Begitu banyak pemuda yang melakukan tindakan anti sosial, kriminal dan radikalisme. Sejatinya pemuda menjadi harapan bangsa, menjadi pemimpin dan mendapatkan pekerjaan serta membuka lapangan kerja oleh karena itu, begitu penting peran perguruan tinggi, keluarga dan pemerintah dalam membentuk jiwa kepemimpinan pemuda.
Gejolak jiwa pemuda merupakan hambatan dalam pengembangan jiwa kepemimpinan pemuda di Era Teknologi Informasi. Jiwa pemuda yang labil mudah terpengaruh dengan lingkungan. Banyak pemuda yang terjerat dengan kasus pembunuhan, pencurian, korupsi dan perilaku radikalisme serta narkoba, perilaku pemuda menjadi preseden buruk pemimpin pemuda.
Gejolak jiwa yang tidak dapat dikontrol akan menyebabkan berbagai penyimpangan sosial (deviasi). Tingginya tingkat deviasi hingga 357.197 kasus, dalam 1 menit 28 detik terjadi 1 tindak kriminal. Tingginya tingkat kriminal terkhusus pada pemuda disebabkan oleh beberapa faktor personal maupun faktor lingkungan. Pertama, faktor personal diantaranya adalah karena faktor tingkat kecerdasan yang rendah. Kedua, faktor lingkungan diantaranya karena buruknya pendidikan keluarga, pendidikan tinggi dan pengaruh informasi.
Beberapa bentuk deviasi yang sering dilakukan pemuda diantaranya pertama, perilaku anti sosial pemuda yakni menarik diri dari pergaulan sosial, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba. Kedua, tindakan kriminal yang membahayakan orang banyak diantaranya pencurian, perkosaan, korupsi.
Deviasi yang terjadi pada pemuda disebabkan karena beberapa hal: Pertama tingkat pengangguran terus bertambah seperti yang disampaikan Ketua Dewan Pembina EYI Lukman, data menyebutkan bahwa dari 6 juta orang yang terkena
narkoba ada 20% anak muda yaitu pelajar dan mahasiswa. Sedangkan dari data penyerapan tenaga kerja terjadi banyak penurunan alias terjadi pengangguran, yaitu data tahun 2016 dalam setiap pertumbuhan ekonomi 1% hanya mampu menyerap 110 ribu tenaga kerja, dan pada data BPS pada tahun 2016 ada pengangguran sekitar 7,03 juta jiwa, pada tahun 2017 pengangguran naik sekitar 7,04 juta jiwa dan pada tahun 2018 pengangguran berkurang mencapai 6, 87 juta jiwa.
Kedua, rendahnya budaya literasi menurut Program for International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa pada tahun 2012 budaya literasi Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara yang disurvei. Menurut data statistik dari UNESCO dari total 61 negara, Indonesia berada diperingkat 60 dengan tingkat literasi yang rendah. Data UNESCO menyebutkan posisi pembaca Indonesia 0.001% artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa dari 88,1 Juta jiwa penduduk Indonesia yang terkoneksi dengan internet, 40 % diantaranya hanya digunakan untuk main game, dan hanya 2 % yang digunakan untuk mengakses sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Lemahnya budaya literasi kalangan pemuda di era serba teknologi ini, merupakan salah satu permasalahan besar bangsa Indonesia. Pemuda diperhadapkan dengan budaya informasi, begitu banyak informasi yang beredar tanpa diketahui sumber dan kebenaran informasi tersebut atau bisa dikatakan informasi hoax. Malahan seorang pemuda pun ikut serta dalam melakukan penyebaran berita hoax tak terkecuali berita hitam (black campagn) tentang politik yang menjatuhkan salah satu kandidat dan berita tentang radikalisme. Rendahnya budaya lietrasi menyebabkan banyaknya pemuda yang terjerumus dalam penyebaran berita hoax, fornografi, hingga paham-paham radikalisme.
Ketiga, Kurangnya keterlibatan pemuda dalam gerakan politik dan sosial, dapat kita lihat bagaimana seorang pemuda pada pemilihan tahun 1971, 1977 sampai tahun 2004 umumnya kaum muda atau pemuda hanya dijadikan objek, sasaran politik untuk meraih dukungan, hanya dijadikan sebagai kalangan non elit (grass root), mereka
diabaikan aspirasinya. Sistem politik yang membutuhkan biaya mahal misalnya menjadi faktor tradisi “fund raising” (pengumpulan dana) dalam tubuh partai menyebabkan banyaknya elit politik yang terjerat kasus korupsi.
Gerakan pemuda tidak berjalan lancar, karena banyak diantara pemuda yang larut dalam gerakan politik pragmatis. Beberapa pemuda yang terjerat korupsi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nasaruddin, mantan Sekjen Partai Demokrat Angelina Sondakh, anggota PAN Wa Ode Nurhayati, Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Siapakah pemuda itu? Soekarno pernah berkata bahwa berikan saya 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia. Menurut WHO Pemuda adalah individu yang memiliki umur 9-25 tahun, sementara menurut UU Kepemudaan umur pemuda sekitar 18-35 tahun. Pemuda merupakan identitas yang melekat kepada individu yang dalam perspektif psikologis adalah individu yang masih labil, dinamis, belum mampu mengendalikan dirinya.
