GOWA, PIJARNEWS.COM–Bangkit dari pandemi merupakan hal yang sangat rumit, namun seorang pemuda asal desa Bissoloro Kabupaten Gowa ini mampu bangkit dari pandemi.
Namanya, Munawar (23) yang tengah mengeluti usaha gula aren di desanya. Berbekal keberanian dan coba-coba ia sukses memproduksi gula aren dalam kemasan botol.
Munawar bercerita usaha yang diberi nama Gowaren bermula sejak 2022 lalu. Ia melihat potensi pada sektor pertanian di desanya. Adapun potensi itu yakni banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani aren.
Pengurus Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan itu menyebutkan beradasarkan riset yang dilakukan diketahui ada sekitar 94 orang yang bekerja sebagai petani aren di desanya.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa hal tersebut menjadi potensi tersendiri di desanya. Baginya 94 orang yang bekerja sebagai petani itu bukan angka yang sedikit sebab jika diakumulasikan hasil produksi gula aren bisa mencapai 500 kg per produksi.
“Sejak dimasa pendemi tahun 2022 adalah langkah awal saya melihat potensi desa khususnya gula aren. Dalam proses riset saya ada sekitar 94 petani gula aren di desa Bissoloro yang tentunya bukan angka yang sedikit, di mana jika di akumulasi hasil produksinya dalan sehari itu bisa mencapai 500 kg gula,” ungkap Munawar, belum lama ini kepada Pijarnews.com.
Berdasarkan riset itulah, alumni UIN Alauddin Makassar itu memulai usahanya dengan memproduksi gula aren cair yang dikemas dalam botol.
“Potensi inilah yang kemudian saya pikirkan untuk dipolarisasi menjadi brand desa,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, Munawar terus melakukan modifikasi terhadap produksi gula aren menjadi produk UMKM desa yang dikemas menjadi produk yang menarik dan dinamai Gowaren.
Gowaren sendiri memiliki makna yang melambangkan ajakan untuk mengkomsumsi aren yang mendukung aspek kesehatan dan ekonomi, tentunya mengidentikkan daerah Gowa itu sendiri.
Adapun sasaran market dari produk gula aren cari itu yaitu warkop-warkop yang digunakan sebagai bahan dasar dari pembuatan jenis minuman kopi dan sebagainya.
Dalam proses pembuatan produk murni menggunakan aren yang berkualitas dari petani aren di Bissoloro. Hal itu katanya mendukung kualitas rasa yang kuat untuk kombinasi minuman kopi.
Meski masih seorang diri, namun kapasitas produksi dalam sepekan ia mampu memproduksi sebanyak 50 botol. Tidak hanya itu dari kapasitas produksi rata-rata itu bisa terjual semuanya.
“Alhamdulillah dalam proses pemasaran yang kami lakukan menargetkan dalam satu pekan 50 botol atau 50 lt, itu terjual habis dan tak jarang lebih daripada itu,” tuturnya.
Adapun omzet penjualan sebagai langkah awal bisa mencapai Rp 3 juta sampai Rp4 juta per bulan.
Meski masih terbilang cukup, namun sebagai pemula ia tidak surut dan terus melakukan inovasi baru dalam strategi produksi dan pemasarannya.
“Tentunya sebagai pemula kita tetap perlu menjaga konsistensi kita dalam hal mencapai taget-target lebih besar nantinya. Dan sebaik-baik usaha adalah yang kita jalani dengan keikhlasan dan tidak tergesa-gesa atau dalam bahasa Makassar tidak ta’bangka peluang,” tukasnya. (*)
Reporter: Sucipto Al-Muhaimin