MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel menggelar pelatihan Kontributor Media Persyarikatan di Hotel Sultan Alauddin Makassar pada Jumat-Ahad (3-5/2/2023).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Puluhan peserta dari pelbagai pimpinan daerah dan organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah se Sulsel.
Ketua MPI Hadi Saputra dalam sambutannya menyampaikan kegiatan tersebut merupakan sesi kedua pelatihan kontributor setelah sesi pertama dilaksanakan di Kabupaten Sidrap beberapa waktu lalu.
“Ini merupakan pelatihan sesi kedua pasca Muktamar Sebelumnya, yang sudah dilaksanakan di UMS Rappang,” ungkap Hadi.
Hadi juga mengatakan pelatihan kontributor media persyarikatan tersebut menjadi evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan sebelum yang dianggap tidak efektif dalam mencetak jurnalis media persyarikatan.
“Sebenarnya kami juga pernah mengadakan kegiatan serupa bahkan bersifat Akbar Se Indonesia timur tapi alumninya tidak aktif, itu karena kegiatannya memang dalam bentuk seminar, jadi itu kami evaluasi dan melaksanakan kegiatan ini,” jelas mantan Ketua PW IPM Sulsel itu.
Ia mengungkapkan pelatihan kali ini mengunakan model yang lebih efektif dan memberdayakan sumberdaya di lingkup MPI.
Adapun capaian dari pelatihan tersebut kata Hadi yakni mencetak jurnalis yang memiliki keterampilan dalam menulis berita dan membuat konten video jurnalistik yang akan ditayangkan di TV Muhammadiyah.
Selain itu katanya tugas jurnalis Muhammadiyah tidak hanya menulis dan menyajikan karya jurnalistik, namun juga mengaplikasikan gagasan Islam berkemajuan dalam sendi kehidupanya serta menyampaikan syiarnya dalam bentuk tulisan.
“Mari kita galakkan gagasan Islam berkemajuan melalui media Persyarikatan,” tuturnya.
Sementara itu Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Rahim Nanda dalam sambutannya mengatakan seorang jurnalis Muhammadiyah harus mampu mengunakan mata, hati dan pikirannya sebagai pesan Firman Allah dalam Al-Qur’an.
Menurut Rahim seorang jurnalis Muhammadiyah harus memiliki pijakan pengetahuan yang jelas sehingga tidak taqlik (ikut-ikutan).
Selain itu kata Rahim, jurnalis Muhammadiyah juga haru memiliki independensi yang didasari atas pijakan pengetahuan yang kuat.
“Seorang jurnalis harus punya pijakan pengetahuan yang jelas, bahas jelasnya tidak boleh taqlik dan harus independen dimana harus berpijak pada pengetahuan yang jelas,” ungkap Rahim.
Lebih lanjut ia berpesan jurnalis Muhammadiyah dalam melaksanakan tugasnya harus mampu menerapkan etika jurnalis.
“Kita harus dapat membuat frase dalam berita untuk mengundang pembaca itu penting, namun kita harus sesuai dengan etika,” ujarnya.
Tidak hanya itu ia juga berharap jurnalis Muhammadiyah harus mampu menyuarakan ciri khas Muhammadiyah (gagasan dan pandangan) di Media Persyarikatan.
“Hal-hal yang bersifat khas Muhammadiyah harus disuarakan oleh kontributor media Persyarikatan,” tutupnya.
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin