PINRANG, PIJARNEWS.COM — Banyak aspek Ramadan – puasa, doa, nilai-nilai moral, amal, Quran, keluarga, Idul Fitri – memberikan kesempatan berharga untuk melatih anak-anak. Apakah mereka adalah anak-anak Anda sendiri atau anak-anak yang Anda ajar, pendidikan atau pelatihan bukanlah proses otomatis atau mudah.
Anak-anak tidak membawa pikiran kosong dan mengisinya dengan apa yang kita katakan. Pelatihan membutuhkan usaha, energi dan beberapa teknik untuk lepas landas.
Dikutip dari Soundvision dalam artikel “Seven Strategies To Train Kids This Ramadhan”, Berikut adalah beberapa kiat dan teknik pelatihan untuk mengubah pikiran dan kenangan anak-anak Anda di Ramadhan ini:
1. Biarkan tangan mereka kotor
“Tujuan besar pendidikan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan.” Herbert Spencer
Anak-anak belajar dengan “melakukan”. Rata-rata, siswa mempertahankan 75 persen pelajaran ketika mereka belajar melalui kegiatan langsung dibandingkan dengan lima persen melalui ceramah atau 10 persen melalui membaca (Brunmer, Jerome, “Proses Pembelajaran”).
Jika, misalnya, Kita ingin mengajari anak-anak Anda konsep Zakat, mintalah mereka untuk membantu Anda menghitung Zakat Anda, putuskan di mana untuk mengirim uang, dan kirimkan amplop. Aksi dan implementasi dapat terjadi saat anak-anak belajar, tidak harus sesudah!
Nabi Muhammad SAW biasa membawa putrinya, Fatima, bersamanya ketika dia berdoa di Ka’bah di Makkah. Kemudian, di Madinah, ia akan membawa cucu-cucunya, Hassan dan Hussain, ke Masjid sebagai balita sebelum mereka tahu bagaimana cara berdoa.
Sebuah konsep menjadi nyata dan penting bagi anak-anak ketika mereka mengalaminya daripada sekadar membacanya. Mereka akan ingat bagaimana melakukannya bertahun-tahun kemudian ketika Anda dapat menangkap mereka memberitahu teman-teman mereka, “Saya telah menghitung Zakat sejak saya masih kecil!”
2. Libatkan emosi mereka
Ketika anak-anak terlibat secara emosional dalam suatu kegiatan, mereka jarang ingin meninggalkannya. Video game dan acara TV menargetkan emosi anak-anak. Sebagai orang tua dan pendidik, kita dapat menggunakan teknik yang sama untuk pelatihan.
Cerita, lagu, sandiwara, kerajinan, dan permainan menangkap emosi anak-anak. Setelah seorang anak tertarik dan bersemangat, dia lebih cenderung tetap penuh perhatian sampai akhir dan mendapatkan pesan yang ingin Anda berikan. Sama seperti kita mengingat peristiwa dalam kehidupan kita yang secara emosional signifikan, anak-anak mengingat konsep yang dipelajari melalui kegiatan yang “menyenangkan”, “lucu”, “menarik” atau “berbeda”.
Jangan takut untuk mengaduk-aduk pelatihan Anda — Anda tidak perlu kehilangan konten apa pun. Tulis lagu tentang Idul Fitri, buat kotak harta Hadis, atur malam trivia Ramadhan, atau baca cerita tentang Ramadhan di Madinah. Jika mereka menikmatinya, anak-anak akan kembali lagi!
3. Ungkap tujuannya
Kita sering mendengar siswa mengeluh, “Mengapa kita harus melakukan ini?” atau “Latihan matematika ini tidak ada gunanya”. Sayangnya, kami sering mendengar tanggapan seperti, “Karena saya menyuruh Anda,” “Karena Anda harus”, atau lebih buruk lagi, “Anda akan mendapatkan pemutar CD baru jika Anda menyelesaikan buku”.
Seperti kita, jika anak-anak tidak melihat tujuan atau pentingnya suatu tindakan, mereka tidak akan memiliki motivasi untuk menyelesaikannya. Untuk menghindari komentar serupa dari anak-anak Anda tentang doa atau puasa, pastikan mereka memahami tujuan.
Sebelum memulai pelajaran apa pun, entah itu cerita tentang Sahabat Nabi atau kiprah Idul Fitri, jelaskan mengapa Anda melakukan kegiatan tersebut dan apa manfaatnya bagi anak-anak.
Ingatkan anak-anak Anda bahwa mereka melakukan ibadah untuk menyenangkan Allah, bukan Anda. Jelaskan mengapa kita perlu menyenangkan Allah dan bagaimana setiap tindakan, termasuk mencuci piring atau pekerjaan rumah matematika, akan membantu kita mencapai tujuan itu.
Jika anak-anak hanya berdoa untuk menyenangkan Anda, ketika Anda pergi, motivasi dan doa mereka akan hilang.
Selanjutnya….