MAKASSAR, PIJARNEWS.COM—Bagi penyuka aksesoris mungkin tidak tahu, setiap bahan yang digunakan dalam proses pembuatannya. Sebuah aksesoris biasanya tidak bisa dikenali bahan dasanya, keindahanya seakan memanipulasi asalnya. Bahkan mungkin hampir diantara kita tertipu dan tidak tau jika bebera aksesori itu dibuat dari barang bekas.
Seperti halnya produk aksesoris berupa kalung buatan Kartika Gunawan di Makassar Sulawesi selatan. Keindahan kalung yang dibuatnya seperti barang mahal yang bernilai tinggi.
Padahal, produk kerajinan berupa kalung yang dibuat Kartika itu, merupakan aksesoris yang hanya dibuat dari kain-kain bekas alias perca sutra dan manik-manik yang bisa dibeli di pasar terdekat.
Kain perca yang dikumpulkan berasal dari teman maupun kerabatnya itu digunakan untuk membuat kalung sutra dan beberapa aksesoris lainnya seperti bros.
Keahlian kartika tidak diragukan lagi, kedua tanganya terlihat sangat lihai dan mahir saat menghias serta menempelkan bahan demi bahan untuk menjadi sebuah aksesoris menarik.
Walau tidak bisa meproduksi secara besar-besaran namun, tiap bulanya Kartika dapat memproduksi kalung 30-150 buah dan per harinya rata-rata 5 buah, akan tetapi, itu tidak rutin, sebab pemasaranya hanya mengandalkan orderan yang ada serta jumlah bahan kain perca yang dikumpulkan.
Meski demikian ketertarikan terhadap prodak kerajinan yang dibuat itu, mengudang berbagai kalangan khusunya para pejabat.
Kartika mengungkapkan ketertarikan itu muncul tiap kali dirinya memasasrkan prodaknya itu pada pameran yang diadakan, oleh pemerintah, baik itu skalanya regional, nasional maupun internasional.
Bahkan katanya, pada tiap pameran yang diikuti, semua produknya habis laris dibeli oleh para pengujung dari manca daerah di Indonesia. Selain itu juga banyak dari kalangan dari manca negara.
Khusus produk kalung, pihak Pemkot Makassar sering memperkenalkannya di luar negeri. Bahkan itu dijadikan cendra mata bagi tamu-tamu luar negeri serta dijadikan oleh-oleh pada kunjungan luar negeri.
Walau bukan bersifat ekspor, namun negara yang telah dijajaki yakni beberapa negara di kawasan Asia seperti Jepang dan Singapura serta satu negara di Eropa yaitu Belanda.
“Iya , tapi bukan ekspor nah, selalu dipake untuk cendra mata ji kayak ke Jepang, Belanda, Singapura,” ungkapnya.
Tidak sampai disitu bahkan sekelas Menteri Sandiaga Uno sampai memborong kalungnya pada acara pertemuan pelaku UMKM di Makassar beberapa waktu lalu. Ia juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan menteri yang terkenal dikalangan emak-emak itu. Terlihat itu dipasang sebagai profil What’s App-nya.
Berdasarkan keterangan Kartika, omzet yang didapatkan rata-rata Rp 5 juta sampai Rp 6 juta, bahkan bisa melebihi berdasarkan orderan yang diterima.
Ia mengaku usaha tersebut dilatarbelakangi kesukaannya sejak kecil mengenakan aksesori sehari-hari hingga sampai saat ini. Dari kesukaan itu dirinya mulai membuat aksesori dan belajar mengembangkan keterampilannya itu.
Oleh karena itu pada tahun 2004, ia kemudian membuat usaha kecil-kecilan dengan mengandalkan modal seadanya dan mulai memproduksi aksesoris berupa bros.
“Karena saya itu penyuka aksesoris dek, yah jadi awalnya dari situ, dari kecil lah saya suka namanya aksesoris akhirnya saya selalu pake aksesoris, awalnya saya bikin bros, sampai waktu itu ada orang kasi kain perca, kan harus berkembang makanya saya bikin kalung,” imbuhnya.
Seiring berjalanya waktu tepat pada tahun 2018 hingga 2019 sebelum covid, ia mulai mengembangkan usahanya dengan memproduksi kalung sutra dari bahan dasar kain perca dan manik-manik.
Sempat mandek saat covid, sehingga dirinya beralih membuat kalung masker yang menjadi kebutuhan masyarakat kala itu. Setelah covid berakhir ia akhirnya kembali memproduksi kalung sutra dan masif dilakukan sampai hari ini.
Adapun keunikan dari produk kerajinan yang diolah bertahun-tahun itu memiliki perbedaan dari segi bahan dan pembuatanya yakni manik-manik dari kain sutra.
“Kalau di Jawa itu manik-maniknya dari kayu, kalau di Kalimantan dari batu, nah Kalau yang saya buat itu manik-manik dibungkus dengan kain dan itu orang tidak tau. Karena saya ikat kencang sampai menyerupai maink-manik biasa dibungkus kain. Itu yang jadi veliu dari usaha saya,” terangnya.
Alhasil, dari usahanya itu ia mulai dikenal oleh beberapa pejabat tinggi di Kota Makassar. Bahkan bisa meraup keuntungan dari keterampilannya itu. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin