MAKASSAR, PIJARNEWS.COM--Tanaman eceng gondok tentu sangat familiar ditemukan, namun bagi kebanyakan orang masih belum tahu kalau eceng gondok bisa meraup banyak keuntungan hingga puluhan juta rupiah.
Salah seorang warga asal Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Elsa telah membuktikan hal tersebut dengan mendirikan usaha kerajinan yang memproduksi tas, karpet dan tempat tissu terbuat dari anyaman batang eceng gondok.
Berawal dari menonton TV dan sharing di internet terkait pengelolaan eceng gondok menjadi kerajinan bernilai. Dari situ Elsa kemudian mulai mencoba membuat beberapa kerajinan berbahan dasar eceng gondok.
Elsa menggunakan batang dari tanaman eceng gondok sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan dalam bentuk tas dan keranjang.
Adapun cara membuatnya, pertama batang eceng gondok yang diambil dari sungai atau rawa di Makassar itu dikeringkan sampai berubah warna menjadi coklat.
Setelah berubah warna dan kering, batang tanaman eceng gondok itu dibasahi, kemudian baru bisa dianyam menjadi berbagai bentuk kerajina yang menarik.
Batang dianyam dengan cara disilang satu sama lain dan saling tumbang tindih sehingga menjadi sebuah bidang datar. Teknik yang digunakan yakni tekni anyaman tunggal.
Orang menganyamnya biasa mengunakan sebuah benda sebagai cetakan sesuai bentuk yang digunakan. Seperti kubus yang terbuat dari kayu sebagai penanda dalam proses anyam.
Satu produk kerajinan biasa menggunakan puluhan bahkan ratusan sesuai ukuran yang diinginkan si pembuat kerajinan.
Menurut pengakuan Elsa satu kerajinan tas atau produk lainnya bisa memakan waktu selama 2 jam.
Semula Elsa produksi kerajinan anyaman itu hanya menggelutinya seorang diri dan dibantu oleh keluarganya, mulai dari mengumpulkan bahan baku yang diambil dari kanal, sungai maupun rawa-rawa di Kota Makassar hingga menganyamnya menjadi satu kerajinan.
Karena sudah merasa mampu membuat berbagai bentuk kerajina anyaman eceng gondok itu, ia kemudian banting stir dengan menjadikan kegiatan anyaman itu sebagai sebuah usaha yang diberi nama Anyamandiri.
Berbekal keterampilan anyaman Elsa mengajar beberapa tetangganya yang merupakan ibu rumah tangga di sekitarnya untuk menganyam.
Alhasil beberapa ibu rumah tangga tertarik dan ikut dalam usaha yang didirikan Elsa sejak tahun 2017 itu, menjadi pengrajin dalam usahanya.
Karena model yang pas-pasan ia belum bisa mendirikan tempat produksi sendiri, namun dengan kecerdasan Elsa, ia menerapkan sistem produksi di rumah masing-masing penganyam.
Kini, diketahui sebanyak 15 orang yang telah ikut dan diberdayakan dalam usaha tersebut yang meliputi para ibu rumah tangga dan janda tua dan ada juga mahasiswa.
Selain pemberdayaan produksi, ia juga memberdayakan masyarakat lewat pengepulan bahan baku kerajinan.
Setidaknya ada sekira 10 orang yang ditugaskan sebagai pengepul batang eceng gondok di Kota Makassar.
Meskipun beberapa di antaranya masih menjadikan itu sebagai sampingan namun ada juga yang menjadikan itu sebagai mata pencarian.
Bagi pengepul eceng gondok, ia dibayar berdasarkan berat batang yang dikumpulkan. Adapun harga satu 1 kilogram dihargai Rp10 ribu.
Berdasarkan keterangan Elsa bahwa usaha yang didirikan itu tidak hanya ingin meraup keuntungan sebab, tujuan awal didirikannya usaha tersebut untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya yang tidak memiliki penghasilan.
Ia mengaku empati terhadap warga di sekitarnya yang tidak memiliki pekerjaan dan warga yang memiliki penghasilan pas-pasan, dengan usaha itu ia bermaksud memberikan solusi kepada para warga sekitar.
“Dari situlah saya ingin membangun usaha ini dimana saya bisa melibatkan banyak orang dan jika saya menjalankan usaha ini, maka lebih banyak lagi orang yang akan mendapatkan peningkatan perekonomian,” terang Elsa.
Selain itu ia mengatakan, meski kebanyakan orang menganggap eceng gondok sebagai tanaman liar yang tidak berguna, namun ia menilai tanaman yang biasa tumbuh di sungai itu memiliki peluang bisnis yang besar.
Bahkan kini lewat usahanya itu, ia dapat memproduksi kerajinan itu dalam sebulan bisa mencapai 400-500 pcs dengan pemberdayaan ibu rumah tangga.
Analisis Elsa tidak hanya bualan belaka, dengan kapasitas produksi yang banyak itu juga didukung oleh banyak pangsa pasar bahkan sampai keluar negeri.
Khusus di dalam negeri sendiri, produk Anyamandiri itu banyak diminati oleh perusahaan hotel untuk dijadikan merchandise dalam perusahaannya.
Tidak hanya itu produk kerajinan itu juga sudah banyak diekspor ke berbagai negara seperti, Vietnam, Mesir (Kairo), Afrika Selatan, Thailand dan Malaysia.
Adapun omzet yang biasa diperolehnya rata-rata per bulan ditaksir Rp 25 juta bahkan pernah tembus Rp 35 juta perbulannya dari total produksi.
Ketertarikan terhadap produk tersebut tidak hanya datang dari perusahaan hotel saja, akan tetapi itu juga datang dari Pemerintah Kota Makassar dan Bank Republik Indonesia (BRI) di Sulsel.
Pemkot Makassar pun kadang mengundang Elsa dalam tiap pameran nasional bahkan internasional. Baru-baru ini pihaknya juga mendapat undangan dari Pemkot dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) tahun 2023 yang diadakan di Kota Makassar.
Pada kegiatan tersebut produknya akan menjadi oleh-oleh bagi tamu VIP Pemkot dalam perhelatan akbar itu.
Tidak mau ketinggalan, BRI juga ikut tertarik dengan UMKM yang didirikan oleh Elsa itu, pasalnya pihak BRI Sulsel telah memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengembangan usahanya itu.
Elsa mengaku senang dan bersyukur atas bantuan KUR dari pihak BRI Sulsel. Baginya bantuan yang diberikan BRI dengan KUR ringan dapat membantu perkembangan usahanya.
Selain itu KUR dari BRI itu juga digunakan untuk memfasilitasi beberapa orang anggota dalam usahanya tersebut.
“Iya, Alhamdulillah semua itu mendapat fasilitas KUR, yah hampir semua itu anggota saya fasilitas KUR, kredit usaha rakyat,” ungkapnya.
Bantuan BRI bukan hanya KUR saja melainkan, usaha Elsa juga sering diundang dalam acara pameran UMKM yang diadakan oleh kantor unit hingga wilayah BRI di Sulsel.
Salah satu event pameran nasional yang pernah diikuti oleh usaha Anyamandiri yakni Brilianprenieur 2020 di Jakarta. Usaha Elsa itu merupakan perwakilan yang diutus oleh BRI Sulsel kala itu.
Baginya bantuan tersebut sangat besar dan menguntungkan dalam pengembangan usahanya itu.
“Alhamdulillah kalau saya sendiri yang merasakan bantuan dari BRI itu sangat besar sekali di luar dari itu saya sudah dilayani dengan KUR kecil dan dengan dimudahkan semuanya terus ada kegiatan-kegiatan juga dari kantor unit dari cabang dan kanwil Alhamdulillah selalu ada,” tuturnya.
Adapun harga satuan dari tiap orderan kerajinan tersebut, untuk kerajinan tas dijual satuannya itu dihargai Rp 100 ribu.
Terkait ketahanan produk kerajinan itu, Elsa mengaku bisa bertahan selama 5 tahun dan bahkan bisa lebih namun itu bergantung dengan perawatannya.
“Kalau soal ketahanan nya itu, saya melihat barang bisa tahan bisa sampai 3-5 tahun, tapi bergantung dari perawatan,” imbuhnya.
Pantauan Pijarnews.com, usaha Elsa yang terletak di Jalan Poros Telkom, Kelurahan Paccarakkang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar itu telah memiliki galeri sendiri yang bisa dikunjungi langsung. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin