OPINI — Pernyataan Prof. Arismunandar, ketua ICMI Orwil Sulsel pada saat memberi sambutan melalui zoom pada pembukaan Talkshow ICMI Orda Parepare di gedung perpustakaan IAIN Paepare yang menilai bahwa ICMI Orda Parepare, merupakan Orda yang paling aktif di Sulsel, rupanya menjadi pemicu ditetapkannya Kota Parepare sebagai tuan rumah Musyawarah Wilayah ICMI Orwil Sulsel, insya Allah pada tanggal 14-16 Oktober 2022.
Setelah sholat dhuhur berjamaah di kampus UMPAR, saya berjalan menuju Fakultas Hukum, saya baca beberapa grup whatsap, termasuk grup ICMI Sulsel, saya dapat informasi bahwa pengurus Orwil sudah rapat tentang Muswil, hasil rapar menetapkan Kota Parepare sebagai tuan rumah. Dalam hati saya, mungkin ini efek dari kegiatan Orda Parepare yang beruntun di awal bulan Agustus ini.
Selang beberapa menit, nama saya sudah masuk dalam grup Muswil ICMI Sulsel. Belum lama setelah sholat ashar, di grup ICMI Orda Parepare, sudah ada undangan rapat pengurus dan dewan pakar ICMI untuk menyikapi penetapan Parepare sebagai tuan rumah Muswil ICMI. Dalam hati saya bergumam, kencang juga ini gerakannya pak ketua ICMI Orda Parepare, Bapak Dr. Mahsyar Idris, tentu atas support dari sekum , Bapak Dr. Nasir, yang juga tak kalah energiknya.
Seusai sholat isya, saya beranjak menuju rumah pak ketua ICMI Parepare di depan kampus IAIN, saya orang pertama yang tiba di rumah beliau, dari kejauhan saya melihat Pak Mahsyar sedang duduk di teras rumahnya, belaiu begitu senang dan mempersilahkan saya duduk di kursi yang berada disampingnya. Belum 5 menit rasanya saya ngobrol dengan beliau, Ibu Hj. Zaenab Syamsuddin datang menyusul, kemudian menyusul Pak Sekum bersama Pak Amran Ambar.
Pak Dr. Mahsyar mempersilahkan masuk di ruang tamu, saya memberi kode menyusul masuk karena saya sedang terima telepon. Pengurus berikutnya yang datang yaitu Pak Dr. Irwan Idrus, dosen UMPAR, pembicaraan via telepon saya sudah berakhir, pengurus terakhir yang datang yaitu Pak Saiful Mahsan., S.pt, M.Si. Saya orang terakhir masuk di ruang tamu, saya duduk bersebelahan Pak Dr. Irwan, sedang tuan rumah Pak Dr. Mahsyar dan yang lain sudah duduk di meja rapat.
Di ruang tamu Pak Mahsyar itu, selain ada kursi tamu di depan pintu masuk, ada juga meja berukuran sedang dikelilingi kursi berada di sebelah kiri dari pintu masuk, meja itu bisa memuat peserta rapat sampai 12 orang. Sambil menunggu pengurus yang lain, Pak Dr. Nasir, Sekum ICMI Parepare, mengulas kembali pengalamannya bersama Pak Amran Ambar pada saat mengikuti Muktamar ICMI di Bandung, bulan Desember 2021.
Pak Dr. Nasir bercerita bahwa agenda Muktamar ICMI yang paling alot dibahas dan penuh dinamika, tarik ulur sampai dini hari adalah AD/ART khususnya pasal tentang persyaratan calon Ketua Umum Pusat. Ada dua pandangan yang berbeda tajam, yaitu antara pandangan yang setuju dengan calon ketum dari orang parpol. Sebaliknya ada pandangan yang menolak orang parpol sebagai ketum ICMI.
Dua pandangan inilah yang membuat suasana forum muktamar menjadi alot. Keputusan rapat Komisi AD/ART sudah setuju membolehkan orang parpol sebagai calon ketum, tetapi begitu masuk dalam rapat pleno, suasana kembali hangat, terjadi perdebatan panjang dan “hujan” intrupsi, cerita Pak Dr. Nasir. Budi Priyo Santoso, kader Golkar, yang memimpin rapat, selalu mengambil inisiatif melakukan scorsing sidang setiap suasana forum memanas.
Saya melihat jam, sudah pukul 20.10, tapi pengurus yang lain belum datang juga. Saya lihat Pak Nasir yang sudah duduk bersebelahan Pak Dr. Mahsyar di meja rapat, masih semangat merefleksi pengalamannya sewaktu mengikuti Muktamar ICMI. Ibu Zaenab Syamsuddin, berkomentar bahwa orang yang aktif di Parpol tidak bisa dong dihalangi untukmenjadi ketua Ormas seperti ICMI ini, Ormas juga butuh Parpol untuk menjadi saluran aspirasi umat.
Saya hanya menyimak dari jarak sekitar 4 meter, saya masih duduk di kursi tamu bersama Pak Dr. Irwan. Pak Dr. Nasir melanjutkan ceritanya, bahwa perdebatan antara calon yang menolak orang parpol dengan yang setuju adalah sesungguhnya antara pengurus ICMI yang berlatar belakang akademisi dengan pengurus yang berlatar belakang politisi.
Saya dan Pak Dr. Irwan masih menikmati cerita pengalaman Pak Dr. Nasir saat mengikuti Muktamar ICMI, Ibu Dr. Nurhayati, istri Pak Dr. Mahsyar, datang membawa baki berisi gelas kosong disimpannya di atas meja rapat, tidak lama kemudian datang lagi membawa cerek warna kuning emas, dari meja ruang tamu, saya lihat mirip sarabba.
Tepat pukul 20.40. rapat dibuka, dipimpin oleh pak sekum dan mempersilahkan pak ketua memberikan pengantar. Proses rapat berjalan lancar, tidak ada perdebatan yang alot. Sambil rapat berjalan, saya mencicipi minuman yang masih panas di gelas itu, betul dugaan saya, ini adalah sarabba, yang menarik karena sarabba itu dicampur telur. Saya baru meneguk seperempat dengan rasa yang sangat enak, sudah datang pasangannya, ubi goreng dan pisang goreng dan sambel. Rapat malam itu seperti kalau rapat di café.
Rapat pengurus ICMI Parepare sudah mensahkan kesediannya untuk menjadi tuan rumah dan sudah ada susunan panitia yang siap ditetapkan dalam SK Pengurus ICMI Orda Parepare. Pak ketua memotivasi peserta rapat bahwa kegiatan ICMI sebelumnya kalau rapat pembentukan panitia, tidak banyak yang hadir tetapi ketika kegiatan itu sudah dilaksanakan, Alhamdulillah kegiatan itu berjalan sukses dan sebagian bahkan ada saldonya.
Kesepahaman lain yang dibahas adalah, Pengurus ICMI perlu berkolaborasi dengaan multi pihak, selain dengan Pemkot Parepare, juga perlu melibatkan organisasi mahasiswa Islam sebagai relawan yang membantu para tamu dari berbagai daerah. Tiga organisasi mahasiswa Islam itu yaitu HMI, PMII dan IMM, bagus jika dilibatkan sebagai tim relawan Muswil ICMI, masing-masing memakai jas identitasnya sebagai proses penyatuan intelektual muda yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa dan umat. (*)