PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Disaat seluruh daerah di Sulsel mencatat hal positif dengan deflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), Parepare malah menjadi satu-satunya daerah yang mengalami inflasi. Pengamat ekonomi Yadi Arodhiskara membeberkan penyebabnya.
Dia menilai, perputaran ekonomi melambat akibat daya beli menurun, kebutuhan bertambah, sementara penghasilan warga tidak meningkat.
“Penghasilan masyarakat tetap, sedangkan pada momen tersebut kebutuhan masyarakat bertambah dan tentu harga juga akan naik,” kata Dosen Ekonomi Umpar itu.
Laju inflasi diperparah dengan proyek di Parepare yang tidak memaksimalkan tenaga lokal. Padahal, angka pengangguran cukup tinggi hampir mencapai 12.000 orang. Proyek yang dikerjakan dari APBD Parepare, namun dinikmati orang luar.
“Mereka tentu membelanjakan uangnya didaerahnya sendiri. Penghasilan warga kita mandek, utamanya yang berhubungan dengan proyek itu. Semisal pekerja konstruksi, penyedia bahan bangunan, dan sebagainya,” urainya.
Mestinya, hemat Yodi, pemerintah berdayakan warga sendiri. Sehingga terjadi perputaran ekonomi. “Sekecil apapun uang yang mengalir, jika itu ke warga kita sendiri pasti sangat berarti,” ujarnya.
Sebelumnya, rilis data pada Oktober ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Sulsel mengalami deflasi pada September 2017. Deflasi tersebut merupakan kali keempat sepanjang tahun ini.
Dari lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel, hanya satu kota yakni Parepare yang mengalami inflasi. Adapun empat kota lainnya, termasuk Makassar mencatatkan deflasi.
“Periode September 2017, Sulsel mengalami deflasi 0,07 persen dengan IHK sebesar 129,98. Untuk lima kota, IHK yang menjadi indikator pun hanya satu yang mengalami inflasi yaitu Parepare. Empat kota lainnya yakni Makassar, Palopo, Bone dan Bulukumba mencatatkan deflasi,” kata Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam. (ris)