SOPPENG, PIJARNEWS.COM – SMK Budi Bangsa dan SMKS Jaya Syafri Kabupaten Pinrang melakukan Studi Tur ke beberapa titik lokasi wisata di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (28/5/2023).
Sekira 60 orang dari siswa-siswi dan guru dari kedua sekolah tersebut dipandu oleh seorang pemandu atau pemerhati budaya dari komunitas PASERE Riadi Bakhtiar atau akrab disapa dengan nama organisasi Fhalet.
Beberapa titik wisata budaya yang dikunjungi di antaranya, rumah adat Sao Mario dan Permandian Air Panas Lejja di Kecamatan Marioriawa, Masjid Agung, Taman Kalong dan Villa Yuliana di Kecamatan Lalabata.
Guru Seni Budaya SMK Budi Bangsa Nurjannah mengatakan studi tur ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan oleh SMK Budi Bangsa SMKS Jaya Syafri Pinrang. “Kegiatan ini kami susun tak lain untuk mengenalkan dan menambah wawasan budaya siswa khususnya wilayah kunjungan kita yaitu Soppeng,” kata Jannah.
Selain itu, lanjutnya siswa dapat mengenal dan mengetahui objek pembelajaran di luar lingkungan sekolah dan memberikan motivasi dalam belajar, melihat langsung lapangan dan tak kalah penting adalah dengan kegiatan ini dapat meningkatkan minta siswa dalam menghargai dan melestarikan budaya daerah.
“Selain itu, tujuan lainnya kami berharap dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam melakukan pengamatan secara langsung terhadap kebudayaan yang beragam di daerah kunjungan,” jelasnya.
Jannah berharap dari kegiatan ini kreativitas dan pengetahuan siswanya terkait budaya lokal dapat meningkat. “Antusias belajar pun kami sangat harapkan bisa semakin meningkat setelah kunjungan lapangan ini. Selain itu pihak sekolah terus mensuport kegiatan semacam ini demi meningkatkan kualitas siswa,” ujar Jannah.
“Saya berterima kasih kepada kepala sekolah telah memberikan izin untuk pelaksanaan kegiatan ini, juga kepada guru-guru yang telah membantu demi terlaksananya studi tur ini. Tak lupa kepada PASERE sebagai tour guide dalam kegiatan kami yang memberikan pengaruh dan membantu memberikan penjelasan yang mudah dan membuat siswa nyaman menangkap segala penyampaian,” ungkapnya.
Muhammad Syawal salah seorang siswa mengaku sangat merasakan tujuan pembelajaran dari kegiatan tersebut.
“Kami sebagai siswa sangat merasakan tujuannya, merasakan belajar langsung di lapangan, membuka wawasan kami tentang budaya daerah yang sebelumnya sama sekali tidak tahu bahwa di daerah lain ada seperti itu seperti adanya budaya peninggalan orang terdahulu yang terawat sampai sekarang. Ini memotivasi saya untuk tidak berdiam diri lagi karena Indonesia khususnya Sulawesi Selatan itu indah,” ucapnya.
“Saya berterima kasih banyak kepada guru-guru pendamping perjalanan yang selalu memperhatikan dan menjaga kami khususnya guru seni budaya Nurjannah dan Haslinah. Termasuk juga disiapkan pemandu wisata yang luar biasa mampu menjawab semua ketidaktahuan kami tentang budaya daerah,” ujarnya.
Sementara itu, Riadi Bakhtiar menjelaskan saat di lokasi Rumah Adat Sao Mario dia mengungkapkan di lahan yang luasnya sekitar 12 hektare tersebut dibangun 4 rumah ada dari 4 suku terbesar di Sulawesi Selatan.
“Rumah adat dari Bugis atau disebut Sao Mario, rumah adat Makassar atau disebut Balla Mario, rumah adat Toraja disebut Tongkonan dan rumah adat Mandar atau disebut Boyang Mario,” jelas Fhalet.
Tampak antuasias tidak hanya siswa bahkan guru juga ikut menyimak penjelasan dari pemandu menjelaskan detail dari isi peninggalan sejarah yang berada di dalam rumah adat masing-masing. (*)
Reporter : Wahyuddin