PINRANG, PIJARNEWS,COM—Proses pembuatan pesawat ultralight model sport milik Haerul warga Kabupaten Pinrang kini sudah hampir mencapai 70 persen. Pengerjaan komponen besar pesawat dilakukan di Makassar, dan kompomen tambahan dikerjakan di Pinrang. Melihat dari progresnya, diperkirakan proses pembuatan Pesawat tersebut rampung Mei 2021 mendatang, sekaligus akan dilakukan uji coba terbang.
Pembuatan pesawat ultralight itu diputuskan dikerjakan pada Agustus lalu, dan dilakukan pengkajian desain. Selanjutnya pada September dimulailah pengerjaan fisik hingga Desember tahap pertama sudah diserahkan dan progres pembuatannya mencapai 70 persen, saat ini yang belum selesai dikerjakan adalah dinding pesawat atau avionik.
Pesawat ultralight model sport ini dirancang Prof Dr Ir H Nasaruddin Salam, MT,. pendamping dari Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Ia merancang bagian daya yang dibutuhkan serta ukuran badan pesawat. Sementara desain dari sisi material dan konstruksi dikerjakan oleh tim yang lain. Pengerjaan pesawat ini merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Namun, desain awalnya harus dari sisi aerodinamika.
Nasaruddin Salam menyebut jika proyek pengerjaan pesawat ultralight ini merupakan proyek pertama kali bagi Universitas Hasanuddin dalam pembuatan pesawat langsung. Namun, secara teori sudah lama diajarkan, serta uji model sering kali dilakukan di laboratorium, yakni uji daya angkat dan daya hambat pada pesawat.
Pesawat ultralight milik haerul ini lanjutnye, merupakan tipe sport dan sudah ada beberapa yang memproduksi. Namun, ia mengatakan bahwa setiap pembuatan pesawat memiliki karasteristik yang berbeda sehingga pesawat haerul itu akan dibuat berbeda dengan tipe sport yang sudah pernah dibuat. Khususnya pada bagian sayap.
“Iya kan beberapa yang memproduksi pesawat untuk pesawat yang tipe sport. Ini kan ultralight tipe sport. Sebelumnya sudah pernah ada yang membuat, tapi setiap orang membuat itu punya karasteristik yang berbeda-beda, sehingga buatan kami ini, kami juga akan membuat hak kekayaan intelektual, akinya, dan patennya. Khususnya pada sayapnya itu,” ujarnya, Minggu (27/12/2020).
Biaya pembuatan pesawat ultralight tersebut menghabiskan Rp 200 juta, dan itu merupakan sumbangsih dari Unhas. Biaya cukup besar adalah pada bagian komponen. Mulai dari materialnya atau bahannya yaitu fiber carbon, pipa, rangka, landing gear, ban, probol, aki, serta system control.
Selama pengerjaan pesawat, Prof Nasaruddin mengatakan, ia bersama tim monitoring selalu diawasi oleh Federasi Airo sport Indonesia (FASI) yang merupakan sebuah organisasi olahraga dirgantara di Indonesia.” Jadi setiap saat dilakukan konsultasi dengan FASI, karena izin uji coba terbang ada di tangan Tim PASI,” ungkapnya.
Sampai saat ini, Prof Nasaruddin intens melakukan konsultasi demi kelayakan terbang dan keamanan saat beroperasi agar tidak mencelakai orang lain dan diri sendiri, dan diperkirakan uji coba terbang akan dilakukan mei 2021 mendatang.
“Jadi, selama ini dibuat kita bersama tim monitoring, diawasi oleh namanya FASI (Federasi Airo sport Indonesia) jadi kita konsultasi terus. Ya kalau semua berjalan baik, banyak pihak yang bisa membantu, itu sekitar bulan Mei, dan juga sudah bisa dilakukan uji coba terbang bulan lima insyaallah,”pungkasnya.
Reporter: Sunarti Mansyur