JERMAN, PIJARNEWS.COM–Dikabarkan, untuk pertama kalinya, Kota Frankfurt, salah satu pusat bisnis di Jerman, ikut menyambut Ramadan. Berbagai jalan utama di kota berpenduduk terbesar kelima di Jerman itu dihiasi oleh ornamen-ornamen khas, seperti bulan sabit, bintang, dan lentera.
Pemerintah Kota Frankfurt, pada 10 Maret—9 April 2024 akan mengubah Grosse Bockenheimer Strasse, kawasan untuk pejalan kaki di kota itu, menjadi pusat keramaian selama Ramadan. Lokasi itu lebih dikenal dengan sebutan Fresgass, artinya lebih kurang adalah gang makanan karena banyaknya kafe dan restoran.
Selama satu bulan penuh Ramadan, kawasan tersebut akan bercahaya dan dihiasi berbagai ornamen berwarna-warni. Tentu tidak ketinggalan tulisan seperti “Happy Ramadan (Selamat Ramadan)” juga menyapa warga muslim, semacam penanda tarhib (perayaan menyambut datangnya bulan suci) Ramadan.”
Dengan populasi umat Muslim 100.000—150.000 jiwa dari total penduduk Frankfurt yang mencapai 800.000 jiwa, banyak kalangan menilai kota tersebut adalah salah satu kota multikultural terbaik di Jerman. Walau hanya berupa ornamen-ornamen kecil dan menyala ketika malam tiba, keriangan menyambut bulan suci Ramadan di Frankfurt disambut sukacita oleh semua pihak.
Mohamed Seddadi, Ketua Komunitas Muslim Frankfurt, menyambut baik rencana tersebut. Ia mengatakan, hal ini sangat berarti bagi umat muslim Frankfurt secara khusus dan umat Islam secara keseluruhan.
Seddadi menyebut keputusan pemerintah dan Dewan Kota Frankfurt memberikan keleluasaan bagi umat Islam melaksanakan Ramadan sebagai isyarat bahwa ”kita semua saling memiliki.”
Bagi umat muslim di Jerman, hal itu bagaikan berkah setelah bertahun-tahun mereka mendapat perlakuan tidak setara di negara tersebut. Temuan Panel Kelompok Ahli Independen tentang Permusuhan terhadap Muslim (UEM) Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Federal Jerman yang diluncurkan pada Juni 2023 memperlihatkan, satu dari dua warga Jerman menyetujui sikap antimuslim.
Seperti dilansir Deutsche Welle, sejak 2017, islamofobia menjadi salah satu kejahatan serius yang ditangani oleh kepolisian dan Pemerintah Federal Jerman. Jumlah kejahatan dalam kategori ini 700—1.000 kasus setiap tahun. Bentuknya berupa penghinaan, penghasutan dan ancaman, perusakan properti atau tempat tinggal, serta kekerasan fisik.
Laporan Deutsche Welle juga menyebut bahwa perempuan muslim menjadi korban serangan atau kekerasan paling sering dibandingkan dengan laki-laki atau gender lain.
Beragam
Komunitas muslim Jerman beragam. Mayoritas dari mereka mengaku berasal dari Turki atau beberapa negara Arab, seperti Maroko dan Lebanon. Banyak di antara mereka bermigrasi ke Jerman Barat, 60 tahun silam, karena direkrut untuk membantu negara tersebut agar maju secara ekonomi seusai Perang Dunia II.
Sebagian besar generasi pertama imigran muslim bekerja di sektor pertambangan batu bara, produksi baja, dan industri otomotif. Banyak dari mereka, yang awalnya datang sebagai pekerja sementara, kemudian memutuskan untuk tinggal dan membawa keluarga mereka sehingga terbentuk komunitas muslim yang besar di Berlin, Koeln, dan Frankfurt. (*)
Sumber: Muslimahnews.net