“Parepare hanya punya satu kekurangan, yaitu Parepare sama sekali tak punya kelebihan!”
Dengan sangat sengaja tulisan refleksi HUT Kota Parepare ini dimulai dengan ungkapan menohok, sedikit menikung, dan tajam seperti diatas. Pembuka tulisan yang dengan tanpa mengurangi hormat samasekali, diharapkan mengundang jutaan tafsiran.
Ibarat luasnya hamparan samudera dan bentangan langit yang tak sesetanpun mampu mengetahui persis penghuninya. Dapat terkhayalkan suasana dari pembaca yang tidak setuju dan yang setuju dengan ungkapan tersebut diatas, apalagi yang berada diantaranya. Namun apapun itu, bayangkanlah setangkai bunga telah sampai padamu dan baunya seharum dirimu.
Penetapan HUT Kota Parepare, dituangkan dalam SK DPRD No. 3 Tahun 1970 merujuk tanggal pelantikan dan pengambilan sumpah Andi Mannaungi, Walikota Pertama Parepare pada 17 Februari 1960. Setelah disahkan UU No. 29 pada tahun 1959 tentang pembentukan dan pembagian daerah tingkat II dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasar pada perhitungan secara struktural tersebut, Parepare kini menginjak usia yang ke 59 tahun di 17 Februari 2019.
Sementara dalam perhitungan secara kultural, Parepare memasuki usia ke 472 tahun. Nama “pare” untuk daerah ini telah mulai tergiang antara tahun 1547-1566. Kala itu pada masa Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Tunipallangga ketika perjalanannya mengunjungi Kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang.
Seketika Sang Raja yang ahli strategi itu terkesima menyaksikan keindahan pesisir pantai yang dilalauinya dan dengan spontan mengatakan “baji ki ni pare” artinya “bagus disini dibuat”. Yang Raja Gowa maksudkan dalam Bahasa Makassar bagus disini dibuat adalah dermaga/pelabuhan.
Parepare kini yang 59 ataupun 472 tahun telah melalui begitu banyak dinamika. Tak sedikit diantaranya yang harus ditempuh dengan mengorbankan nyawa. Dari generasi ke generasi yang berganti, masing-masing melewati masa dengan tantangannya masing-masing. Para pejuang juga manusia-manusia mulia yang hidup sebelumnya sama sekali tak menuntut apa-apa. Mungkin bila masih hidup, harapan mereka hanyalah tetap menjaga Parepare yang Sosialis dan Spiritualis.
Sosialis, keterhubungan kemanusiaan dengan seluruh makhluk.
Spiritualis, keterhubungan keilahian dengan Tuhan Yang Maha Esa.
LestarilahParepare. Hingga suatu waktu, dengan seksama kita menyuarakan hal yang tak wajar berikut ini kepada kamera untuk setiap kepentingan: “Parepare hanya punya satu kelebihan, yaitu Parepare sama sekali tak punya kekurangan!”
Parepare, 17 Februari 2019
Ibrah La Iman