BALI, PIJARNEWS.COM — Setelah tindakan pelecehan yang dilakukan salah seorang Perawat RS National Hospital, dunia kesehatan kembali dibuat gaduh atas beredarnya foto dokter muda yang tengah asyik bermain game online Mobile Legends saat menangani pasien.
Diduga, dokter muda tersebut, adalah peserta didik di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Foto tersebut diunggah oleh pemilik akun facebook bernama Gabriel Yosias pada Rabu (24/1) lalu.
Pada unggahannya, Gabriel menulis caption, Ini dokter magang lagi kontrol pasien umur 4,5 tahun. Pasien lagi kesakitan, dia asyik main game’ dan di postingannya juga, ia sertakan beberapa hastag seperti, #doktermagang #rsudsanglah #mobilelegend # viralkan, dan lain-lain.
Postingannya itu pun sontak menuai beragam komentar dari nitizen. Dalam kolom komentar di postingan Gabriel Yosias, Fandy (kakak Gabriel, red) menceritakan apa yang dilihatnya dan telah melaporkan hal tersebut kepada pihak RSUP Sanglah.
Berikut komentarnya, “Jadi gini biar tidak menerka-nerka. Kemarin pada jam 19.02 Wita, adik saya umur 4,5 tahun dipasang infus central oleh karena infus yang kemarin lepas. Singkat cerita ada beberapa dokter yang menangani. Terus ada salah satu dokter sibuk main Mobile Legends (entah dia ini coas atau dokter muda) sedangkan adik saya umur 4,5 tahun mengerang-ngerang kesakitan. Kejadian ini sudah saya laporkan ke pihak Humas Rumah Sakit Sanglah dan akan segera ditindaklanjuti. Terima kasih”.
Sementara, pihak RSUP Sanglah melalui Kasubbag Humas, Dewa Ketut Kresna saat dikonfirmasi, membenarkan pihaknya mendapatkan laporan dari keluarga pasien yang bersangkutan.
“Kami memang mendapatkan laporan tersebut, dan kami sedang melakukan penelusuran,” ungkapnya, seperti dikutip dari nusabali.com, Minggu, (28/1).
Menurut Dewa Kresna, dokter muda tersebut, salah satu peserta didik yang menjalankan tugas belajarnya di RSUP Sanglah. Seperti diketahui, RSUP Sanglah merupakan rumah sakit pendidikan.
“Sepertinya itu peserta didik. Kalau dilihat dari ruangannya, sepertinya itu di ICU Burn Unit,” kata Kresna mengira-ngira.
Soal sanksi, sambung Dewa Kresna, pihaknya tidak memiliki kewenangan. “Kalau itu bukan kewenangan kami, tapi kewenangan kampus.” tutupnya. (mul)