PINRANG, PIJARNEWS.COM — Beragam manfaat yang diperoleh warga dari Bendungan Benteng di Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Bendungan yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini setidaknya memiliki tiga manfaat. Selain sebagai sarana untuk mengaliri ribuan hektar areal persawahan, bendungan ini juga ditempati warga untuk berswafoto. Selebihnya dipakai untuk arena memancing dan menjaring ikan.
Setiap hari, bendungan peninggalan di masa penjajahan Belanda ini dikunjungi warga. Baik warga sekitar, maupun warga pendatang. Biasanya, warga pendatang berswafoto di sejumlah titik. Mereka umumnya datang pada pagi dan sore hari.
Bendungan itu terletak sekira 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Pinrang.
Bendungan Benteng itu memiliki banyak sejarah, sebab dibangun pada masa Kolonial Belanda tahun 1939.
Konon bendungan itu didirikan dengan sistem kerja paksa. Meski sudah berusia 83 tahun, namun Bendungan Benteng ini masih kokoh.
Bendungan ini mendistribusikan air ke hampir seluruh persawahan di Kabupaten Pinrang. Bahkan air dari bendungan ini dialirkan ke daerah tetangga seperti Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo.
Jika datang ke Bendungan Benteng ini, pengunjung bisa melihat derasnya air mengalir. Saat melintas di jembatan di atas bendungan, pengunjung bisa merasakan sensasinya. Salah satunya terhempas percikan air yang bisa mengenai tubuh pengunjung.
Bendungan ini bukan saja sebagai tempat membendung air untuk didistribusikan ke areal persawahan, tetapi juga bisa digunakan pengunjung untuk berswafoto.
Salah seorang warga, Zulkifli Sanrego (32) mengaku spot foto di area Bendungan Benteng sangat menarik.
“Saya bersama teman komunitas Sepeda Patampanua Bicyle Community (PBC) sering berfoto bersama dengan latar belakang Bendungan Benteng,” kata Zulkifli.
Sekretaris PBC ini mengatakan, jika sudah pernah mengunjungi Bendungan Benteng dan berfoto di sana, maka rasanya mau terus untuk kembali. “Berkunjung ke Bendungan Benteng ini banyak hal menarik yang bisa diperoleh. Area spot fotonya sangat menarik. Sehingga kami selalu ingin datang ke tempat itu,” ungkap Zulkifli.
Tak hanya sebagai lokasi berfoto, Bendungan ini juga dimanfaatkan warga untuk mencari ikan.
Seperti yang dilakukan oleh
seorang warga, Mus (53). Ia menangkap ikan menggunakan jaring atau biasa disebut dalam bahas bugis yakni Jala’.
Mus mengaku sudah lama menangkap ikan di Bendungan Benteng tersebut. Bahkan dia mengaku mulai menangkap ikan sejak masih jadi pelajar.
“Alhamdulillah. Karena sudah terbiasa, saya tidak merasa takut menangkap Ikan dengan ketinggian ini,” ungkapnya.
Tiap harinya, Mus menangkap Ikan mulai pagi hingga petang dengan menggunakan alat jaring seadanya.
“Jenis ikan yang banyak terjaring yakni ikan Tawes atau bahasa bugisnya Ikan Kandia,” ujar Mus.
Ia mengaku, hasil tangkapan ikannya dijual ke pasar. “Syukur alhamdulillah, hasil penjualan ikan tersebut kami pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ikan tersebut kami jual antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram. Setiap kali menangkap ikan, hasil tangkapannya bervariasi,” tutup Mus. (*)
Citizen Jurnalis : Muhammad Faizul, Mahasiswa Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare
Editor : Alfiansyah Anwar