PINRANG, PIJARNEWS.COM–Jauh tertinggal, begitulah kehidupan warga yang bermukim jauh di pedalaman kaki gunung Tirasa, tepatnya di Lingkungan Lampa Timur (Lampa Toa) bagian dari Kelurahan Lampa, Kecamatan Duamapanua, Kabupaten Pinrang.
Butuh waktu dua jam dengan akses jalan exstrem untuk menuju ke kampung lampa toa dari kota Pekkabata, tidak ada ojek apalagi mobil penumpang.
Saat pemilu, ada 50 wajib pilih dengan 30 rumah di lingkungan itu, kehidupan warga nya berkebun dan menggantungkan hidup di hutan.
Mirisnya lagi, warga harus bertahan serba kekurangan, karena tidak ada listrik, tidak ada kesehatan dan tidak ada pendidikan .
Belum lama ini ada pembukaan akses jalan, itupun baru setengah dan menggunakan dana swadaya masyarakat, hasil kebun dan hasil hutan, selain itu untuk menjualnya mereka juga harus kembali berjuang untuk turun ke kota. Sehingga tak heran membuat warga banyak yang meninggalkan Lampa Toa.
Tidak ada pendidikan formal saat ini, yang ada hanya pendidikan non formal, dimana proses belajar mengajarnya dilakukan di kolong rumah oleh pengajar honorer, itu pun dilakukan tidak tiap hari.
Aziz warga Lampa mengaku,
Jika ada warga yang sakit terpaksa harus turun gunung, pihak kesehatan kecamatan Duampanua ke lampa toa terakhir pada tahun 2019 lalu.
Soal listrik tidak ada sejak kampung itu ada dan warga belum pernah merasakan namanya aliran listrik, warga hanya mengandalkan tenaga surya.
Kini hanya ada beberapa warga saja yang bertahan hidup di kaki gunung Tirasa tersebut, padahal dulu Lampa Toa ramai, kini separuh penduduknya turun gunung bermukim di Lampa Pekabata kota kecamatan.
“Kami sudah kordinasi dengan dinas PU-PR soal kodisi jalan, bahkan kondisi masyarakat Lampa Toa kami juga sudah laporkan ke pemerintah kabupaten Pinrang,” kata Lurah Lampa Muhammad Delli.
Reporter : Fauzan Mahmud
Editor : Muhammad Tohir