PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Masa penerimaan siswa baru acap sekali sarat masalah. Salah satunya soal seragam sekolah. Salah seorang warganet sempat memposting foto kwitansi seragam seharga Rp1 juta, pada salah satu penjahit. Benarkah harga itu normal? Apakah pihak sekolah memaksa orangtua membayar seragam seharga tersebut?
Kepala Sekolah SMP 2 Parepare Sri Enyludfiah menjelaskan, pihaknya tidak pernah memberikan pengumuman kepada orang tua siswa untuk menjahit seragam di satu tailor tertentu. Dia memberi kebebasan kepada orang tua siswa.
“Dimana pun mereka senang membelinya, silahkan, kami tidak pernah ikut campur” jelasnya kepada PIJAR, Senin 10/7.
Kwitansi yang beredar di media sosial, disebutnya bukan berasal dari SMP 2. Dia juga menegaskan tidak pernah membebani orangtua dengan biaya apapun. “Silahkan beli seragam dimanapun orangtua suka,” tandasnya.
* Harga Normal
Sementara itu, Nurdin Tailor Selaku yang menyediakan jasa untuk menjahit seragam itu, memastikan harga yang dipatok sudah normal. Hal itu disampaikan Owner Nurdin Taylor, Sumarni.
Untuk 1 pasang seragam putih biru Rp200ribu, 1 pasang seragam pramuka Rp250ribu, satu pasang pakaian olahraga Rp200 ribu, 1 pasang baju batik Rp225ribu, rompi Rp85ribu, topi/dasi Rp35ribu, kaos kaki Rp25ribu dan kacu pramuka serta pengikatnya seharga Rp15ribu.
“Bahkan lebih murah saya kasih harga ketimbang beli satu-satu,” jelasnya. Dia juga tidak pernah memaksa orangtua membeli sepaket, harga Rp1 juta.
PIJAR mencoba membandingkan harga-harga tersebut dengan penjahit lainnya. Salah satu penjahit di Jalan Pancasila, Ansar memastikan bahwa harga itu sudah sesuai standar pada umumnya.
“Kalau saya lihat sesuai mi pak, begitu mi memang biasanya. Juga, Baik baju yang berukuran kecil maupun ukuran besar, biaya penjahitannya juga sama. Cuman kalau kita bicara keuntungan, kita akan untung di kain saja jika yang kita jahit lebih banyak ukuran kecil,” jelasnya. (mul/ris)