MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Siapa sangka sampah plastik tidak bisa membangkitkan ekonomi masyarakat. Asumsi terhadap sampah plastik habis manis sepah dibuang itu dipatahkan salah satu usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak di bidang sosial dan lingkungan yang ada di Kota Makassar.
UMKM tersebut bernama Rappo telah berdiri hampir tiga tahun sejak pandemi melanda dunia yang berdampak pada ekonomi masyarakat di Kota Makassar.
Kehadiran Rappo di tengah pandemi menjadi solusi tersendiri bagi kelompok ibu-ibu rumah tangga yang ada di wilayah Untia Kecamatan Biringkanaya Makassar Sulawesi selatan.
Rappo yang digerakkan oleh anak-anak muda di Makassar berhasil memberdayakan belasan ibu-ibu dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah dengan sampah plastik daur ulang yang menjalankan sistem kemitraan dan bagi hasil.
Founder Rappo, Akmal Idrus mengungkapkan sepanjang dua tahun lalu pihaknya banyak melaksanakan kegiatan sosial pemberdayaan perempuan berbasis lingkungan untuk membantu ekonomi masyarakat.
Hal itu dilaksanakannya dengan pelbagai program strategis seperti donasi sampah plastik, plastic smart cities dan rappo yourth ambassador.
“Sepanjang dua tahun kita berdiri, kita banyak membuat kegiatan-kegiatan sosial dan juga pemberdayaan perempuan dan lingkungan. Dari dua hal itu akhirnya kita buat beberapa program yakni donasi sampah plastik, plastic smart cities dan rappo yourth ambassador,” ungkap Akmal kepada Pijarnews.com, belum lama ini.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin itu menjelaskan, program donasi sampah plastik itu sebagai ikhtiar dalam menyelamatkan lingkungan.
Tidak sampai di situ, kata dia, sampah hasil donasi tersebut kemudian didaur ulang untuk dijadikan suatu produk bernilai ekonomi serta bisa memberikan tambahan pendapatan bagi para ibu-ibu rumah tangga yang diberdayakan.
Adapun produk yang didaur ulang tersebut merupakan tas dengan konsep futuristik yang didukung desain keren sehingga menarik konsumen untuk membeli.
“Jadi sampah-sampah yang didaur ulang jadi tas itu hasil dari donasi sampah plastik masyarakat gitu di Untia Kecamatan Biringkanaya samping tol,” tuturnya.
Ia mengaku telah mengumpulkan donasi sampah plastik dari 5 ribu sampai 10 ribu sampah plastik yang akan dibuat tas keren, menarik dan bernilai jual.
Memberdayakan 19 ibu rumah tangga Rappo mampu memproduksi tas hingga ribuan. Sementara penjualannya juga kadang mencapai jumlah produksi tiap bulanya sebab banyak yang meminatinya. Bahkan tidak sedikit perusahaan di Makassar juga menjadikan produk tas tersebut sebagai merchandise perusahaan.
“Itu karena fokus penjualan kita ini business to business jadi memang pengambilannya puluhan sampai ratusan. Bahkan banyak perusahaan besar yang menggunakan produk kita sebagai official merchandise perusahaannya,” terangnya.
Selain di Makassar penjualan juga dilakukan di beberapa daerah maupun kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Jakarta dan Bali. Akmal mengatakan, penjualan di luar Makassar tersebut juga memberikan efek besar terhadap omzet yang didapatkan per bulannya.
Meski tidak disebutkan secara terperinci, disebutkan bahwa omzet dari penjualan tas di beberapa tempat termasuk di Makassar bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap bulan.
Sebelumnya Rappo hanya mengandalkan kemitraan terhadap penjahit lokal, namun kini Rappo telah memiliki Rappo Impact Center sebagai pusat kegiatan produksi bagi ibu-ibu yang diberdayakan. Bahkan dalam plan bisnis ke depannya Rappo akan melebarkan sayapnya ke Kota Depok.
“Kita rencana mau buka Rappo impact center di Depok bahkan di luar Sulawesi sih. Ini sebenarnya baru rencana, dalam waktu dekat kita akan survei lokasinya apakah memungkinkan atau tidak,” imbuhnya.
Dengan hal itu, presenter TVRI itu berharap dampak positif daur ulang sampah plastik tidak hanya dirasakan masyarakat Untia di Makassar namun juga bisa dilakukan di daerah lainnya.
“Karena memang dampak sampah plastik itu kan bukan hanya di Makassar sebenarnya tapi bagaimana semangat dari Makassar ini bisa meng-influence kota lain untuk melakukan hal yang sama,” tutupnya. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin (Peserta Journalist on Site BRI Fellowship Journalism)