SIDRAP, PIJARNEWS.COM —Kecintaan dan loyalitas terhadap ketokohan Rusdi Masse (RMS) oleh masyarakat Sidrap tak terbendung dan tak akan pernah pudar.
Kepemimpinan dan gaya hidupnya yang “membumi” membuat masyarakat Sidrap dan Sulsel cinta pada Bupati Sidrap dua periode ini.
Kondisi inilah yang membuat seorang kepala desa (kades) menulis sebuah tulisan yang menggambarkan kecintaannya pada RMS. Kades tersebut adalah Andi Agus Kades Corawali, Kecamatan Panca Lautang. Berikut tulisan Sang Kades:
“Seorang teman meminta saya menulis di FB tentang KALAH. Tentang perasaan, bagaimana itu KEKALAHAN. Rasanya berat sekali; dan saya kesulitan untuk masuk dari ruang mana. Tapi, saya coba……….
Saya teringat kalimat motivator Seorang Penasehat Politikku Saat Mahasiswa Dulu : “Jangan masuki gelanggang pertarungan bila tak siap dengan kalah”.
Benar.
Pertarungan, pertandingan, perlombaan; mempunyai konsekuensi kalah-menang.
Memasuki arena, gelanggang; tidaklah serta merta begitu saja. Semua persiapan; mental, tenaga, ketrampilan taktik dan strategi, biaya, manajemen dan team; sudah dipersiapkan sejak awal.
Gelanggang hanya sebuah media untuk “membenturkan” semua persiapan yang sudah di persiapkan. Kuat berarti menang, lemah berarti kalah………
Teori begitu. Kenyataannya ?
Kalah itu pahit. Menyakitkan; dada terasa sesak, bahkan ragu bila masih ada hari esok. Emosi, menyulut kemarahan dan membunuh semua logika. Hati mati.
Kenyataan menjadi sulit diterima. Jiwa kalah; bila tak terkendali melahirkan kenekatan…….
Pendapat bijak bilang; jangan menasehati orang yang sedang marah, sedih-gembira dan sedang jatuh cinta. Suasana itu; semua logika dimatikan oleh perasaan. Sulit sekali.
Kalah juga begitu; marah dan sedih menyatu. Mudah sekali mencari kambing hitam untuk ditimpakan kesalahan. Pokoknya; tidak ada lagi kebaikan. Semua beralasan untuk di salahkan. Dan mencari cari kesalahan.
Menolak kekalahan, yang dibungkus dengan gengsi dan atas nama kehormatan sangat tragis. Risiko dan biaya serta pengorbanan; dengan mudah diabaikan.
Ya, terima kasih atas kenikmatan ini. Usaha dan kepasrahan diri terhadap-Nya telah maksimal. Meski hasil usaha masih jauh dari harapan, namun bukan berarti semua harus mati. Semua harus hilang. TIDAK!
Masih ada hari esok, masih ada pekan depan masih ada tahun depan dan akan ada beberapa tahun lagi yang akan menanti kita untuk terus bersama. Merangkai kata, berbagi cerita dan berbagi atas apa yang kita punya kepada mereka yang tidak punya sama sekali.
RMS…………………………….Dia tak pernah berubah. Santai, senyum, tertawa. Sesekali bercanda. Meski kenyataan ini tak sesuai harapan. Tapi senyum mu tetap membuat kami ikut tersenyum, tawamu terus membuat kami tetap tertawa, candamu pun membuat kami malah terbahak. Menangis? Tidak ada dalam kamusmu.
Ya RMS…memang petarung sejati. Kami banyak belajar darimu. Loyalitas ini sudah mengalir ke nadi dan urat darah kami. Tidak ada kata berhenti untuk sebuah pengabdian untuk kepentingan orang banyak. Loyalitas kami tak terbendung. Loyalitas kami tak akan terukur. Walau badai sekalipun kami tak akan goyah. RMS adalah nurani tak terhingga. Untuk RMS loyalitas kami tak terbatas. Sekali lagi; hanya KESATRIA yang bisa memaknai arti dari kekalahan. Manisnya kemenangan akan amat terasa jika kita pernah mencicipi yang namanya kekalahan…
Kepada Siapapun Harap Sampaikan Salam Hormatku Untuk “Sang Petarung Sejati, Sang Restorator” Bossku RMS,Loyalitasku Kepadanya Adalah LOYALITAS TIADA BATAS Dan Saya Bangga Menjadi Bagian Kecil Dari Sejarah Perjuangannya…” . (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna