PINRANG, PIJARNEWS.COM — Setiap usaha jika ditekuni dengan baik, maka akan mendapatkan hasil maksimal. Perinsip itulah yang dipakai Indah (19), seorang perempuan muda yang berwirausaha kripik ubi.
Warga Dusun Bottae, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan itu awalnya merintis usaha keripik ubi sejak tahun 2012. Itu berarti, usahanya sudah berjalan 10 tahun. Usaha ini mendapat dukungan dan bantuan orang tuanya.
Meski usianya terbilang cukup muda, namun Indah tetap gigih menjalankan usaha kripiknya. Itu pula yang menjadi satu alasan sehingga Indah enggan melanjutkan pendidikannya ke bangku perguruan tinggi. Sebab ia mau fokus berwirausaha dan bertekad menjadi orang bermanfaat. Minimal buat diri sendiri dan keluarganya.
“Usia muda bukan menjadi alasan untuk tidak berwirausaha. Apalagi orang tua saya selalu memberikan support,” kata Indah saat diwawancarai Lutpia, mahasiswi Jurnalistik Islam IAIN Parepare, Selasa 31 Mei 2022 lalu.
Indah mengatakan, usahanya berawal dari iseng belaka. Sebab di kampung halamannya di Bottae memang terkenal banyak ubi kayu. Sebab umumnya warga berkebun ubi kayu.
Menurut Indah, bahan dan alat yang digunakan untuk membuat keripik ubi tidak terlalu sulit ditemukan.
“Bahannya ubi kayu dan pewarna makanan. Sedangkan alatnya memanfaatkan pipa kran untuk rol adonan. Alat tersebut digunakan untuk mengolah bahan tersebut menjadi kripik,” kata Indah.
Meski menggunakan alat dan bahan seadanya, lanjut Indah, namun proses produksi kripik ubi tersebut tidak memerlukan waktu yang lama.
Hanya saja, mendung dan hujan menjadi hambatan proses pengeringan keripik ubi
“Perhari bisa 1.000 lembar keripik ubi yang diproduksi. Jika memiliki banyak pesanan, maka produksi harus lebih banyak dari yang sebelumnya. Satu ikat biasanya dijual dengan harga Rp10 ribu dengan jumlah 60 lembar keripik ubi. Namun ketika di luar kota, harganya beda lagi. Biasa 30 lembar dengan harga Rp10 ribu,” beber Indah.
Keripik ubi ini juga sering dijadikan sebagai ole-ole bagi warga yang datang ke Pinrang. Khususnya yang berkunjung ke Dusun Bottae, Kecamatan Mattirobulu. Ole-ole itu biasanya untuk diberikan kepada kerabat.
Selain rasanya yang memang memiliki ciri khas, sambung Indah, keripik ubi ini sangat cocok untuk dikomsumsi anak-anak, orang dewasa, bahkan orang tua sekalipun.
Menurut Indah, hasil penjualan kripik ubi ini cukup lumayan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
“Hasilnya cukup memuaskan. Sebelum pandemi Covid-19, biasanya penghasilan mencapai Rp4 juta per bulan, namun saat pandemi pendapatan menurun. Semoga di tahun ini penjualan kembali normal bahkan bisa meningkat,” harap Indah.
Indah mengatakan, keripik ubi ini sudah dijual sampai ke luar daerah. Seperti ke Pulau Kalimantan. Indah membeberkan, usaha keripik ubi ini modalnya tidak terlalu banyak, namun bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.
“Yang terpenting usaha ini sangat membantu perekonomian keluarga kami,” pungkas indah. (*)
Citizen Jurnalis : Lutpia, Mahasiswi Jurnalistik Islam IAIN Parepare
Editor : Aryo Nugraha & Alfian