PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Aksi demonstrasi soal dugaan korupsi yang dilakukan LSM Fokus dan sejumlah elemen masyarakat di Kantor DPRD Parepare, Rabu (13/2/2019) menuai polemik. Sejumlah aktivis perempuan mengecam unjukrasa yang diwarnai dugaan pelecehan kaum perempuan.
Soalnya, aksi demo tersebut diwarnai penyerahan BH (Breast Holder) atau Kutang/Bra sebagai simbol lemahnya DPRD dalam melakukan pengawasan isu korupsi. Hal tersebut dinilai pelecehan terhadap kaum perempuan oleh sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Perempuan Indonesia (KPI). Para aktivis KPI tersebut menggelar konfrensi pers di Warkop 588, Kota Parepare, Sabtu (16/2/2019).
Aktivis KPI Parepare, Andi Nhilawati Ridha mengaku mensupport kegiatan pengunjukrasa yang mengangkat tema dan isu korupsi.
“Kami support kegiatan teman-teman yang mengangkat isu korupsi untuk membela masyarakat. Hanya saja, yang kami tidak setuju adalah penyerahan BH sebagai simbol lemah,“ kata Andi Nhila –sapaan akrab Andi Nhilawati Ridha, Sabtu (16/2/2019).
Andi Nhila mengaku sebenarnya ingin melontarkan pernyataan sikap sesaat usai aksi demo dilakukan pada Hari Rabu lalu. Hanya saja, Ia tak mau meredupkan eksistensi pengunjuk rasa yang melakukan aksi demo mengangkat isu korupsi.
“Isu teman-teman tentang korupsi kami sangat apresiasi. Kami Koalisi Perempuan Indonesia juga merupakan penggiat anti korupsi. Bahkan sejak bertahun-tahun lamanya. Bukan karena adanya moment apa?,” ujar Andi Nhila.
Di tempat yang sama, Andi Erniyani Engka, Sekretaris Koalisi Perempuan Indonesia Kota Parepare mengungkap hal serupa. Andi Enny—sapaan akrab Andi Erniyani Engka menyayangkan pernyataan sikap salah seorang orator saat berunjukrasa.
“Kami sebagai perempuan merasa sangat dilecehkan oleh pernyataan Pak Rahman Saleh. Simbol pemberian BH atau kutang sebagai makhluk lemah membuat kami angkat bicara,” tegas Andi Enny.
Ia melanjutkan, saat berorasi Rahman Saleh melontarkan kata-kata yang menganggap perempuan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. “Mereka lupa, perempuan yang mereka lecehkan termasuk ibu, istri dan anak-anak mereka adalah kaum hawa,” tandas Andi Enny.
Pengunjuk Rasa yang mempermainkan BH tersebut, sambung Andi Enny, mungkin lupa jika dibalik BH yang mereka lecehkan merupakan sumber kehidupan manusia saat mereka dilahirkan pertama kali di muka bumi.
“Menyusui adalah kekuatan terbesar perempuan, memberikan kehidupan pertama pada anak-anaknya,” ungkap Andi Enny.
Koalisi Perempuan Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Alita Karen juga mengecam tindakan yang dilakukan sejumlah demonstran yang mempermainkan BH saat demo. Alita mengaku geram melihat video BH yang dipermainkan demonstran saat berunjuk rasa.
“Teman-teman pernah mencoba untuk melakukan negosiasi, namun toh itu ternyata tidak ditanggapi. Kami tidak angkat bicara soal isu korupsi yang dibawakan teman-teman, hanya saja simbol yang dibawanya kami anggap sebagai pelecehan dan sangat mengganggu kami sebagai perempuan,” ucap Alita
Para aktivis perempuan berharap agar yang mengeluarkan pernyataan saat aksi demo segera meminta maaf secara terbuka. Terkait simbol yang mereka bawa, bukan terkait soal isu korupsi.
Klarifikasi, Selanjutnya…