oleh Andi Rahmat Munawar
Semulia-mulianya pusaka, tetap buatan manusia. Sehina-hinanya manusia, tetap ciptaan Tuhan
Sebagaimana manusia, pusaka berasal dari empat unsur. Sebagaimana manusia, pusaka punya karakter dasar (sissiq)
Sebagaimana manusia, pusaka kuat disaat dingin dan lemah disaat panas. Sebagaimana manusia, pusaka kadang dimuliakan, kadang ditinggalkan
Sebagaimana sebagian manusia, sebagian pusaka pun “dititipkan” kehebatan oleh Yang Maha Kuasa.
Sebagaimana sebagian manusia, sebagian pusaka dijadikan simbol yang menyatukan kaumnya
Sebagaimana sebagian manusia, sebagian pusaka begitu megah dan mewah menunjukkan strata sekaligus tanggung jawabnya.
Sebagaimana sebagaian manusia, sebagian pusaka menyembunyikan kelebihannya dibalik lusuh dan kumalnya.
Namun….
Bila Besi, sebagai bahan pusaka diturunkan dari langit, Maka Ruh manusia ditiupkan oleh Tuhan
Bila (bilah) Pusaka menjelaskan dirinya melalui pamor dan aksesorinya, Maka manusia menjelaskan dirinya melalui pikiran dan perbuatannya.
Bila (bilah) Pusaka dibersihkan melalui proses “tompang”, maka manusia membersihkan dirinya dengan “taubat”
Seseorang yang menghormati (bilah) pusaka, (semestinya) lebih menghormati sesama manusia.