OPINI,- Plastik merupakan salah satu penunjang efesiensi kebutuhan manusia sebagai suatu alat dalam produk rumah tangga, industri dan lain-lain. Bebarapa macam peralatan yang terbuat dari pelastik merupakan salah satu solusi yang diberikan oleh manusia sebagai bahan mentah yang berniai murah dibandingkan dengan peralatan yang terbuat dari logam, hal inilah yang memicu peningkatan penggunaan bahan plastik sebagai solusi utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini negara Indonesia selalu dikaitkan dengan salah satu negara konsumen tertinggi dalam penggunaan bahan plastik. Dimana Plastik memang merupakan salah satu solusi terbaik dalam pembuatan peralatan namun di lain sisi juga memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan jika tata kelolah pembuangan limbah plastik ini tidak benar.
Dibeberapa daerah kawasan nusantara ini sudah dilihat begitu banyak limbah plastik yang dapat merusakan lingkungan karena tatakelolah pembuangannya yang masih kurang efesien dan ditambah lagi kesadaran masyarakat terhadap dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah plastik tersebut.
Dari potret diatas 28 Mei 2019 dilihat kondisi pesisr pantai nusantara didaerah Bilibili Kab.Pinrang atau sebelah utara Kota Parepare sulawesi selatan ini lambat laun akan mengalami kerusakan yang begitu Vatal jika kondisi ini terus menerus terjadi, pada saat dilakukan observasi daerah pesisir tersebut ditemukan limbah plastik yang begitu padat, dan selama penyisiran hampir sejauh 2 km masih saja ditemukan kepadatan limbah plastik di daerah pesisir pantai tersebut, dan setelah dilakukan perhitungan sederhana untuk mengetahui perkiraan jumlah limbah didapatkan hampir 1 ton jumlah plastik yang berada didaerah tersebut.
Sehingga laut bukan lagi sebagai wadah ekosistem biota laut melainkan wadah untuk biotaplastik dari berbagai jenis bahan. Potret diatas juga menggambarkan bahwa hutan bakau bukan lagi menjadi tempat bermainnya biota laut tapi tempat untuk bersarangnya sampah masyarakat yang didominasi oleh plastik. Gambaran diatas bukan salah satu kesimpulan dalam permasalahan kerusakan lingkungan melainkan salah satu sampel dari beberapa potret kerusakan lingkungan.
Melihat kondisi diatas sudah begitu banyak solusi yang diberikan oleh pemerintah dan oknum pemerhati lingkungan namun hal yang menjadi permasalahan pokok adalah kesadaran masyarakat yang menjadi poin utama untuk menangani masalah terebut.
Ditanya salah satu nelayan pada daerah tersebut mengatakan bahwa “dulu tempat ini menjadi salah satu sumber kebutuhan ekonomi yang dimana daerah luar bibir laut dibuat keramba ikan, rumput laut, jaring ikan yang begitu melimpah dan saat ini sangat kurang sekali ikan karena kondisi bibir laut sangat tercemar dengan banyaknya sampah kiriman ini, bahkan kami sudah mencoba untuk membersihkan 1 karung limbah plastik namun muncul lagi 3 karung sampah kiriman ini” ujar pak Laupe.
Limbah plastik yang mendominasi pada kawasan tersebut adalah gelas minuman kemasan, dan pada saat di telusuri di kedalam laut hampir 10 meter dari bibir pantai yang berada didasar laut masih terdapat limbah plastik kemasan ini. Melihat kondisi tersebut apakah Pemda yang memiliki kekeliruaan terhadap tata kelolah limbah plastik ataukah pola masyarakat dalam pembuangan limbah plastik ? dan apakah kondisi ini harus terus terjadi?
Limbah gelas plastik kemasan, sedotan, kemasan cemilan, serta kantongan plastik inilah salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan bagi nusantara sehingga indonesia sempat dikaitkan dengan salah satu negara tertinggi dalam menyumbang limbah plastik, dan jika kondisi ini terjadi terus menerus apakah generasi mendatang dapat merasakan manfaat lingkungan?
Salah satu solusi yang dapat ditawarkan yaitu polarisasi kebiasaan masyarakat terhadap penggunaan kemasan pelastik secara berlebihan. Sebagai contoh jika selama ini masyarakat mengkonsumsi gelas kemasan satu kali pakai maka sebaiknya gelas yang digunakan adalah gelas yang dapat berulang kali dipakai begitupun dengan bahan lainnya ataupun pengusaha yang menggunakan plastik beralih terhadap bahan yang ramah lingkungan.
Salah satu contoh yang lain untuk mengurangi bahan plastik berlebihan adalah polarisasi kebiasaan masyarakat dalam setiap kegiatan kemasyarakatan yang diterapkan pemkot Parepare yaitu dimana disetiap kegiatan tersebut itu tidak menggunakan lagi air kemasan satu kali pakai melainkan kemasan yang lama pakai sehingga penggunaan kemasan plastik ini tidak lagi secara berlebihan, bahkan Pemkot Parepare atau dalam hal ini Walikota Parepare enggan keacara kemasyarakatan jika masih ada yang menggunakan bahan plastik satu kali pakai.
Dari beberapa contoh tersebut merupakan salah satu solusi mengubah kebiasan masyarakat untuk konsumsi kemasan plastik berlebihan sehingga pihak yang menangani limbah-limbah ini tidak lagi menjadi beban sepihak sehingga terbangun sinergisitas antara pihak yang menangani limbah dan pembuat limbah bisa dikendalikan secara bersama.
Penulis:
Andi Rifaldy Wijaya