PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Interior Mesjid Nurul Huda Labukkang, Kota Parepare, Sulawesi Selatan memiliki desain unik. Sebab, bagian depan mesjid dekat mimbar didesain menyerupai gambar kakbah.
Mesjid Nurul Huda ini terletak di Kelurahan Labukkang, Kecamatan Ujung, Kota Parepare, Sulawesi Selatan ini berlantai dua. Mesjid ini dibangun dengan hasil swadaya para jemaahnya. Lokasi masjid ini tak jauh dari pelabuhan Nusantara Parepare.
Imam Masjid Nurul Huda, H Muhammad Said mengatakan, desain kakbah tersebut atas usulan para jemaah masjid. “Awalnya, hanya dinding keramik hitam di bagian depan. Namun dengan usulan jemaah, maka diberikanlah tulisan menyerupai kaligrafi yang tertulis di kakbah Masjidil Haram,” ujar Said kepada PIJARNEWS, baru-baru ini.
Tak berapa lama, lanjut Said, ada pula jemaah yang mengusulkan untuk menambahkan miniatur pintu kakbah yang terbuat dari kuningan.
“Ini dilakukan agar jemaah bisa khusuk seolah-olah seperti berada di depan kakbah di Masjidil Haram, Makkah,” ungkap Said yang sudah dua puluh tahun menjadi Imam di Masjid Nurul Huda.
Said menambahkan, pintu kakbah kuningan tersebut dipesan di Yogyakarta dan dibawa menggunakan kapal kontainer. “Kuningan asli tersebut juga bertuliskan kaligrafi. Jika tak keliru, harga pintu kuningan ini sekira Rp26 juta saat dibeli,” ujar Said.
Pantauan PIJARNEWS, plafon masjid juga terbuat dari material yang bagus yang dihiasi dengan lampu hias bernilai jutaan rupiah. Bukan hanya itu, desain kubahnya juga artistik.
Selain keunikan interior dan eksterior Mesjid Nurul Huda, lanjut Said, mesjid ini juga menyimpan sejarah dengan Presiden ke-3 Republik Indonesia, almarhum BJ Habibie. “Sebab informasi yang kami peroleh bahwa semasa kecil, beliau sering datang ke mesjid bersama teman-temannya untuk salat berjamaah dan belajar mengaji,” terang Said.
Tak hanya itu, sambung Said, Mesjid Nurul Huda ini juga diklaim sebagai mesjid kedua tertua di Kota Parepare. Yang pertama, kata Said, terletak di Kecamatan Bacukiki, kedua Mesjid Nurul Huda dan Ketiga Mesjid Raya Kota Parepare.
“Dulu, mesjid ini juga sering ditempati pegajian para ulama seperti almarhum Kiyai Haji Abduh Pabbaja, almarhum Kiyai Haji Zanuddin Badu dan sejumlah ulama ternama lainnya di Kota Parepare,” beber Said.
Di masa pandemi Covid-19 saat ini, kata Said, mesjid ini tidak menggelar salat berjemaah seperti salat jumat dan salat tarawih. “Ini untuk mematuhi imbauan pemerintah dan MUI guna mencegah penularan Covid-19,” kata Said.
Meski demikian, masih terlihat ada satu atau dua warga yang salat di mesjid ini. Setiap hari, petugas kebersihan juga tetap bekerja membersihkan mesjid bersejarah ini. (*)
Penulis : Alfiansyah Anwar