OPINI-Sejak zaman dahulu, masyarakat di wilayah Syam atau Palestina terkenal sebagai individu yang memancarkan kehebatan, daya tahan, dan kesabaran yang luar biasa. Mereka diakui sebagai suatu bangsa yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan mereka dari bangsa lain. Orang-orang Syam dikenal dengan sebutan Ahlul Al Ghorbi, merujuk pada individu atau penduduk yang tidak hanya memiliki kekuatan dan kehebatan fisik, tetapi juga sikap tegas, kesabaran yang tinggi, dan kemandirian dalam menghadapi segala aspek kehidupan sehari-hari. (Rujukan: Shahih Muslim bi Sharh an-Nawawi, Jilid 13, Halaman 68).
Kondisi yang menyedihkan terus melanda Bumi Palestina, dimana konflik yang berkepanjangan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda dan sudah memakan kurang lebih 10.812 korban tewas, dilansir CNBC Indonesia, Ahad (12/11/23). Meskipun situasi ini menimbulkan keprihatinan dan kepedihan di hati umat Islam, penduduk Palestina tetap kokoh dalam menghadapi segala tantangan. Sebagai muslim, kita merasakan luka yang mendalam dan mata kita berlinang melihat perlakuan kejam yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Meski dihadapkan pada penderitaan yang tak berkesudahan, semangat dan kegigihan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari adalah inspirasi bagi kita semua.
Lebih jauh, kita harus mengingatkan diri kita sendiri akan keutamaan yang dimiliki oleh penduduk Palestina. Sebagaimana disampaikan dalam sabda Rasulullah SAW., “Orang-orang Magrib (Syam) akan terus tampak di atas kebenaran hingga datang hari kiamat” (HR Muslim). Dalam keberanian dan keteguhan mereka, mungkin kita dapat menemukan cahaya harapan di tengah gelapnya situasi yang melanda Bumi Palestina.
Intifadah (perlawanan) pertama yang dilakukan warga Palestina terhadap Zionis Yahudi muncul di Gaza pada 1987, tahun yang sama ketika kelompok Islam Hamas didirikan. Sejak saat itu, Hamas telah bersumpah untuk menghancurkan Zionis Yahudi dan ingin menggantinya dengan negara Islam.
Kini Gaza mengalami blokade di darat, laut, dan udara oleh Mesir dan Zionis Yahudi. Pasokan listrik, air, bahan makanan, hingga obat-obatan dan bantuan kemanusiaan tidak diperbolehkan masuk ke Gaza. Betapa nestapanya kehidupan di Gaza. Malam gelap tanpa penerangan menghiasi hari-hari Gaza. Darah masih berceceran. Mayat bergelimpangan. Puing-puing bangunan berantakan. Tidak ada tawa bahagia. Tidak ada yang yakin besok tetap bisa membuka mata.
Hidup hanya sebatas bisa bertahan, tidak berani terlalu tinggi berharap. Kemerdekaan yang diperjuangkan tidak kunjung didapatkan. Sampai kapan semua ini akan terjadi.
Terlalu naif jika kita merasa bahwa penderitaan saudara-saudara kita di Gaza, Palestina, hanya menjadi urusan mereka sendiri, bukan urusan kita sebagai warga Indonesia yang berada di tempat yang jauh dan bahkan berbeda benua. Namun, konsepnya tidaklah demikian, Rasulullah SAW. telah memberikan peringatan bahwa sesama muslim adalah bersaudara seperti satu tubuh, meskipun terpisah oleh wilayah, etnis, bahasa, budaya, penampilan, status sosial, pendidikan, atau pernikahan. Namun, kita memiliki persamaan dalam satu server yang sama, Tuhan kita adalah Allah SWT, Rasul kita adalah Muhammad dan kitab suci kita adalah Al-Qur’an. Kesatuan ini mengingatkan kita untuk saling mendukung dan merasakan penderitaan saudara-saudara kita, bahkan jika mereka berada di tempat yang jauh.
Oleh karena itu, jika ada saudara kita sesama muslim dibelahan dunia lain dalam kondisi sakit, tertimpa bencana atau mengalami penindasan, maka akan terasa pedihnya oleh muslim yang lain. Layaknya satu tubuh, kalau kaki kita yang tanpa alas injak pecahan kaca, mulut auto teriak mengaduh, tangan gerak cepat memegang bagian yang luka dan antibodi dalam tubuh langsung membangun pertahanan dari serangan kuman. Seperti inilah gambaran hadis Rasulullah SAW. tentang persaudaraan sesama muslim.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi, tidak ada alasan bagi seorang muslim yang notabene tinggal di Indonesia hanya diam, mengutuk atau mengecam kebiadaban Zionis Yahudi yang membumihanguskan Palestina.
Meskipun masalah Gaza sering dianggap sebagai bencana kemanusiaan oleh dunia, bagi kita, hal ini jauh lebih dari itu. Ini merupakan isu yang berkaitan dengan kemuliaan agama, penjajahan terhadap umat Islam, pengambilalihan Rumah-rumah umat Islam, dan penghinaan terhadap kehormatan umat Islam.
Palestina bukan sekedar tanah, melainkan merupakan tanah milik umat Islam. Bangsa Zionis Yahudi sebenarnya tidak memiliki klaim sah atas tanah Palestina. Kedatangan mereka disana dapat diibaratkan sebagai tamu yang tidak menghormati dan tidak menghargai hak milik sejati tanah tersebut.
Dalam menghadapi penjajah Zionis Yahudi, diperlukan kekuatan yang luar biasa, sebagaimana yang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin besar seperti Umar bin Khaththab RA., Muhammad Al-Fatih dan Salahuddin al-Ayyubi. Tantangan ini memerlukan langkah-langkah strategis yang tak hanya bersumber dari sejarah, tetapi juga melibatkan kekuatan moral dan solidaritas yang besar.
Saat ini, kita sebagai umat Islam dapat berkontribusi dengan berbagai cara. Pertama, melalui upaya dakwah yang gigih untuk membangun kekuatan besar yang akan melindungi umat Islam di seluruh dunia. Kedua, kita dapat mengekspresikan solidaritas melalui aksi-aksi nyata, seperti mengirimkan bantuan kemanusiaan, mendukung militer yang memperkuat barisan perlawanan terhadap Zionis Israel, dan mengorganisir berbagai bentuk kepedulian yang menunjukkan dukungan konkret terhadap rakyat Palestina.
Sementara Saudara-saudara kita mungkin berada jauh di Gaza, keberadaan mereka tetap dekat di hati kita. Dalam segala langkah yang diambil, doa, upaya nyata, dan kepedulian adalah elemen-elemen yang dapat membentuk fondasi kuat dari dukungan kita terhadap perjuangan rakyat Palestina. Allahu Akbar!
Selain terus berdakwah, menggelar aksi solidaritas dan mengirimkan bantuan kemanusiaan, kita sebagai umat Islam juga dapat memanfaatkan kekuatan diplomatik dan politik untuk meningkatkan kesadaran global terhadap konflik di Palestina. Mendorong pemerintah Indonesia dan komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam mendukung kemerdekaan Palestina serta menuntut keadilan dan perdamaian di Timur Tengah adalah langkah penting.
Selain itu, memberikan dukungan finansial kepada organisasi kemanusiaan yang bekerja di Palestina dapat menjadi wujud konkret dari kepedulian kita. Memobilisasi sumber daya untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perawatan medis bagi warga Palestina yang terdampak konflik merupakan langkah yang dapat membantu meringankan beban penderitaan mereka.
Perjuangan kaum muslim tidak akan pernah padam sebelum tanah Palestina bebas dari cengkeraman kafir penjajah. Palestina hilang pada hari ketika Khilafah tiada. Kaum muslim harus terus berjuang dengan serius untuk mengembalikan tegaknya Khilafah. Perjuangan menegakkan Khilafah ialah kemuliaan dan cara menyelamatkan umat manusia. Duhai saudara-saudariku di Palestina, kami disini juga tidak tinggal diam meski kita terpisah jarak yang jauh. Kami akan terus berjuang dan berdoa pada Allah SWT agar menyatukan kita dalam kepemimpinan yang satu, yakni Khilafah. Wallahualam bissawab. (*)
Informasi: Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.