MAMASA, PIJARNEWS.COM — Gempa bumi tektonik kembali melanda wilayah Mamasa, Sulawesi Barat pada Selasa dini hari, 6 November 2018, sekira pukul 01.35.54 WIB.
Dari hasil analisis Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan informasi awal gempabumi ini berkekuatan M=5,5 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5,2. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 2,93 LS dan 119,42 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 km arah timur Kota Mamasa, Kabupaten Mamasa, Propinsi Sulawesi Barat pada kedalaman 10 km.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, S.T., Dipl. Seis, M.Sc mengungkapkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.
“Dari hasil analisis yang kami lakukan, mekanisme sumber ini menunjukkan bahwa, gempabumi di wilayah Kabupaten Mamasa, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar geser (strike-slip fault). Dugaan kuat kami, sesar aktif yang menjadi pembangkit gempabumi ini adalah Sesar Saddang,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Mamasa dalam skala intensitas IV MMI, dan di daerah Mamuju, Toraja, Polewali, dan Majene III-IV MMI. Bahkan sebahagian warga Kabupaten Pinrang, serta Kota Parepare juga sedikit merasakan adanya gempa yang bersumber dari wilayah ini, pada dini hari tadi.
Hingga pukul 02.13 WIB, Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya tiga aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami
Editor: Abdillah.Ms