Oleh: Rizki Putra Dewantoro, M.Si (Kader Muhammadiyah, Anggota Rumah Produktif Indonesia)
Dunia kian terbuka bagi mereka yang mau bertebaran di seluruh penjurunya. Berbagai peluang selalu hadir untuk dia yang selalu berusaha. Termasuk semangat kerja sama dan berkolaborasi menjadi kunci. Dunia yang semakin terbuka meniscayakan pendekatan lintas ilmu dan keahlian. Tak terkecuali dalam memajukan pendidikan.
Sepertinya memang berat untuk mengangkat derajat pendidikan di tanah air. Hasil Program for International Student Assessment (PISA) 2022 belum menunjukkan kabar gembira. Kita memang bisa memaklumi karena adanya terpaan pandemi. Peringkat Indonesia memang naik, namun secara skor PISA kita menurun. Tentunya lebih baik bersama menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.
Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan kompetensi guru. Sebelum berbicara tentang kompetensi, jumlah pahlawan tanpa tanda jasa itu perlu diperhatikan saksama. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), seperti dilansir Antara, Indonesia kekurangan sebanyak 1,3 juta guru pada 2024. Hal ini disebabkan dengan banyaknya guru yang pensiun. Rata-rata jumlah yang pensiun mencapai 70.000 guru per tahun. Sementara itu, profesi guru kurang digemari oleh generasi muda. Oleh karena itu, Indonesia berpotensi darurat kekurangan guru.
Untuk jumlah lembaga pendidikan sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 399.367 unit sekolah di Indonesia pada tahun ajaran 2022/2023. Jumlah itu terdiri dari 93.385 TK, 31.049 RA, 148.975 SD, dan 26.503 MI. Sementara itu untuk SMP ada 41.986 yang tak kurang dari setengahnya SD. Untuk MTs ada 19.150, 14.236 SMA, 9.826 MA, dan 14.265 SMK.
Masih berdasarkan data BPS, rasio murid-guru pada tahun ajaran 2022/2023 secara nasional berada dalam batas ideal meskipun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Rasio yang tidak ideal ditemukan di Provinsi Jawa Barat sebesar 20,91 dan Banten sebesar 20,85. Selain itu, dengan rasio 10,03, Provinsi Aceh menjadi provinsi dengan rasio murid-guru terendah. Idealnya seorang guru pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA bertanggung jawab atas 20 orang murid. Untuk jenjang SMK, seorang guru bertanggung jawab atas 15 orang murid. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Dalam menarik minat untuk terlibat kegiatan belajar mengajar para mahasiswa dapat mengikuti Kampus Mengajar. Berbagai kisah menarik muncul sejak digulirkannya Kampus Mengajar. Mahasiswa PPKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi bagian dari Kampus Mengajar yang ternyata mendapat antusiasme sangat tinggi sejak angkatan pertama sejak 2021 silam. Karena dalam pembukaan Kampus Mengajar terdapat sekitar 50.000 pendaftar dan yang diterima hanya 15.000 peserta di seluruh Indonesia. Saat ini Program Kampus Mengajar sudah mencapai Angkatan 7.
Kampus Mengajar yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Diharapkan peserta Kampus Mengajar dapat berkontribusi sebagai agen perubahan dalam tantangan pendidikan. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa perguruan tinggi untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas di luar perkuliahan.
Para pejuang pendidikan tersebut melakukan pengabdiannya selama tiga bulan. Siti Komariah, Mahasiswa Peserta Kampus Mengajar di SDN Sungai Hitam, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Kedua, Elvi Nurhidayati Mahasiswa Peserta Kampus Mengajar di SDN 2 Sumber Katon, Lampung Tengah. Mengikuti Kampus Mengajar, menjadi pengalaman yang sangat berharga, mulai sejak dalam proses pendaftaran saja sudah menjadi perjuangan tersendiri.
Terlebih ketika masa pandemi, para mahasiswa kembali ke daerah asalnya masing-masing bisa mengabdi di tempatnya tersebut. Mahasiswa bukan hanya mendalami tentang teori pengajaran di kampus melainkan bisa menerapkannya di lapangan. Di sekolah penempatannya Siti dominan membantu di bagian administrasi. Serta turut bangga dapat membantu sekolah yang berada di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
Sementara itu, Elvi Nurhidayati lebih banyak membantu pengajaran literasi dan numerasi di sekolah penempatannya. Selain itu, juga membantu sekolah untuk beradaptasi dengan teknologi meskipun di tengah keterbatasan infrastruktur. Kampus Mengajar memiliki tujuan dalam penyetaraan dan mengembangkan pendidikan yang ada di Indonesia. Perguruan Tinggi berkolaborasi dengan pemerintah menjangkau sekolah yang membutuhkan pertolongan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
Di tahun yang sama, Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), menyelenggarakan Forum Grup Discussion (FGD) dan Refleksi Kampus Mengajar. Eka Sahara, peserta Kampus Mengajar mengaku harus melewati jalan setapak yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Hal itu dilakukannya untuk menuju ke sekolah tempat ia mengajar, yakni SDN 4 Caringin Kabupaten Garut Jawa Barat.
Eka menempuh perjalanan 2 jam dari rumahnya dengan motor, dan menitipkan motornya di sebuah rumah lalu meneruskan berjalan kaki menembus sawah dan ladang selama 30 menit untuk mencapai sekolah. Meski harus berjalan kaki, semua dia lakukan dengan senang hati bersama teman sekelompoknya yang sebagian besar mahasiswa keguruan dari UPI Bandung. Eka tersadarkan bahwa masih banyak perjuangan dan pengorbanan yang harus ditempuh oleh anak didik di negeri ini demi mengenyam pendidikan. Kampus Mengajar memberikan pengalaman itu untuk masa depannya.
Mewakili mitra sekolah, Kepala Sekolah SDN 3 Prigi Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Sutaryo bahkan terharu. Keterlibatan mahasiswa Kampus Mengajar mampu membantu dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, baik dalam kegiatan pembelajaran maupun non pembelajaran.
Di sisi lain, sebagai pemangku kebijakan di tingkat pusat Mendikbudristek Nadiem telah mendengar cerita dan banyak testimoni dari para alumni Kampus Mengajar tentang semangat dan perjuangan mereka dalam membantu terwujudnya pembelajaran yang lebih memerdekakan di sekolah-sekolah terpencil. Dedikasi tersebut telah membuahkan hasil yang nyata.
Pemulihan pembelajaran yang jauh lebih cepat tercermin dari peningkatan peringkat literasi dan numerasi Indonesia dalam ranking PISA. Salah satunya adalah kontribusi seluruh mahasiswa alumni Kampus Mengajar yang ikut meningkatkan inovasi pembelajaran literasi dan numerasi di sekolah penugasannya masing-masing. Seperti yang telah ditunjukkan oleh peserta Kampus Mengajar dengan mental sebagai pembelajar. (*)