PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Berbekal kejujuran dan keikhlasan, Syawal (40) kini menikmati hasil kerjanya. Betapa tidak, ayah tiga anak ini tak pernah menyangka kariernya bisa melejit seperti sekarang.
Syawal, anak pasangan Abdullah M dan Sitti Sawiyah asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, mulanya hanya bekerja sebagai sopir tangki. Lokasinya saat itu di Samarinda, Kalimantan Timur. Profesi itu dilakoni selama 13 tahun, sejak 1998 hingga 2011.
Karena dianggap berprestasi, Pimpinan PT Elnusa Petrofin, anak perusahaan PT Pertamina mengangkat Syawal jadi pengawas lapangan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), Balikpapan, Kalimantan Timur.
Setelah 18 bulan jadi pengawas, ia kemudian dipercaya jadi Kepala Cabang PT Elnusa Petrofin Balikpapan. Dari sinilah karier syawal mulai menanjak. Pria kelahiran 11 September 1978 ini semula hanya sopir tangki, kini memimpin perusahaan pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) di PT Elnusa Petrofin Parepare dengan jabatan Head of Operation.
Setelah dua tahun di Balikpapan, ia lalu dimutasi menjadi Kepala Cabang Elnusa Petrofin Samarinda, yang merupakan lokasi awal tempat Syawal jadi sopir tangki.
Ia kemudian membenahi manajemen pengangkutan BBM tersebut bersama rekan-rekannya yang dulu sama-sama jadi sopir tangki. “Selama dua tahun bekerja, mungkin pimpinan menganggap saya berprestasi karena mampu melakukan efisiensi pemakaian Bahan Bakar Minyak untuk mobil tangki. Saat itu, terminal BBM Samarinda meraih juara tiga di tingkat nasional,” ujar Syawal.
Atas prestasi tersebut, Syawal diberi tanggungjawab lebih besar dengan menjabat PT Elnusa Petrofin Parepare, Sulawesi Selatan. “TBBM Parepare merupakan lokasi yang masuk kategori kelas B karena mengontrol 47 unit mobil tangki, sedangkan terminal BBM di Samarinda masih ketegori C,” kata Syawal.
Di Parepare, Syawal sudah hampir tiga tahun menjabat. Mulai 1 Mei 2016 hingga Agustus 2018. Beragam suka dan duka dilalui Syawal selama memimpin PT Elnusa Petrofin Parepare.
Apa saja kiat sukses Syawal, sehingga kariernya bisa menanjak? Yang semula hanya sopir tangki, kini jadi pimpinan sopir tangki.
Menurut Syawal, yang paling utama dijaga dan dipertahankan adalah integritas yang didalamnya ada nilai-nilai kejujuran dan kerja ikhlas. “Ini pesan orang tua yang selalu saya terapkan sejak dulu hingga sekarang,” kata Syawal yang mengaku hanya mampu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini.
Syawal mengatakan, menjadi sopir tangki itu bukan pekerjaan mudah. Sebab, kata Syawal, butuh keterampilan khusus dan nyawa bisa jadi taruhannya. “Soalnya, para awak mobil tangki itu mengangkut bahan bakar minyak seperti Premium, Pertalite, Pertamax, Solar dan Elpiji,” ujar Syawal.
Karena itu, Syawal berpesan kepada seluruh awak mobil tangki agar senantiasa bekerja dengan baik dibarengi kejujuran dan keikhlasan. “Selain itu jangan sungkan memberi masukan dan terobosan ke perusahaan sehingga pimpinan bisa memberi penilaian. Ibarat berlian, walau pun berada di tengah lumpur suatu saat akan kelihatan,” tandas Syawal.
Apa saja tantangan memimpin perusahaan penyaluran BBM ini? Syawal mengatakan, tantangannya adalah risiko kerja seperti sopir tangki mengalami kecelakaan lalulintas. “Selain itu, mengubah perilaku oknum sopir tangki nakal atau biasa dikenal mobil tangki kencing. Oknum sopir tersebut memindahkan angkutan BBM bukan pada tempatnya seperti lokasi yang akan dituju yakni di SPBU,” jelas Syawal.
Setelah memimpin PT Elnusa Petrofin, pria yang hobi olahraga bulu tangkis ini perlahan-lahan mengubah sistem dan manajemen kerja, termasuk berupaya mengubah perilaku dan kebiasaan buruk sejumlah oknum sopir.
Tak hanya itu, Syawal juga mengutamakan safety dan kerja sama tim. “Selain itu, sesama tim saling mengingatkan pentingnya bersikap jujur. Sebab itu adalah modal utama,” tutur Syawal.
Salah satu terobosan Syawal dalam memimpin Petrofin Parepare yakni setiap mobil tangki dikawal dua sopir. Padahal sebelumnya, sambung Syawal, satu mobil tangki hanya dikawal satu sopir.
Lokasi penyaluran BBM yang dikoordinasi Syawal meliputi Kota Parepare, Pinrang, Sidrap, Wajo, Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Tak hanya itu, penyaluran BBM juga dilakukan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat seperti Polman, Majene, Mamuju. “Yang paling jauh penyalurannya yakni di SPBU Tarailu, Mamuju sekitar 350 kilometer dari Kota Parepare. Waktu tempuhnya sekira 11 jam,” tutup Syawal. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar
Editor: Dian Muhtadiah Hamna