BARRU,PIJARNEWS.COM—Pemerintah Sulawesi Selatan terus berupaya menyukseskan program ketahanan pangan melalui penanaman pisang cavendish. Kali ini budi daya tersebut merambah hingga ke Pondok Pesantren Mangkoso, Kabupaten Barru, Rabu, (27/12/2023).
Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin bersama Bupati Barru, Suardi Saleh serta Pimpinan Pondok Pesantren Darul Da`wah Wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Anregurutta (AG) H Faried Wajedi pun melakukan penanaman di Kampus II Putra DDI Mangkoso Tonrongnge dan Kiru-Kiru, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru.
AGH Faried Wajedi mengatakan, program budi daya hortikultura ini sejalan dengan pengembangan awal pesantren di Kampus II tersebut. Tidak cukup hanya dengan perluasan kampus, tetapi dengan pengembangan ekonominya sesuai dengan daerah yang ada, maka muncullah ide untuk pengembangan agrobisnis.
“Jadi memang sudah ada pemikiran dengan agrobisnis. Dengan kedatangan bapak gubernur, kita saksikan ini memang masuk dalam program pondok pesantren kita,” kata Faried Wajedi.
Selain agrobisnis, juga pengembangannya terkait agrowisata, demikian juga wisata religi.
Bupati Barru, Suardi Saleh mengatakan, program ini bisa mewujudkan kemandirian pesantren. Sedangkan dalam skala lebih besar bisa mendorong perekonomian di Barru.
Ia menyampaikan, lahan yang bisa ditanami di Kabupaten Barru saat ini tersedia 500 hektar. Selanjutnya, bahwa melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mendapatkan Surat Keputusan (SK) Hutan Sosial (SK hijau). Terdapat sebanyak 3.213 bidang tanah atau kurang lebih 2.210 hektar. Ia berharap dengan diterimanya surat keputusan ini, masyarakat dapat melakukan pemanfaatan dengan baik. “Ini bisa dioptimalkan untuk kepentingan masyarakat kita, mungkin bantuan bibit yang sesuai,” ungkapnya.
Sedangkan Bahtiar, menyampaikan dengan seyakin-yakinnya, bahwa ketika Anregurutta memprogramkan tanaman budi daya, termasuk untuk pisang, pasti telah dipertimbangkan hakikat, filosofi dan pertimbangan teologi keagamaannya. Bahwa pisang salah satu buah yang disebutkan di Al-Qur’an ada di surga.
Bahtiar juga berujar tanaman ini bernilai ekonomis tinggi. “Tanaman ini bukan sekedar tanam, tetapi memiliki nilai ekonomi yang tidak diproduksi oleh negara lain,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk pesantren ini, akan diberikan juga 1.000 pohon sukun. Demikian juga dengan nangka madu. “Ini namanya di sini bakara’, orang Eropa bilang breadfruit atau buah roti, dia memang seperti roti kalau sudah dikukus, dan hampir tidak ada issue kesehatan, sama yang kita tanam tadi pisang,” ungkapnya.
Ia juga mendorong masyarakat Sulsel hidup sehat dengan menanam sayur-sayuran. Sekedar informasi, terdapat 4.000 santri yang sedang menempuh pendidikan di pesantren ini, dan khusus di kampus II ini sebanyak 1.400 santri. (adv)