MAKASSSAR, PIJARNEWS.COM—Literasi sebagai sebuah gerakan haruslah melibatkan semua warga masyarakat, tak terkecuali bagi siswa-siswi sejak dini. Sebagai sebuah gerakan haruslah menjadi sebuah gerakan memassal, simultan dan berkesinambungan. Tak sekadar jargon, apalagi life service. Namun yang lebih penting adalah gerakan berkesinambungan, intensif, berbasis kurikulum literasi millenial. Inilah yang menjadi cita-cita bersama Ketua Yayasan Al-Insyirah Junaedi, Abdul Rahim Manyau, untuk membuktikan bahwa sekolah literasi Lorong pertama bermula dari TKIT, SDIT, SMPIT yang berpusat di Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar.
Bachtiar Adnan Kusuma, Tokoh Literasi Sulsel bersama guru dan staf menggagas Sekolah Islam Terpadu Al-Insyirah Berbasis Lorong Literasi. Atas dukungan guru, ketua yayasan, kepala sekolah dan warga lorong, sekolah literasi lorong bermula dari Yayasan Al-Insyirah.
Sekolah pertama berbasis lorong literasi yang sangat peduli akan literasi memassal, maka Bachtiar memberikan bantuan buku-buku sebagai simbol genderang perang literasi lorong berbasis edukasi segera dimulai.
“Bukan Pseuodo Literasi” asal-asalan, tapi dibuktikan atas nama warga masyarakat menjadikan literasi sebagai ujung tombak peradaban.
Nah, langkah awal mengajak dan menyerukan guru-guru menulis minimal dua halaman per orang, kemudian dari tulisan mereka dibukukan. Untuk membuktikannya, para siswa-siswi digilir memasuki perpustakaan sekolah, kemudian diwajibkan menulis resensi buku apa yang dibaca. Selain menyerukan membaca buku setiap hari minimal 25 menit.
“Saat ini kami menyusun kurikulum sekolah berbasis literasi lorong untuk Al-Insyirah Paccerakkang,” kata Bachtiar Adnan Kusuma, penggagas dan mentor utama sekolah berbasis Lorong bersama Abd Rahim Manyau dan Junaedi, Selasa (19/11/2019) di Al-Insyirah Makassar. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna