“Akses menuju ke Lampa Toa membutuhkan lima jembatan untuk memudahkan akses jalan menuju perkebunan masyarakat. Yang paling mendesak pembangunannya yakni tiga jembatan,” ujar Delli.
Ia mengatakan, saat ini Lampa Toa sudah bisa diakses kendaraan roda dua dan empat. Tapi harus kendaraan khusus. Utamanya yang bisa menjangkau medan ekstream.
“Kalau naik motor, bagus jika pakai Trail. Lokasi ini nantinya akan tembus ke Maung, Duampanua,” ujar Delli.
Anggota DPRD Pinrang, Ilwan Sugianto mengatakan, tahun 2021 ini kemungkinan ada lagi alokasi anggaran untuk peningkatan jalan dan pembangunan jembatan ke Lampa Toa.
“Lampa Toa masih menjadi perhatian tahun ini. Hanya saja, saya belum bisa sampaikan berapa alokasi anggaran untuk peningkatan jalan dan jembatan ke wilayah tersebut. Biasanya itu satu paket antara jalan dan jembatan,” ujar Legislator Partai Gerindra dari Daerah Pemilihan Cempa dan Duampanua ini kepada PIJARNEWS, Senin (29/3/2021).
Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Pinrang ini berharap ke depan, Lampa Toa bisa lebih maju dan menjadi salah satu destinasi wisata buah di Kabupaten Pinrang.
Penulis pernah menjelajahi jalan tersebut dari Massila ke Lampa Toa. Saat itu meninjau lokasi areal perkebunan keluarga. Tepatnya di medio Desember 2020 lalu. Saat itu, akses jalan baru saja dibuka pemerintah.
Saat itu, penulis mengendarai sepeda motor jenis bebek dengan membonceng ayah. Karena bukan sepeda motor khusus untuk jalur extream, sehingga agak kesulitan menembus medan. Utamanya saat melintas sungai, lantaran tak ada jembatan.
Beberapa kali mesin motor mogok di tengah jalan, karena tak mampu menanjak di jalan tanah dan berbatu. Beruntung sepeda motor tak jatuh ke jurang. Begitu pula saat melintasi penurunan, sepeda motor tersebut remnya kerap tak berfungsi maksimal. Sehingga memacu adrenalin.
Paling parah, saat hujan sudah mulai turun di area pegunungan. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 4 sore. Saat berada di perkampungan, penulis hendak bergegas pulang ke rumah di Lampa, ibu kota kecamatan Duampanua. Sebab khawatir jalan kian becek dan berlumpur sehingga kian menyulitkan untuk turun dari area pegunungan tersebut.
Beruntung saat itu, seorang warga Lampa Toa yang biasa kami panggil Pak Ali bertemu di perkampungan. Tepatnya di dekat Masjid. Saat itu, Pak Ali yang sudah belasan tahun tinggal berkebun di Lampa Toa hendak memindahkan ikan mas besar yang dititip di kolam di areal perkampungan. Ikan tersebut hendak dibawa dan dikembangbiakkan ke lokasi kolam di perkebunannya.
Sebelum ke kolam penampungan ikan, kami sejenak mampir di kebun. Di lahan tersebut terdapat puluhan jenis pohon sehingga terasa sejuk dan rindang. Sebab terdapat banyak pohon pinus.
Usai memantau lahan, Pak Ali bersedia mengantar Ayah penulis hingga ke area perkampungan di Massila. Sebab sepeda motor modifikasinya sudah terbiasa melewati medan ekstream tersebut. Sedangkan sepeda motor pinjaman dari paman penulis kesulitan melakukan perjalanan. Baik saat berangkat, lebih-lebih saat pulang.
Sebelum jalan diperbaiki, Komunitas Trail Pinrang juga kerap melakukan perjalanan ke Lampa Toa. Jurnalis PIJARNEWS yang juga anggota Komunitas Trail, Fauzan Mahmud alias Ocang sering berkunjung ke Lampa Toa dan berinteraksi dengan warga. Ocang juga berkali-kali mengirimkan hasil liputannya ke media siber dan televisi nasional mengenai sulitnya akses jalan saat itu.
Dari laman facebook Pemkab Pinrang, penulis juga melihat foto dan video rombongan Bupati Pinrang, Andi Irwan Hamid saat berkunjung ke Lampa Toa pasca pembukaan akses jalan. Saat itu, Puang Iwan, sapaan akrab Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid meresmikan dan menggelar syukuran atas penggunaan akses jalan tersebut. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar
Editor : Misbah Sabaruddin