MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Mari ke Taman Sinema nonton layar tancap. Taman Sinema hadir dengan kemasan layar tancap untuk mengajak masyarakat menyaksikan dan merayakan hak asasi, sastra dan keragaman budaya lewat film. Tiga film Indonesia yang akan diputar berturut-turut setiap malamnya yakni Athirah yang disutradarai Riri Riza, Turah oleh Wicaksono Wisnu Legowo, dan Istirahatlah Kata-kata oleh Yosep Anggi Noen. Taman Sinema akan hadir sejak 14 Mei hingga 16 Mei di Fort Rotterdam Makassar.
Taman Sinema merupakan rangkaian program ‘Ke Taman’ yang digagas oleh Rumata’ Artspace. Sebuah program untuk menciptakan ruang terbuka yang ramah dan luas, bisa dijangkau semua kalangan masyarakat agar bisa menyaksikan dan menikmati tontonan berkualitas secara gratis di halaman Fort Rotterdam.
Athirah/ Riri Riza/ 81 Menit/ 2016. Athirah diangkat dari novel karya Alberthen Endah. Sebuah kisah nyata, perempuan Bugis-Makassar yang goyah ketika suaminya mengawini perempuan lain. Kebudayaan, memungkinkan suami beristri lebih dari satu dan perempuan tak punya ruang untuk bisa menolak. Athirah bergulat melawan perasaannya demi mempertahankan keutuhan keluarganya. Sementara anak lelaki tertuanya, Ucu, yang kelak kita kenal sebagai Jusuf Kalla, tak tahu pada siapa ia harus berpihak. Ucu sangat mengagumi sosok bapaknya, tapi sangat mencintai ibunya yang selalu sabar dan baik hati. Athirah berhasil membuktikan dirinya berharga. Kondisi, membuat ia tumbuh menjadi perempuan mandiri yang cekatan berbisnis, tanpa perlu menghamba pada belas kasihan suaminya. Tak hanya menyuguhkan konflik batin Athirah, tapi juga menghadirkan pemandangan alam pedesaan di Sengkang yang masih asri, menyuguhkan makanan khas Bugis-Makassar yang membuat kita rindu kampung halaman. Setelah menikmati Athirah dalam layar tancap, akan dilanjutkan dengan bincang-bincang bersama sutradara dan sejumlah pemainnya.
Turah/ Wicaksono Wisnu Legowo/ 82 Menit/ 2016. Melalui film Turah, Wicaksono Wisnu Legowo menghadirkan kerasnya persaingan hidup orang-orang kalah di Kampung Tirang, sebuah tanah tumbuh di pinggiran Kota Tegal. Mereka dijangkiti pesimisme, diliputi perasaan takut. Terutama Darso, juragan kaya yang telah memberi mereka ‘kehidupan’. Pakel, sarjana penjilat di lingkaran Darso, dengan pintar membuat warga kampung makin bermental kerdil. Situasi tersebut memudahkannya untuk terus mengeruk keuntungan. Setitik optimisme dan harapan untuk lepas dari kehidupan tanpa daya hadir pada diri Turah dan Jadag. Serangkaian peristiwa hadir, mendorong Turah dan Jadag untuk melawan rasa takut yang sudah akut dan meloloskan diri dari narasi penuh kelicikan.
Ishtirahatlah Kata-kata/ Yosep Anggi Noen/ 97/ 2016. Yosep Anggi Noen menghadirkan Wiji Thukul lewat karya Istirahatlah Kata-kata. Wiji Thukul salah satu sosok penyair yang karya-karnyanya menjadi inspirasi bagi pergerakan melawan rezim Soeharto yang membungkam suara rakyat. Lewat puisi, Wiji Thukul tak gentar menyuarakan pikirannya. Film ini merekam periode pelarian Wiji Thukul di Solo hingga Pontianak. Film yang mencoba menyampaikan atmosfer keterasingan dan ketakutan hidup di bawah rezim yang tak ingin melihat rakyatnya, seumpama bunga, bertumbuh.
Setiap tahun, Makassar International Writers Festival selalu menghadirkan program-program spesial. Perayaan MIWF edisi ketujuh ini akan berlangsung lebih panjang yakni 9 hari di sejumlah lokasi di Makassar dengan pusat pelaksanaan festival di Fort Rotterdam. Tahun ini, kami memperkenalkan konsep pop-up park, sebuah proyek kolaborasi yang menawarkan ruang piknik, kuliner, musik, layar tancap, dan perpustakaan terbuka. Taman ini sudah terbuka sejak 13 Mei sampai 20 Mei 2017 sehingga membuat perayaan MIWF dan rangkaian kegiatannya menjadi lebih panjang. Mitra utama untuk tanggal 13-14 Mei adalah Pesta, 14-16 Mei hadir Taman Sinema, dan 17-20 MIWF. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan Konser Reformasi pada 21 Mei yang akan diramaikan oleh duo legendaris Ari Reda.
MIWF adalah festival literasi internasional pertama dan satu-satunya di Indonesia Timur ini diselenggarakan oleh Rumata’ Artspace sebagai program tahunan. Pertama digelar 2011, festival ini menjadi salah satu acara sastra yang hidup dari semangat hampir 200 relawan, melahirkan kerja kreatif dan kerjasama warga dari berbagai kalangan. MIWF tahun lalu dihadiri sekitar 8.000 orang setiap, menjadikan festival ini sebagai kegiatan literasi yang paling dinanti dan diminati di Indonesia timur.
Setiap tahun, MIWF selalu menyajikan para penulis dan pembicara penting untuk membagi pengalaman dan gagasan mereka dalam berbagai topik pilihan. Tahun ini, MIWF mengangkat tema DIVERSITY! Terinspirasi dari keberagaman yang begitu kaya di negeri ini serta makin kompleksnya persoalan kebangsaan yang muncul untuk merawat kebhinekaan. Melalui serangkaian panel diskusi, lokakarya, pertunjukan dan pembacaan karya serta forum terbuka, festival ini mengeksplorasi berbagai isu seputar keragaman di Indonesia, kawasan dan di dunia. Festival ini juga menawarkan pula berbagai topik dan tema yang akan didiskusikan serta sejumlah buku akan diluncurkan dievent ini. Sampai jumpa di MIWF 2017! #MIWF2017 (rls)