MALINO, PIJARNEWS.COM — Ini merupakan pengalaman pertama saya menunggangi kuda di Hutan Pinus Malino, Kabupaten Gowa, Sulsel, Jumat (7/1/2022).
Walau sudah 3 kali mengunjungi tempat ini, namun baru kali ini memberanikan diri menunggangi kuda. Apalagi saat itu, pengunjung Hutan Pinus masih sepi.
Saat menyampaikan kepada sejumlah anggota rombongan bahwa saya hendak menunggangi kuda, seorang teman meminta saya mengurungkan niat tersebut. Alasannya, tubuh saya tambun sehingga bisa membebani kuda.hehe..
Setelah konsultasi dengan seorang pria yang menyewakan kuda dan menyebutkan angka berat badan, ternyata saya masih lolos seleksi.hehe..katanya, berat badan saya masih ideal untuk menunggangi kuda tersebut.
Syaratnya, saat menunggangi kuda, harus menjaga ke-SEIMBANG-an tubuh. Utamanya saat kudanya berjalan. Memang tak mudah membuat keseimbangan. Apalagi baru pertama kali naik kuda.
Refresing di Hutan Pinus, Kota Bunga, Malino usai menuntaskan tugas saya sebagai nara sumber dan sharing session pada kegiatan Capacity Building. Judul materinya Tips Jitu Mengelola Media Digital. Salah satu bagian materinya, menjaga ke-BERIMBANG-an dalam menulis berita dan membuat konten video liputan. Pesertanya puluhan pengelola website www.iainpare.ac.id. Kegiatan itu digelar di ruang pertemuan Rumah Tengah Sawah Malino.
Lokasinya bersebelahan dengan 2 kolam renang air dingin dan 1 kolam air hangat. Di depannya terhampar sawah bersusun-susun. Juga kawasan pegunungan. Areal sawah saat ini masih proses pembajakan dan penggarapan memakai traktor tangan. Sebentar lagi akan dilakukan penanaman padi. Kabarnya sebagian areal sawah tersebut adalah milik owner rumah tengah sawah.
Info dari salah seorang pekerja di Rumah Tengah Sawah, baru 1 tahun lokasi tersebut dibuka untuk umum. Tak heran, jika panitia Capacity Building harus melakukan reservasi 1 bulan sebelum ditempati. Pembayarannya pun, terlebih dulu harus dibayar 100 persen. Tempat ini cukup artistik, modern, dan bernuansa alamiah.
Sebelumnya, tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk tamu yang punya Villa. Umumnya Warga Negara Asing (WNA) yang sedang liburan ke Malino sebelum melanjutkan perjalanan ke Toraja atau ke Pantai Bira, Bulukumba ataukah ke lokasi destinasi lainnya di Sulselbar.
Kebetulan yang punya Villa Rumah Tengah Sawah memiliki usaha travel. Pemilik rumah tengah sawah adalah pasangan suami-istri dan seorang anak. Perempuannya berasal dari Negeri Belanda dan Laki-lakinya berasal dari Pulau Kalimantan. Saya sempat berbincang dengan seorang perempuan yang merupakan pemilik Villa tersebut, namun enggan dipublikasi namanya. Termasuk menolak difoto dan divideokan. Ia fasih berbahasa Indonesia. Kabarnya, suaminya sedang ke Makassar saat kami berada di tempat tersebut selama sehari semalam.
Dua tahun terakhir, dunia dilanda pandemi Covid-19, sehingga kunjungan wisatawan ke Indonesia sepi bahkan masih ada larangan berkunjung. Dari pada rumah tengah sawah sepi, kata pemiliknya, makanya dibuka untuk umum. Itu pun harus selektif. Ada sekira 8 orang bekerja di tempat tersebut. Saat sarapan pagi, pemiliknya langsung melayani penghuni. Ia juga langsung menagani keluhan penghuni jika ada kendala di rumah tempat tinggalnya.
Dari Hutan Pinus, rombongan bergerak ke Kebun Teh Malino Highland. Kabut dan hujan rintik menyambut kami saat berada di lokasi tersebut. Saat itu, jam menunjuk angka 16.30 WITA.
Setelah itu, kami mengunjungi kebun bunga warna-warni. Ratusan jenis bunga ada di tempat tersebut. Semoga suatu saat bisa kembali berkunjung ke Malino dan mengunjungi destinasi wisata lainnya. Seperti Air Terjun Takapala dan Kebun Stroberi. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar