MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Abdul Rahman Bando (ARB), mantan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Makassar, menceritakan alasannya mendorong untuk maju kembali sebagai calon wali kota Makassar meskipun sebelumnya pernah gagal.
Dalam podcast “Ruang Tamu” di kantor Herald pada Rabu (22/5/2024) ARB mengurai alasan kembali berkontestasi Pilkada Makassar.
“Lebih mengembangkan diri di luar jabatan sejak 2020 dengan masa pengabdian 22 tahun lebih. Dalam masa pengabdian itu, saya banyak menemukan, mendengar, dan merasakan harapan masyarakat Kota Makassar yang masih belum terwujud,” ungkap ARB dikutip dari HeraldSulsel.com.
Dia mengatakan dirinya banyak bersentuhan dalam aspek kehidupan masyarakat sekaligus harapan-harapan masyarakat yang belum terpenuhi yang harus diperjuangkan.
ARB merasa perlu maju kembali sebagai calon Walikota untuk mewujudkan harapan tersebut. ARB menambahkan, bertolak dari pengalamannya berinteraksi dengan akar rumput di Kota Makassar dan pulau-pulau pesisir, dari mulai lahir hingga mencerdaskan generasi dan penduduknya, sampailah dirinya pada titik yang lebih luas dari sekadar hanya membantu wali kota.
ARB juga sudah memiliki visi dan misi serta harapan ke depannya dalam tagline “Gerbang Makassar”.
“Gerbang Makassar sendiri ialah gerakan bersama membangun masyarakat yang artinya ialah pintu masuk, karena kita buat untuk masyarakat Kota Makassar, kerja untuk rakyat. Kita mau Makassar ini benar-benar sebagai gerbang ilmu, pendidikan,” jelasnya.
Selama menjabat, ARB mengaku banyak menggunakan dana sendiri tanpa bantuan APBD pemerintah karena APBD itu penuh keterbatasan.
“Kita perlu memutar otak untuk memastikan APBD ini digunakan sebaik mungkin. Saya berpikir bahwa APBD ini harus tertampung dan digunakan dengan sebaik-baiknya.”
ARB menceritakan selama menjabat, ia mengelilingi 11 pulau di Sulawesi Selatan yang mengalami banyak kekurangan. Salah satu pulau tersebut adalah Pulau Langkai, yang bahkan tidak memiliki akses listrik hingga sekitar 11 tahun lalu.
Melihat kondisi memprihatinkan itu, ARB mengaku tergerak untuk membantu warga pulau dengan cara menggunakan dana pribadi, karena menurutnya APBD pemerintah saat itu memiliki keterbatasan.
“Saya menggunakan uang sendiri tanpa bantuan APBD pemerintah, karena APBD itu penuh keterbatasan pada saat itu,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ARB bersama rekan-rekannya membangun pembangkit listrik tenaga surya atau solar sel di Pulau Langkai agar warganya bisa mendapatkan akses listrik.
“Dengan itu, kami membangun solar sel bekerja sama dengan rekan-rekan kami di Langkai supaya mereka mendapatkan listrik,” kata ARB.
Pengalaman mengatasi permasalahan di wilayah kepulauan tersebut menyadarkan ARB bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan warga di pulau-pulau terpencil. Menurutnya, pemanfaatan APBD ke depan harus lebih dioptimalkan untuk pembangunan di wilayah kepulauan.
“Jadi kami butuhkan penggunaan APBD yang sebaik-baiknya agar bisa mengalokasikan pembangunan secara merata hingga ke pulau-pulau terpencil,” tegasnya.
ARB menceritakan pernah menempati 15 kelurahan di Makassar, mulai dari Untia, Parangloe, Buloa, Cambayya, Kampung Buyang, Tamalate, Maccini Sombala, Balang Baru, Tanjung Merdeka, hingga ke pulau-pulau seperti Barangcaddi dan lainnya.
Dari sanalah ia memahami tentang pulau dan bagaimana cara mengalokasikan sumber daya. “Orang di dataran harus membayar jasa kepada orang pulau karena merekalah yang mempertaruhkan nyawa mencari dan mengirimkan ikan sehingga kita bisa mendapatkan protein yang sehat,” pungkasnya.
ARB menekankan bahwa banyak potensi yang belum digali di pulau-pulau tersebut. Ia berharap tidak ada lagi istilah pulau sebagai anak tiri jika terpilih menjadi wali kota Makassar nanti. (*)