Prof Muhammad Jufri, Andi Tenri A Palallo (tengah) dan Widyastuti saat menjadi pembicara mengenai anak, Jumat (20/12/2020)
MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Semenjak diberlakukannya belajar secara online di masa pandemi Covid-19, banyak yang menilai bahwa kelas online tidak efektif.
Hal ini lantaran anak didik mengalami kendala jaringan dan terbatas dari segi ekonomi untuk membeli kuota internet.
Selain karena terkendala jaringan, banyak anak-anak yang belum begitu paham penggunaan media belajar seperti google classroom yang tersedia di internet.
Orang tua pun harus turun tangan mendampingi anaknya selama proses belajar agar anaknya dapat ikut kelas dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Namun, tak banyak orang tua yang mampu mengajari sendiri anaknya dan tak banyak juga orang tua yang bisa membantu anaknya secara maksimal mengerjakan tugas.
Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan orang tua yang berbeda-beda. Tidak sedikit pula orang tua yang tidak mempunyai waktu luang untuk mengajari anaknya dikarenakan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang harus diselesaikan di tempat kerja.
Problema tersebut tidak hanya dialami orang tua, guru pun yang sehari-hari mengajar di sekolah memiliki tanggung jawab ganda; pengajar sekaligus orang tua bagi anaknya.
Hal tersebut menjadi bahasan dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Melindungi Anak dari Virus dan Stres” di Graha Pena Lantai 19 pada Jumat, (20/11/2020).
Di awal kegiatan FGD ditampilkan video yang menggambarkan kondisi belajar online selama pandemi Covid-19. Dalam video terakhir yang ditayangkan memperlihatkan keadaan seorang ibu yang membantu anaknya menghafal teks pancasila namun ibu dari anak tersebut mengajari anaknya dengan nada yang tinggi.
Video yang ditayangkan dalam kegiatan FGD adalah video yang viral di media sosial dan sempat jadi pemberitaan media massa di Indonesia.
Menurut panelis Widyastuti, Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam FGD yang diselenggarakan Fajar bekerja sama dengan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 bahwa orang tua harus tenang agar anak tidak ikut stres.
“Agar tidak terjadi stres pada anak yaitu orang tua harus tenang,” tuturnya di hadapan seluruh peserta FGD.
Dia mengatakan bahwa kekerasan dalam belajar tidak benarkan dikarenakan anak tidak akan menerima hal tersebut.
“Sebetulnya kekerasan itu apapun alasannya sebetulnya tidak dibenarkan karena anak-anak tidak terima ketika diperlakukan seperti itu,” paparnya.
Ia juga menambahkan bahwa anak lebih mudah mengerti dengan apa yang diajarkan apabila hatinya dalam keadaan senang dan nyaman. Oleh karena itu, orang tua harus melakukannya lebih dahulu sebelum mengajak anaknya belajar.
“Apapun yang kita ajarkan akan lebih masuk ke otak anak-anak, akan lebih mudah diterima oleh anak pada saat anak itu happy, saat anak itu bahagia,” katanya.
Selayaknya orang tua membuat anak lebih senang dulu sebelum mengajarkan mereka sesuatu. Jika mereka senang, maka anak akan belajar dengan mudah. Begitu mereka ditekan maka mereka akan sulit konsentrasi. Ciptakan suasana yang memang membuat anak nyaman, dan ada rasa ingin tahu untuk dia belajar lebih baik.
Selain Widyastuti, hadir pemater lainnya yakni Prof Muhammad Jufri, Kepala Dinas Pendidikan Sulsel. Muhammad Jufri memaparkan mengenai kondisi pembelajaran online di Sulsel. Kemudian Andi Tenri A Palallo, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Makassar dalam FGD membahas tentang kekerasan pada perempuan dan anak selama pandemi Covid-19. Kegiatan ini dihadiri sejumlah pelajari, guru dan kepala sekolah se-Kota Makassar. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna