JAKARTA, PIJARNEWS.COM— Begpacker (pengemis) menjadi kontroversi di tempat pariwisata di Asia Tenggara khususnya Bali, Indonesia. Para turis kere ini nekat melakukan perjalanan ke berbagai negara hanya dengan bermodal uang sedikit. Seperti yang sering terjadi, mereka tidak segan-segan mengemis di emperan jalan pun lampu merah.
Seperti apa sebenarnya mereka. Apa tujuan mereka melakukan hal yang akan berdampak buruk bagi tempat-tempat wisata di Bali.
Ciri-ciri Begpacker
Bepergian ke tempat-tempat wisata dengan membawa pakaian seadanya. Pasalnya, jika Begpacker membawa barang-barang yang banyak bak turis sebenarnya, mereka tidak akan bisa leluasa melaksanakan aksi meminta-minta.
Turis kere ini menjual barang-barang yang tak begitu bernilai dengan menjejerkan dagangan itu di trotoar jalan, seperti, foto tempat wisata, gelang tangan, topi, dan lain-lain.
Meminta di lampu merah sembari menggenggam cangkir kecil untuk tempat recehan yang didapat. Berharap orang-orang yang melihat mereka turut memberikan bantuan, Begpacker ini menuliskan kata-kata dengan nada meminta bantuan untuk pulang di kertas.
Tak hanya itu, mengamen pun mereka lakukan demi mendapatkan uang agar bisa melanjutkan perjalanan ke tempat wisata berikutnya. Mirisnya, ada Begpacker yang berpura-pura gila, malah sampai jadi pemungut sampah di daerah ramai penduduk di kawasan tempat wisata.
Berikut rangkuman kelakuan buruk turis kere yang berkunjung ke Bali dan tempat wisata lainnya di Indonesia seperti yang dilansir dari tagar.id:
1. Bule Bulgaria Jadi Pemulung di Bali
Bule asal Bulgaria bernama Toto tertangkap kamera saat menjadi pemulung pada Oktober 2018. Dia melakukan itu untuk mengirit dan menambah sedikit biaya untuk keliling dunia.
2. Bule Selandia Baru Nebeng Truk
Sepasang bule asal Selandia Baru sedang berjalan di pinggiran Kota Jakarta. Mereka mengaku tidak memiliki ongkos menuju Kota Cirebon, Jawa Barat. Informasi itu beredar melalui akun Instagram TMC Polda Metro Jaya.
Pada tanggal 24 Februari 2018, dua orang Warga Negara Asing (WNA) asal Selandia Baru bernasib malang saat sedang pelesiran di Jakarta. Hingga akhirnya pihak kepolisian mencarikan tumpangan berupa truk.
3. Bule Ceko Tidak Bayar Hotel
Lagi-lagi sepasang bule membuat heboh dengan tingkahnya yang menjengkelkan. Kali ini bule asal laki-laki asal Republik Ceko Nedomelel Petr dan perempuan asal Slowekia Bratska Jara ini meninggalkan salah satu hotel di Pekalongan, Jawa Tengah, saat hendak kembali melakukan perjalanan menuju Kota Jakarta dari Jawa Timur dengan menggunakan bus.
Kemudian pihak kepolisian langsung menciduk keduanya, karena adanya laporan dari pemilik hotel yang mengatakan mereka meninggalkan hotel lantaran tidak memiliki uang.
Melihat hal itu, pengelola hotel akhirnya menggratiskan biaya penginapan mereka. Kemudian, ongkos menuju Jakarta diberikan pihak Kepolisian dengan cara patungan.
4. Bule Mabuk-mabukan Usai Mengemis
Teranyar, Bule asal Jerman bernama Benjami Holst merupakan orang yang tidak layak untuk diberikan simpatik. Pasalnya, dia mengemis dengan memanfaatkan penyakit kaki gajahnya untuk mendapatkan uang. Setelah itu, uang yang didapat dipergunakan untuk bersenang-senang.
Setelah mendapat cap buruk di Bali lantaran uang hasil mengemis dilakukan untuk berfoya-foya. Benjami sempat dilaporkan warga kepada pihak yang berwajib, tetapi sesaat hendak dilakukan penindakan ia langsung kabur menuju Surabaya.
Merasa aman di Surabaya, Benjami berhasil diamankan Satpol PP Surabaya saat sedang mengemis di jalanan. Diketahui, dalam sehari dia dapat menghasilkan uang sebanyak Rp1 juta dan dihabiskan untuk bersenang-senang.
Setelah tertangkap oleh Satpol PP, pada 9 September 2016 dia dideportasi menuju Jerman.
5. Bule Cantik Makan Tak Bayar
21 Juli 2019 lalu, bule asal Inggris bernama Kalee Hewlett viral di Instagram dan Twitter, lantaran enggan membayar makanan di coffee shop Aletheia Backhouse dan galeri yang berada di Sanggingan, Ubud, Bali.
Siapa sangka, biaya yang dinilai sangat murah itu tidak mampu dibayar sekelas presenter dan penata model ini sebesar Rp95 ribu. Hm, ada-ada saja ya. (*)
Sumber: tagar id
Editor: Dian Muhtadiah Hamna