SIDRAP, PIJARNEWS.COM–Memasuki hari ketiga, kegiatan Musyawarah Tudang Sipulung (MTS) Terpadu tingkat kecamatan di Kabupaten Sidrap, dilaksanakan MTS di bagian Selatan. Pertama di Kecamatan Panca Lautang tepatnya di Balai Pelatihan Petani (BPP) Panca Lautang. Acara dibuka Camat Panca Lautang, Muhammad Basri sekaligus membacakan sambutan seragam Bupati Sidrap, H. Dollah Mando. Rabu (18/1/2023).
Selanjutnya MTS tingkat Kecamatan Tellu Limpoe berlangsung di siang harinya, di Kantor BPP Tellu Limpoe. Asbudi selaku Camat Tellu Limpoe, membuka acara tersebut.
Kegiatan dihadiri Abdul Rahman Runa, dari Instalasi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (IP3-OPT) Tiroang, Ketua KTNA Sidrap, H. Samad, Kabid Tanaman Pangan, Arif Gunawan Sukardi, Kabid Sapra DKPHPKP, Suriyanto. Perwakilan Dinas PSDA, Dinas Perindag serta tim perumus dan tim teknis kabupaten lainnya.
Seperti biasa MTS diikuti para kepala BPP, pallontara, PPK, ketua gapoktan, kelompok tani, penyuluh, kepala desa/lurah, distributor, petugas irigasi, dan unsur terkait lainnya.
Menurut Rahmat Rona, MTS bisa mengatasi persoalan yang urgen dialami petani termasuk dengan seperti hama penyakit, hama tikus, kekeringan, ataupun banjir.
“Di sini kita untuk bersepakat menentukan waktu dan langkah terbaik agar kita terhindar di persoalan-persoalan dimusim tanam yang akan datang,” ungkapnya.
Ditambahkan, IP3-OPT berkepentingan menberikan solusi dengan memberikan data, pengalaman, dan pandangan pola curah hujan, siklus hama penyakit, serta hama tikus.
“Ini jadi gambaran ke depan, di mana kita bisa menanam agar kita terhindar dari persoalan itu tadi,” tuturnya.
Ia berharap hasil dari MTS ini bukan hanya sebagai seremonial saja tetapi sebagai pedoman untuk musim tanam selanjutnya .
“Saya berharap musawarah ini bukan hanya sebagai seremonial saja tetapi sebagai pedoman untuk musim tanam selanjutnya,” kuncinya.
Sementara Ketua KTNA mengatakan ada persoalan di tiap tahunnya yakni dalam hal disiplin varietas atau jenis padi yang ditawarkan. Ini disebabkan munculnya varietas gabah luar (galur) yang didapat melalui internet.
“Ada juga persoalan yang tak kalah pentingnya yakni dalam hal jenis varietas padi yang di anjurkan, banyak petani kita yang kurang mematuhinnya maka dari kita harus mencarikan jalan keluarnya,” ucapnya.