PINRANG, PIJARNEWS.COM — Ikatan Pelajar Mahasiswa Pattinjo (IPMP) Pinrang melaksanakan demonstrasi di Depan Patung Lasinrang dan memblokir jalan lokasi demonstrasi.
Aksi demonstrasi itu, mengundang reaksi emak-emak yang lokasi rumahnya tak jauh dari lokasi aksi para demonstran tersebut.
“Agar aksi demo mereka, yang membakar ban supaya bisa berhenti, kami mencoba menghentikan agar kami bisa merasa tenang,” keluh Tahira, Rabu (31/5/2023).
Tahira menilai aksi demo yang dilakukan mahasiswa membuatnya terganggu. Dia mengatakan aksi demo pembakaran ban menimbulkan polusi yang dapat menganggu pernapasan.
“Kami merasa sangat terganggu, masalahnya polusinya mengganggu pernapasan, asapnya masuk ke dalam rumah, dan apa-apa yang kami punya (barang) semuanya pada hitam,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya bukan hanya rumahnya yang dimasuki kepulan asap hitam atas aksi demo tersebut. Dia mengungkapkan masyarakat banyak mengeluh jika adanya aksi.
“Bukan saja yang kami punya rumah begitu, tapi semua masyarakat di sekitar lokasi aksi banyak yang mengeluh tetapi tidak berani untuk turun ke jalan,” pungkasnya.
Tahira mengaku sudah sejak lama menghalangi para pendemo jika ingin melakukan pembakaran ban. Dia mengatakan pembakaran ban yang dilakukan hanya menimbulkan kerugian terhadap masyarakat sekitar.
“Sudah ada berapa tahun saya menghadapinya tapi Alhamdulillah saya selalu berhasil menghentikannya untuk tidak membakar ban,” katanya.
“Untuk menghentikan aksi demo saya tidak punya hak, namun saya berusaha selalu berusaha menghentikan para pendemo untuk membakar ban. Tidak ada tujuan yang baik kalau dia pembakaran ban dan hanya merugikan kami sekitar,” tegasnya.
Ketua IPMP, Fasril mengatakan, unjuk rasa tersebut untuk memperjuangkan masyarakat Desa Peppangang yang telah puluhan tahun tidak dialiri listrik.
“Apa salahnya turun aksi, kami unjuk rasa puluhan tahun, agar perjuangan kami supaya listrik dapat dialiri hingga ke pelosok daerah,” tegasnya.
“Lagian ibunya juga tidak tertimbun asap, yang namanya perlawanan tidak cukup dengan hanya teriak dan melihat,” jelasnya.
Aksi pembakaran ban itu, kata Fasril untuk membakar semangat dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat Desa Peppangang.
“Kalian enak bisa makan dengan penerangan yang layak, mereka pakai obor kecil kau kira tidak berasap. Kau kira sehat? Di mana hati nurani kalian,” tuturnya.
Setelah demonstran melakukan aksi depan Patung Lasinrang, Jl. Poros Pinrang- Polman, kemudian mereka lanjut ke Gedung DPRD Pinrang.
Menuntut janji listrik dari pemerintah
Demo tersebut merupakan aksi yang dilakukan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Pattinjo (IPMP) Pinrang dan sejumlah warga. Mereka menuntut pengadaan listrik di Dusun Peppangan, Desa Rajang, Kecamatan Lembang, Pinrang.
Ketua IPMP Pinrang, Fasril mengatakan, Desa Peppangang adalah prioritas unjuk rasa yang dilakukan IPMP.
Sejak PLN Bakaru disahkan presiden Soeharto pada tahun 1991, yang kini usia PLN Bakaru berumur 32 tahun dan beberapa wilayah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang belum terjamah listrik, khususnya Desa Peppangang.
“IPMP beserta masyarakat Peppangang sudah pernah turun demo pertama kali pada tahun 2022. Karena sudah satu tahun terhitung setelah mahasiswa IPMP survei ke lokasi ke Dusun Peppangang,” jelasnya.
“Hasil dari demonstrasi tersebut setelah audiensi di Makassar kami dijanji 47 hari listrik sudah direalisasikan itu artinya dusun Peppangan sudah teraliri listrik di awal tahun 2023 yakni dibulan Januari,” pungkasnya.
Namun, nyatanya sampai sekarang belum ada kepastian dari janji yang dilontarkan itu, padahal menurutnya janji tersebut telah melebihi batas waktu yang diberikan.
Dia mengungkap masyarakat Desa Peppangang menggunakan kincir angin swadaya yang memiliki biaya mahal dibandingkan dengan biaya listrik mandiri.
“Listrik PLN biaya listrik mandiri atau kincir angin, yang digunakan itu lebih mahal ketimbang listrik yang menggunakan voucher apalagi sekarang minyak bumi juga naik belum lagi perbaikan kincirnya,” tandasnya.(*)
Reporter: Faizal Lupphy