MAKASSAR, PIJARNEWS.COM – Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Parepare periode 2018-2023 Iwan Asaad resmi menyandang gelar Doktor (S-3) pada program doktoral Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin Makassar pada acara Yudisium sekaligus promosi doktor, Senin (17/2/2024) di Ruangan Prof. Syukur Abdullah, Fisip Unhas, Tamalanrea, Makassar.
Iwan memaparkan dan mempertahankan disertasi berjudul “Strategi Komunikasi Dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Smart Tourism di Sulawesi Selatan” dihadapan para promotornya, Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M. Si, Dr. Muliadi Mau, S. Sos, M. Si, Dr. Moehammad Iqbal Sultan, M. Si, dan para pengujinya Prof. Dr. Hafied Cangara, Prof. Dr. Akun Duli, MA, Dr. Muhammad Farid, M. serta penguji eksternal Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA Direktur Politeknik STIALAN Jakarta.
Saat dihubungi Pijarnews.com alumni STPDN Jatinangor Bandung Tahun 1993-1997 diawal pidato promosinya mengungkapkan, proses belajar sering kali menghadirkan tantangan, seperti kelelahan, kesulitan memahami konsep, atau bahkan pengorbanan waktu dan kenyamanan. Namun, jika seseorang tidak mau melewati fase “pahit” tersebut, ia akan menghadapi konsekuensi yang jauh lebih buruk, yaitu kebodohan dan ketidaktahuan yang dapat berdampak seumur hidup.
“Jika dikaitkan dengan perjalanan akademik saya, maka ungkapan ini sangat relevan. Dalam menempuh studi doktoral, pasti ada banyak tantangan yang menguji ketekunan dan mental, tetapi hasil akhirnya adalah ilmu yang lebih mendalam dan kesempatan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ucapnya dihadapan hadirin yang memadati ruangan.
“Hari ini merupakan momen yang sangat istimewa bagi saya dan keluarga, karena akhirnya saya dapat berdiri disini,menyampaikan sambutan dalam acara yudisium setelah melalui perjalanan akademik yang panjang dan penuh tantangan dalam menyelesaikan program Doktor Ilmu Komunikasi Unhas,” sambungnya.
Iwan mengungkapkan menempuh pendidikan doktor bukan hanya soal menyelesaikan sekian SKS dan menulis disertasi. Lebih dari itu, ini adalah perjalanan intelektual dan mental yang menuntut kesabaran, ketekunan, dan tentu saja, komunikasi yang efektif dengan berbagai pihak. Ada banyak momen reflektif selama proses ini, mulai dari menyusun kerangka teori, melakukan penelitian di lapangan, berdiskusi dengan para akademisi, hingga menerima kritik dan saran dalam seminar dan ujian.
“Setiap tahap memberikan pelajaran berharga bahwa komunikasi bukan sekadar penyampaian pesan, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami, mendengarkan, dan menyesuaikan diri dengan dinamika ilmu dan realitas sosial yang terus berkembang yang mestinya harus kaya dengan berbagai perspektif,” urai Iwan.
“Disertasi saya, yang berfokus pada “Strategi Komunikasi Dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Smart Tourism di Sulawesi Selatan” tidak hanya memperdalam pemahaman akademik saya tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang bagaimana ilmu komunikasi terus beradaptasi dengan perubahan zaman,” kata alumni S-2 Komunikasi Universitas Indonesia 2000-2002 itu.
Dia menjelaskan dalam dunia yang semakin terdigitalisasi dan penuh disrupsi, tantangan
komunikasi semakin kompleks. Oleh karena itu, sebagai akademisi dan praktisi komunikasi, dituntut untuk terus menggali perspektif baru agar ilmu ini tidak hanya berkembang secara teoritis, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Saya juga berharap ilmu yang telah saya peroleh selama ini dapat saya kontribusikan dengan baik, baik dalam ranah akademik maupun profesional, sehingga dapat membawa manfaat bagi perkembangan keilmuan dan praktik komunikasi di masyarakat,” ujarnya.
“Saya sangat menyadari bahwa disertasi ini bukanlah puncak dari perjalanan intelektual saya, melainkan titik awal untuk terus mengembangkan pemikiran dan penelitian di bidang komunikasi. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak agar penelitian ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas,” ucap Iwan. (why/A)