PINRANG, PIJARNEWS.COM — Bayi kembar asal Pinrang, tertahan di RS Lasinrang karena orang tuanya tak mampu membayar biaya perawatan.
Elsi, ibu kedua bayi kembar itu, terpaksa meninggalkan bayinya di RS. Ia harus melunasi biaya perawatan salah satu bayinya selama 13 hari sebesar Rp7 juta lebih ke pihak rumah sakit.
Maklum, pihak rumah sakit hanya mengakomodasi satu bayi saja dengan dalih hanya satu yang ditanggung BPJS Kesehatan.Hingga sore kemarin, kedua bayi itu masih berada di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSU Lasinrang. Keduanya lahir dari rahim ibunya, Elsi, melalui operasi sesar, sekitar pukul 19.30 Wita, Minggu, 29 Oktober lalu.
Saat FAJAR menemuinya kemarin, Elsi mengaku bersyukur telah melahirkan dengan selamat kedua buah hatinya. Meski begitu, istri Syamsuddin, warga Jl Andi Johan, Kelurahan Tammasarangnge, Kecamatan Paleteang, Pinrang itu, tampak gelisah.
Betapa tidak, kedua putrinya, belum berada di pangkuannya. Keduanya masih berada di RSU.
“Saya disodori kuitansi, katanya harus bayar Rp7 juta. Jujur saya tidak punya uang sebanyak itu,” ujar Elsi didampingi suaminya,Syamsuddin, malam kemarin, dilansir FAJAR.
Elsi mengaku, sudah empat hari meninggalkan rumah sakit. Sejak saat itulah hingga sekarang, ia dan suaminya harus bolak balik menjenguk putrinya.
Elsi mengaku tak menyangka bayi dalam kandungannya kembar. Itu pula alasan mengapa Elsi dan suaminya hanya mendaftarkan satu calon bayinya saja ke BPJS Kesehatan mandiri.
“Saya sama sekali tidak tahu akan melahirkan bayi kembar. Saya kira cuma satu, makanya hanya satu kami daftarkan ke BPJS Kesehatan,” ujar Elsi, didampingi Syamsuddin, suaminya.
Saat ini, Elsi dan Syamsuddin berharap pihak rumah sakit memberikan kebijaksanaan, terbebas dari seluruh biaya perawatan salah satu putrinya. “Jujur Pak, saya keluar dari rumah sakit empat hari lalu, saya jarang di rumah. Saya dan suami keliling cari pinjaman tapi tidak dapat,” aku Elsi.
Kepala Dinas Kesehatan Pinrang, Dyah Puspita Dewi berjanji akan meringankan beban keluarga pasangan Syamsuddin dan Elsi. Dyah akan membantu biaya proses persalinan Elsi jika memang tak mampu membayar utuh. Hanya saja, keringanan itu berlaku untuk keluarga kurang mampu.
Dyah menjelaskan, kedua orang tua bayi kembar awalnya sudah mendaftarkan bayinya di BPJS Kesehatan. Mereka terdaftar sebagai peserta mandiri.
Hanya saja, ibu sang bayi tak pernah melakukan ultrasonografi atau USG. Mereka tak tahu kalau Elsi mengandung bayi kembar.”Yang didaftarkan cuma satu saja. Pas lahir, cuma satu yang ditangggung BPJS Kesehatan. Apalagi operasinya sesar,” ungkapnya kepada FAJAR, Minggu 12 November.
Dyah memang tak menyiapkan program secara khusus untuk pemeriksaan itu. Rata-rata pemeriksaan ibu hamil hanya digelar di posyandu yang ada di desa.Programnya bukan mendatangi secara langsung ibu-ibu hamil. “Harusnya mereka (ibu hamil) yang datang ke posyandu, bukan kami yang mendatangi,” imbuhnya. (ris)
sumber: http://fajar.co.id/2017/11/13/bayi-kembar-di-pinrang-tertahan-di-rsu/