Saidina Ali R.A berkata “jika kamu mau melihat masa depan sebuah negara, maka lihatlah pemuda pemudinya pada hari ini”. Rasulullah SAW adalah seorang pemuda pada umur 25 tahun Nabi Muhmmad diangkat menjadi Rasulullah (utusan Allah SWT), dan pada umur 45 tahun ia kemudian diangkat menjadi Pemimpin di Kota Madinah. Selama kurang lebih 22 tahun Rasulullah telah berhasil menanamkan nilai-nilai aqidah, ahlaq dan syariat kepada masyarakat makkah dan madinah, dan menjadi dikenal, diterima diseluruh dunia sebagai pemimpin dunia “rahmatan lil alamin”.
Langkah strategis pemuda dalam membangun jiwa kepemimpinan. Sejarah telah mencatat gerakan perjuangan pemuda atau dikenal sebagai young java, young sumatera, young sulawesi yang mendesak untuk secepatnya memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, gerakan tersebut dikenal dengan gerakan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada era reformasi tahun 1998 gerakan mahasiswa di luar parlemen berhasil menjatuhkan orde baru setelah orde baru tumbang maka lahirlah era reformasi yang membangkitkan kesadaran pemuda akan pentingnya masuk
ke parlemen. Era reformasi telah memberikan angin segar bagi pemuda, mantan aktivis tahun 1998 banyak yang masuk dalam dunia politik.
Untuk mengendalikan gejolak jiwa para pemuda maka diperlukan keterlibatan semua elemen bangsa. Dalam teori classical conditioning, seperti ditujukkan dari hasil penelitian Pavlov nampak bahwa proses belajar terjadi karena dikondisikan pada situasi tertentu dan adanya reinforcement (penguatan), sehingga seorang pemuda yang kreatif, inovatif, memiliki karya kemudian diberikan penghargaan, dipuji oleh keluarga dan pemerintah maka pemuda itu akan terus meningkatkan karyanya. Oleh karena itu, untuk menciptakan kepemimpinan pemuda yang berkualitas maka diperlukan peran keluarga, dunia pendidikan dan pemerintah.
Peran keluarga merupakan kiblat utama dalam membangun jiwa kepemimpinan pemuda. Pemimpin pemuda dapat dilahirkan dari keluarga istilah ini dikenal dengan kata leader is born but not learn. Kalimat ini menggambarkan pentingnya keluarga dalam membentuk karakter pemuda, keluarga menamkan nilai etika, moral dan spiritual dalam keluarga menghasilkan pemimpin yang berkarakter.
Pentingnya penerapan nilai keagamaan dalam kepemimpinan, dapat dibayangkan bagaimana suatu negara berjalanan tanpa disertai nilai agama. Pemuda seharusnya dekat dengan tempat ibadah, perpustakaan, agar supaya terbentuk pemuda yang memiliki karakter religius dan cerdas. Dapat dibayangkan bagaimana mungkin negara ini baik jika setiap orang berpolitik sekedar memburu kehidupan dunia, kekuasaan, kedudukan, harta.
Peran perguruan tinggi adalah memberikan pendidikan karakter terhadap generasi muda bangsa Indonesia. Pentingnya membenahi sistem pendidkan pada perguruan tinggi yang berorientasi pada pendidikan yang mahal (money oriented), memperbanyak jumlah mahasiswa semata tanpa mempertimbangkan kualitas lulusan. Lulusan perguruan tinggi bukan hanya mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi, akan tetapi lulusan perguruan tinggi mampu membuka lapangan kerja. Di Era teknologi informasi para pemuda perlu dimotivasi untuk membaca dan
menulis dan mengurangi tradisi lisan pada saat proses perkuliahan. Membangun budaya saring sebelum sharing.
Seorang pemuda seharusnya memiliki kompetensi literasi diantaranya seorang pemuda setiap hari seharusnya mampu membaca beberapa buku, jurnal hasil research, surat kabar dan media lain yang mendidik. Idealnya pemuda memiliki pengetahuan tentang bagaimana mendapatkan informasi yang benar, mampu membedakan informasi yang benar dan salah, memahami cara menyebarkan informasi yang benar (saring sebelum sharing). Pemuda seharusnya mampu melakukan spritualisasi teknologi dalam artian bahwa teknologi dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan.
Peran Pemerintah salah satu peran pemerintah adalah memperingati hari sumpah pemuda. peringatan hari sumpah pemuda menjadi momentum bagi pemuda dalam membangun relasi dengan pemerintah. Selain memperingati hari sumpah pemuda peran pemerintah adalah memberikan akses kepada pemuda dalam segala bidang diantaranya pada aspek ekonomi misalnya memberikan lapangan kerja, memberikan modal, penghargaan kepada pemuda yang memiliki karya, prestasi. Pada aspek politik adalah memberikan kesempatan kepada pemuda untuk berpartisipasi dalam membangun budaya politik yang santun dan beradab seperti yang diajarkan dalam budaya bugis-makassar prinsip sipakatau, sipakainge, sipakalebbi. (*)