsung kita jalankan,” kata Devo.
Selain itu, Devo juga mengungkap kegiatan yang diberikan nama Ngopi itu memiliki kepanjangan yakni Ngobrol Pariwisata Indonesia.
Kegiatan yang membahas dampak kenaikan harga tiket pesawat terhadap pariwisata di Sulsel itu menghadirkan sejumlah stakeholder seperti Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA), Didi Leonardo Manaba, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesian (GIPI), Suhardi dan Anggota Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Bambang Haryanto, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Anggiat Sinaga.
Devo, selaku moderator juga menerangkan bahwa hadirnya kegiatan itu didasari kenaikan harga tiket yang melambung.
Ia bercerita bahwa, sebelumnya harga tiket pesawat masih terjangkau, dimana penumpang hanya bisa mengocek isi kantong senilai Rp700 ribu hingga Rp800 ribu saja. Namun saat ini, katanya, paling murah harga tiket pesawat dari Makassar ke Jakarta seharga Rp1,5 juta.
Bambang Haryanto, Perwakilan BPPD Sulsel menyatakan, kenaikan harga tiket disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya kenaikan avtur atau bahan bakar dari pesawat itu sendiri.
“Penyebabnya adalah kenaikan harga avtur yang naik hampir dua kali lipat yakni 70 persen,” ungkap Bambang dalam paparannya.
Tidak hanya Indonesia, kata Bambang, namun di negara lain juga mengalami hal yang sama. Itu juga, lanjutnya, disebabkan efek dari perang Rusia dengan Ukraina.
Adapun faktor lain, lanjut dia, karena ada perubahan batas tarif atas yang telah direvisi yang akhirnya membolehkan kenaikan itu terjadi.
“Karena kemarin itu tarif atas batas kan tidak boleh dinaikkan dan akhirnya bahan bakarnyalah yang kita naikkan, tapi kemarin ada kebijakan lagi akan direvisi tarif batas atas boleh dinaikkan. Tapi SK (Surat Keputusan)-nya belum keluar,” jelasnya.
Penyebab lainnya juga karena pasca krisis pandemi. Sehingga banyak armada yang dikembalikan ke tempat sewa. Akibatnya terjadi kekurangan armada.
“Sehingga permintaan naik, sementara side yang berkurang. Kedua adalah beberapa pesawat di Indonesia itu mengalami maintenance, sehingga butuh biaya yang tidak kecil,” terang Bambang.
Ia menyebutkan bahwa harga tiket pesawat sebenarnya sudah ditentukan sebelum pesawat tersebut beroperasi.
“Jadi pesawat itu kan setiap keluar dari pabriknya sudah ditetapkan biaya operasionalnya sekian. Nah setelah diolah oleh maskapai keluarlah biaya operasionalnya sekian,” kata Bambang.
Dengan kenaikan harga tiket pesawat tersebut, berdampak pada sektor perekonomian di Sulsel. Utamanya pada sektor pariwisata, karena naiknya lebih dari dua kali lipat.
Ketua ASITA, Didi Leonardo Manaba, menjelaskan pihaknya telah gencar melakukan promosi wisata Sulsel agar banyak wisatawan yang datang ke Sulsel.
Namun itu disayangkannya, karena harga tiket pesawat yang melambung sehingga berdampak pada bisnis traveling.
“Disela-sela kami gencar-gencar melakukan promosi di luar untuk mendatangkan orang ke Makassar, kita dihadapkan pada fenomena naiknya harga tiket pesawat,” ungkapnya.
Didi menilai, harga tiket yang naik akan menunda para wisatawan datang ke Sulsel.
“Tapi tadi dengan alasan kenaikan harga tiket tentu berefek pada kacamata industri sebab kalau kita lihat banyaknya penundaan atau berpikirnya customer atau traveller karena mengetahui harga tiket yang mahal,” terang Didi. Ia berharap ada strategi khusus yang dilakukan untuk menghidupkan destinasi wisata di Sulsel. Maka ia menyarankan agar destinasi di Sulsel dimanfaatkan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang bisa mengundang wisatawan manca negara. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin
Editor: Dian Muhtadiah Hamna