SURABAYA, PIJARNEWS. COM--Tak sedikit mahasiswa yang bertemu jodohnya saat berkuliah. Namun, Kyatmaja Lookman berbeda. CEO Pengusaha Truk “Lookman Djaja” ini kuliah bareng istri di S3 Doktor Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Surabaya).
Tak tanggung-tanggung, keduanya juga menulis jurnal dan menjalani sidang kelulusan bersama. Pada Rabu (25/1/2023), Kyatmaja Lookman dan Ira Margaritha menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor dan resmi dinyatakan lulus sebagai doktor angkatan pertama dari DMT ITS dengan predikat Cumlaude.
“Mudah-mudahan kita dapat menyelesaikan semua (rangkaian program doktor) hingga nanti diwisuda. Saya mendorong teman-teman untuk coba mengikuti, kuliah sampai S3. Apalagi kalau kuliahnya bareng jodoh dan istri, bisa saling menyemangati,” ungkap Kyatmaja dalam Webinar Komunitas SEVIMA di Momen Sidang Terbuka Promosi Doktor DMT ITS, Rabu (25/1/2023) pagi.
Dilakukan di Tengah Kesibukan
Perusahaan Truk Lookman Djaja telah berdiri sejak Tahun 1985. Sebagai generasi kedua, Kyatmaja Lookman sejak lulus kuliah S2 juga telah sibuk mengelola ratusan truk dan supir yang ada di perusahaannya. Begitupula dengan Ira Margaritha, istri sekaligus Wakil Direktur Perusahaan.
Semuanya berubah di tahun 2020 saat Pandemi Covid. Pandemi memang membuat bisnis makin sibuk karena pengusaha perlu memikirkan bagaimana agar usahanya tetap bertahan di masa sulit. Terlebih permintaan pengantaran barang menurun secara signifikan.
Namun, pandemi juga membuka peluang baru berupa kuliah online. “Saya sampaikan ke Bu Ira (istri), kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Karena kuliahnya bisa bareng, plus kita perlu mengupgrade skill yang kita miliki agar bisnis kita bisa bertahan menghadapi pandemi maupun pasca pandemi,” ungkap Kyatmaja.
Proses perkuliahan akhirnya diikuti Kyatmaja bersama istri selama dua setengah tahun, menggunakan aplikasi pembelajaran online Zoom dan Edlink.
“Tentu memang agak sulit (kuliah online), kadang terkendala jaringan, dan seperti kata Pak Kristianto (dosen ITS) kuliah S3 itu membutuhkan soliter. Berani belajar mandiri dengan produktivitas tinggi!,” ungkap Kyatmaja.
Mencari Solusi atas Tantangan Bisnis Truk
Untuk menuntaskan studinya, Kyatmaja meneliti tentang “Kemampuan Berinovasi Perusahaan Truk”. Sedangkan Ira Margaritha mengkaji “Manajemen Bisnis untuk Bertahan Menghadapi Pandemi”.
Sepanjang penelitian, Kyatmaja dan Ira mewawancarai teman-temannya yang ada di Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia maupun Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia. Banyak temuan ia dapati, seperti: strategi resiliensi (ketahanan) untuk keberlanjutan usaha, hingga aksi konkret yang bisa dilakukan pengusaha truk untuk menghadapi pandemi.
Passion sekaligus pengalaman Kyatmaja dan Ira yang telah puluhan tahun bergelut di industri truk, ditambah dengan dukungan teman yang sangat antusias mendukung penelitian terkait truk, diklaim Ira membuat perjalanan dalam meneliti menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
“Yang kita wawancara (untuk bahan penelitian) adalah teman-teman sendiri. Teman-teman juga antusias dan mendukung bagaimana kita memecahkan masalah di usaha truk, apalagi di pandemi seperti ini. Sampai kadang anak saya berkomentar, ibunya kalau dulu malam dan weekend (akhir pekan) baking (membuat kue), sekarang di depan komputer. Tenggelam di lautan jurnal-jurnal, mencari jawaban, dan meneliti,” ungkap Ira.
Penelitian Kyatmaja dan Ira juga telah dipublikasikan pada jurnal dan prosiding bergengsi di tingkat internasional. Keduanya mempresentasikan penelitiannya di International Conference on Industrial Enginering and Industrial Management. Acara Tahun 2022 ini seharusnya di adakan di Barcelona Spanyol. “Namun karena pandemi, jadi online, dan kami harus sampai tengah malam begadang untuk presentasi, menyesuaikan jam Eropa,” kenang Ira.
Atas diraihnya gelar Doktor, Kyatmaja dan Ira berharap bahwa gelar ini bukanlah akhir dari kiprah penelitian keduanya. Penelitian menurutnya sangat dibutuhkan untuk mencari jawaban-jawaban di dunia bisnis.
“Kami memang sedang semangat-semangatnya belajar, apalagi bisnis truk ini makin sulit, kompetisi juga semakin tinggi, dan ditambah dengan cobaan berupa Pandemi Covid-19. Jangan sampai kita tidur dan di zona nyaman, sangat berbahaya untuk kelangsungan bisnis!,” ungkap Kyatmaja yang juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sertifikasi, dan terakhir baru saja lulus dari Pendidikan di LEMHANNAS.
Kyatmaja juga mengajak generasi muda maupun pebisnis untuk ramai-ramai belajar setinggi mungkin. “Bisnis dan pendidikan tidak seharusnya dipisahkan dan bukan pilihan. Keduanya bisa berjalan beriringan, apalagi kalau belajar rame-rame itu semakin menarik. Di Eropa, sudah biasa lho CEO bisnis itu syaratnya minimal S3!,” pungkas Kyatmaja. (rls)