Belajar Bersama (7)
ESAI — Ide besar kadang-kadang muncul dari obrolan informal atau terinspirasi dari suatu acara seminar. Bahkan bisa muncul dalam suatu perjalanan ke luar daerah sambil melihat keindahan alam sepanjang perjalanan atau bisa pula muncul dari proses perenungan atau bisa dari sumber lainnya.
Ide besar tanpa action hanya menjadi wacana, ramai dibicarakan tetapi tidak menjadi suatu kenyataan yang memberi manfaat langsung kepada publik. Sama seperti hasil penelitian, sudah cukup banyak masalah yang diteliti tetapi sebagian tidak berlanjut menjadi suatu produk barang dan jasa atau belum dijadikan sebagai acuan pembuatan kebijakan publik yang memudahkan masyarakat terhadap bidang tertentu atau biaya operasional bisa lebih efesien.
Ide hanya sebagai langkah awal yang membuka cakrawala atas sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui menjadi sesuatu yang bisa berguna bagi kepentingan publik. Sebuah ide yang kemudian berwujud menjadi sesuatu yang nyata dan memberi manfaat bagi masyarakat akan ditulis sebagai sejarah.
Dalam pergerakan nasional sebelum Indonesia merdeka, kita kenal nama Bung Tomo. Idenya ingin menyatukan pemuda yang beragam asal daerah, suku, dan budaya. Pada saat Jepang diserang bom atom oleh Amerika Serikat pada bulan Agustus 1945, sejumlah pemuda punya ide memaksa Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, suatu ide yang momentumnya sangat tepat. KH. Dahlan (1912) punya ide membuat sekolah yang pelajarannya bukan hanya ilmu agama tetapi juga ada ilmu umum, siswa duduk menggunakan kursi dan memakai bangku. Ide ini pada masa itu sudah luar biasa karena masa itu metode belajar yang menyerupai metode belajar sekolah Belanda dianggap kafir.
Thomas Alva Edison (1847) berhasil melahirkan ide bola lampu meski harus berkali-kali melakukan eksprimen, bisa dibayangkan jika sampai saat ini kita masih menggunakan pelita sebagai penerang ruangan di malam hari.
Ide itu merupakan pemecah masalah atau alternatif solusi atas suatu hambatan yang dihadapi dalam suatu bidang tertentu. Dalam bidang bisnis dan jasa kontemporer, cara-cara penjualan konvensional sudah mulai ditinggalkan setelah adanya sistem penjualan online yang relatif lebih mudah dan lebih efesien karena jumlah karyawan lebih sedikit. Tidak butuh tempat yang luas dan penggunaan listrik yang terbatas. Demikian halnya dengan sistem transaksi yang antre di bank juga sudah mulai berkurang karena transaksi sudah bisa melalui handpone dan masih banyak contoh lain pada bidang bisnis dan jasa lainnya yang sudah berubah.
Inilah konsekuensi dari suatu perubahan yang memaksa produsen dan konsumen untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat.
Alfin Toffler seorang futurolog sudah mengingatkan jauh sebelum kemajuan teknologi informasi saat ini bahwa siapa yang menguasai informasi, maka itu yang menguasai dunia. Saat ini sudah terbukti sebagai suatu ide yang dirasakan dan dialami secara nyata dalam aktivitas keseharian manusia di seluruh penjuru bumi. Sejak pandemi covid-19 masuk ke Indonesia dan seiring dengan diberlakukannya pembatasan sosial, seluruh pertemuan yang berpotensi orang berkerumun, diganti dengan pertemuan daring untuk menghindari terjadinya kontak langsung. Bagaimana seandainya belum ada aplikasi pertemuan daring sementara kita sedang membatasi diri untuk tidak bertemu langsung, tentu semua agenda pertemuan tersebut akan stagnan dan sudah pasti tidak ada aktivitas yang bisa berjalan.
Pada saat pembatasan sosial masih diberlakukan karena pandemik covid-19, apa ide besar anda untuk pengembangan daerah khususnya bagi masyarakat miskin?
*Penulis adalah Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Parepare. (HP/WA 08124265292)